Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
38. INT. RUANG PEGAWAI MINI MARKET - SORE
CUT TO:
FLASHBACK
39. EXT. SELASAR RUMAH UTAMA ERLINA - PAGI
Angin menghembus cukup keras. Dimas belum menghabiskan sarapannya. Ia makan dengan lambat, mendengarkan Euis akan menceritakan kamar itu secara sekilas.
Pandangan Euis begitu intens menatap Dimas. Membuat Dimas menjadi canggung dan segera mengalihkan kedua matanya dari perempuan itu.
Euis kemudian berdiri dari duduknya sembari mengebas-ngebas roknya. Ia tersenyum kepada Dimas yang masih belum juga menghabiskan sarapannya.
Euis meninggalkan Dimas di selasar. Dan Dimas masih terus memandangnya, sampai sosok Euis menghilang dalam dapur.
Saat Dimas menengok ke arah jendela kamar yang ada di situ, Dimas terkejut ketika seraut wajah Erlina mengintipnya sebentar, melalui gorden yang disingkap.
Dimas kemudian menatap nasi gorengnya yang tinggal sedikit. Nafsu makannya mendadak hilang.
BACK TO:
40. INT. RUANG PEGAWAI MINI MARKET - SORE
Rudi tampak baru saja mengambil camilan dari lokernya, kemudian membuka dan memakan snack tersebut untuk teman ngobrolnya. Ia pun tampak menawari Dimas dan Lusi.
Lusi langsung sewot.
Dimas tertawa kecut.
Rudi keluar dari ruang pegawai setelah kawan yang sebelumnya mengajaknya mengobrol memanggilnya dengan simbol tangan. Ia lantas melempar snack itu kepada Lusi.
Wajah Lusi tampak menatap sahabatnya itu penuh ragu.
CUT TO:
40A. INT. MINI MARKET - MALAM
Dimas kembali bekerja di meja kasir. Antrean pembeli cukup panjang. Ia tampak bersabar melayani mereka semua.
Namun, saat Dimas sedang melayani antrean ia seperti melihat perempuan yang selama ini ditakutinya. Perempuan berambut panjang dan gaun tidur; berdiri di barisan paling belakang.
Dimas mulai terlihat cemas.
Ia memanggil Rudi yang sedang berada di dalam ruang penyimpanan. Rudi seketika melongok ke arah Dimas dan segera menghampirinya.
Rudi melihat wajah Dimas tampak sangat cemas. Ia mau tak mau mengikuti perintah kawannya itu.
Dimas kemudian keluar dari meja kasir. Ia memegang dadanya, merasakan jantungnya yang berdegup cepat. Ia berjalan di antara rak-rak mini market sambil melihat barisan antrean pembeli yang cukup panjang.
Jantungnya semakin berpacu ketika langkahnya hampir sampai di ujung antrean. Perempuan berambut panjang serta bergaun putih itu masih ia lihat sedikit di barisan paling belakang.
Namun, saat Dimas telah berjalan sampai ujung barisan, perempuan yang ia lihat rupanya salah satu pembeli yang mengenakan gaun tidur. Dimas cukup lega, setelah melihat perempuan berambut panjang--yang sejak tadi ternyata bermain ponsel pintar--kini mengikat rambutnya.
Dimas mengangguk sopan kepada perempuan itu.
Ia kemudian melihat Lusi sedang merokok di luar mini market.
40B. EXT. TERAS MINI MARKET - SELANJUTNYA
Dimas keluar dari mini market dan menemukan Lusi, yang sedang berpangku tangan, sambil tetap menikmati sebatang rokoknya.
Keadaan gerimis.
Dimas kemudian mengambil posisi berjarak dari Lusi. Mereka sama-sama bersender pada pilar.
Dimas yang tampak ragu, akhirnya mengambil satu batang. Lusi memantikkan apinya pada rokok yang diminta Dimas.
Mereka pun merokok bersama di depan mini market.
Lusi hanya mengangkat kedua pundaknya. Tapi, sebentar Lusi melihat Dimas dengan tatapan prihatin.
CUT TO:
41. INT. KAMAR KOS RISYA - SELANJUTNYA
Laura tampak rebahan bersama Risya. Laura melihat kuku-kuku jemarinya, sementara Risya sedang membaca novel Haruki Murakami "NORWEGIAN WOOD".
Risya melirik Laura sesaat. Ia tampak asyik membolak-balikkan halaman novel sastra Jepang itu.
Risya yang semula telentang kini mengambil posisi tertelungkup, dan tetap memegang novel tersebut.
Risya dan Laura serentak tertawa bersama.
Risya lantas terdiam sesaat.
Mereka kembali melanjutkan tawa-tawa kecil, karena mengingat nama sebelumnya yang terasa lebih lucu.