Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta di Kamar Sebelah
Suka
Favorit
Bagikan
17. Chapter 17: Bayangan Laura Menghilang Perlahan

ESTABLISH: INDEKOS RISYA


62. EXT/INT. TERAS INDEKOS DAN KAMAR RISYA - SELANJUTNYA

Dimas dan Laura berada di teras indekos Risya. Laura tersenyum ke arah Dimas. 

Laura kemudian mengetuk pintu kamar Risya. Sementara Dimas melihat-lihat halaman indekos tersebut yang dipenuhi dengan tanaman.

Pintu kamar Risya belum juga dibuka. Laura mengetuk pintunya lagi tiga kali.


DIMAS
Ada nggak orangnya?

LAURA
Pasti ada.

DIMAS
Mungkin dia masih di kampus?

LAURA
Nggak. Aku tahu. Paling dia ketiduran.


Laura mengetuk lagi.

Tak lama pintu kamar Risya dibuka. Risya tampak kebingungan melihat Dimas.


DIMAS
S-saya... (menengok ke arah Laura)

LAURA
Risya, ini pacar aku.


Laura menyuruh Dimas bersalaman dan memeperkenalkan diri.


DIMAS
Saya Dimas. Pacarnya Laura.

RISYA
Pacarnya Laura?! (beat) Saya Risya. Temennya Laura di indekos yang lama.

DIMAS
Indekos lama?

RISYA
Iya.

Risya dan Dimas tampak canggung. Laura kemudian mendorong Dimas untuk segera masuk ke kamar Risya.


DIMAS
Tapi ini kosan cewek (bisik)

LAURA
Nggak apa-apa. Aku tunggu di sini aja. Masih pingin menghirup udara segar.

DIMAS
Tapi?

LAURA
Nggak apa-apa, kan Risya?... Ceritain aja semuanya, biar dia paham. (mendorong Dimas)

Risya dan Dimas tampak canggung.


RISYA
Kalau begitu mau tunggu di dalam. Sebentar lagi malam, nggak enak di lihat tetangga.

DIMAS
Ya. Biar pintunya dibuka aja kalau begitu.

RISYA
Iya (senyum ramah)

Risya tampak menyiapkan meja kecil dan kursi untuk Dimas. 


RISYA (CONT'D)
Mau minum apa? Teh, kopi?

DIMAS
Terserah. (senyum)

RISYA
Oke kopi.

DIMAS
Iya.

RISYA
Silakan duduk. Kebetulan aku juga ingin membahas sesuatu.

DIMAS
Sesuatu?

RISYA
Ya. Ngomong-ngomong, Aku sempat melihatmu lho di kampus. Kita kan satu fakultas.

DIMAS
Wah, bisa kebetulan gitu. Jurusan apa?

RISYA
Aku? Sastra Inggris. (beat) Aku melihatmu kebetulan beberapa hari yang lalu di perpustakaan.

DIMAS
Pepustakaan? Perpustakaan fakultas?

RISYA
Iya. (beat) Kalau begitu biar aku siapkan dulu minumannya.

Dimas mengangguk.


62A. INT. KAMAR RISYA - SELANJUTNYA

Risya tampak kembali dari dapur membawa dua cangkir kopi. Untuk Dimas kopi hitam dan untuk Risya kopi moccacino.

Dimas sedikit heran karena Laura tidak disuguhi. Dimas melihat Laura di luar melalui jendela kamar, sedang melihat-lihat tanaman hias milik ibu kos.

Ketika Dimas melihat kembali Risya, mereka kembali canggung.


RISYA
Jadi?

DIMAS
Ya... Saat itu di perpustakaan. Kapan kamu melihat saya?

RISYA
Aku lupa. Tapi, aku melihatmu saat ada acara anak-anak klub supranatural, mendiskusikan sesuatu. Kebetulan, aku ikut diskusi mereka.

DIMAS
Klub supranatural? Apa itu ada?

RISYA
Ya. Aku tahu dari temanku. Mereka suka membahas hal-hal gaib, mistis, dan sejarah yang tidak terungkap gitu. (senyum) Kenapa, kamu tertarik?

DIMAS
(menggeleng-senyum)Aneh. Tapi unik.


62B. INT. KAMAR RISYA - SELANJUTNYA

Dimas menyuruh Laura masuk dari ambang pintu kamar. Tapi Laura menggeleng dan hanya tersenyum padanya. Laura masih

sibuk melihat-lihat tanaman dan kadang bermain kupu-kupu.

Risya tampak heran.


RISYA
Dimas.

DIMAS
Ya? (kembali duduk)

RISYA
Aku mau bilang sesuatu yang sangat penting. Mungkin itu juga yang diinginkan oleh Laura.

DIMAS
Sebentar. Kamu kenal Laura di mana?

RISYA
Aku dulu pernah kos di tempatmu. Bu Erlina.

DIMAS
Serius?

RISYA
Ya. Dan Laura salah satu penghuninya juga waktu itu.

Dimas seperti tersadar sesuatu dari ucapan Risya.


DIMAS
Waktu itu? Maksudnya? Aku nggak mengerti.

RISYA
Iya. Laura pernah ngekos di tempatnya Bu Erlina sekitar empat tahun yang lalu. Apa kata-kataku kurang jelas?

DIMAS
(menggeleng)

Wajah Dimas pucat.

INTERCUT


63. EXT/INT. BERANDA LANTAI TIGA DAN KAMAR DIMAS - MALAM

Dimas menaiki anak tangga menuju lantai tiga dengan lesu. Di beranda pun ia tampak lesu. Ketika ia membuka pintu kamarnya pun wajahnya terlihat pucat. 

Sesekali wajah Dimas diarahkan ke kamar paling ujung: kamar Laura.

Ketika Dimas masuk kamar. Ia segera menguncinya. Tanpa menyalakan lampu kamar. Dimas duduk bercangkung di depan

pintu. Ia menangis dan gelisah.

INTERCUT


64. INT. KAMAR RISYA - SORE

Dimas terlihat pucat. Ia kembali melihat Laura dari jendela kamar. Pacarnya masih ada di halaman indekos.


RISYA
Dimas... Hey.

DIMAS
Ya? 

RISYA
Kenapa?

DIMAS
Aku. (beat) Aku nggak percaya. Atau maksudmu, Laura sebelumnya dulu memang pernah kos di situ, dan sekarang dia pindah ke kosan yang sama. Iya, kan?

RISYA
(menggeleng)Dia sudah nggak ngekos di tempat itu.

DIMAS
Nggak, nggak. Itu nggak bener. Aku jelas-jelas satu kosan dengannya. Dan kita...

RISYA
Apa? Kalian menjalin hubungan? Kamu percaya?

DIMAS
Ya! 

Dimas kemudian melihat Laura berdiri di ambang pintu kamar Risya.


DIMAS (CONT'D)
Laura. Kamu harus menjelaskan semuanya sama teman kamu.

RISYA
Apa ada Laura di sana?

DIMAS
Apa kamu nggak lihat?!

RISYA
Aku melihatnya. Kadang setiap sore menjelang malam, dia selalu datang berkunjung ke sini.
(beat)
Tapi, itu bukan mutlak dirinya, melainkan masa lalu yang terulang.

DIMAS
Maksudnya?

RISYA
Ya. Itu hanya bagian dari memori Laura terhadap tempat ini, dan itu mengulang kembali.
(beat) Biasanya setiap malam Jumat dia sering datang. Singkatnya, tempat ini, kamar kos paling ujung di lantai tiga, menyerap kenangan Laura.

DIMAS
Aku nggak mengerti.

RISYA
Kamu nggak harus mengerti sekarang, Dimas. Memang semuanya tidak harus untuk dimengerti.

DIMAS
Aku benar-benar nggak percaya!

RISYA
Terus kenapa kamu ke sini?!

DIMAS
Laura memintaku datang ke sini!

Risya tampak terkejut. Dia kemudian mengembuskan napasnya.


RISYA
Dimas. Dimas. Tenanglah. Duduk dulu.

Dimas kemudian duduk dengan perasaan tidak tenang.


DIMAS
Laura! Jelasin sama teman kamu ini!


Tapi, Laura hanya diam saja. Laura tampak tertunduk, dan menampilkan raut bersalah.


RISYA
Dimas. Dimas. Dengarkan aku. Hey, Mungkin ini ada maksudnya...

DIMAS
Apa?!

RISYA
Dia ingin kamu mengingat sesuatu.


Kepala Dimas mulai merasa nyeri. Ia terus memegangi kepalanya.


RISYA (CONT'D)
Mau aku buatkan cokelat panas?

DIMAS
(mengangguk)

Risya pun berlalu sebentar ke dapur. Selama itu Dimas merasakan nyeri. Ia meminta Laura menemaninya, tapi Laura hanya tersenyum dan suaranya tak bisa didengar oleh Dimas. Dimas mendadak mengeluarkan air mata.

Beat.

Ketika Risya kembali dengan secangkir cokelat panas. Dimas lantas menyeka air matanya.

Risya langsung memberikan cokelat panas itu. Ia kemudian kembali duduk di tempat semula.


RISYA
Itu minuman kesukaan Laura. Setiap dia ke sini, dia selalu minta itu. Kamu tahu, dia suka sekali sama cokelat.

DIMAS
(mengangguk)

Risya tahu, Dimas habis menangis. Tapi, ia tak ingin mengganggu perasaan lelaki itu.


RISYA
Setiap dia ke sini, Laura selalu bilang sama aku, kalau dia kangen sekali sama kamu, Dimas. Dia ingin sekali menjelaskan semuanya sama kamu. (beat)
Dia hamil bukan karena hubungan yang dia inginkan dengan Aldo. Kamu tahu sendiri. Dia.

DIMAS
Ya. (memalingkan wajah)

Dimas pun tampak mulai gelisah. Keringat dingin bercucuran keluar.


RISYA
Tapi, dia nggak ingin menggugurkan bayinya. Dan tetap mempertahankan bayinya, karena dia bersikeras itu adalah anaknya, bukan anak Aldo, karena dia yang mengandung dan akan melahirkannya.

Dimas tampak tak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya.


RISYA (CONT'D)
Kamu pun tahu sendiri masalah ini, kan? Antara kamu, Aldo, dan Laura.

Kepala Dimas mulai merasa kesakitan. Semakin lama ia seperti melihat Laura akan menghilang dari pandangannya.


RISYA (CONT'D)
Dimas... Mau aku ambilkan obat? (cemas)

DIMAS
(menggeleng)

Risya tampak kebingungan melihat Dimas kesakitan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar