Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta di Kamar Sebelah
Suka
Favorit
Bagikan
16. Chapter 16: Pernyataan dan Perjalanan Terakhir

58. INT. MOBIL ALDO - SELANJUTNYA


Aldo berhenti di lampu merah. Untuk melampiaskan kekesalannya, ia menekan klakson panjang. Aldo menggerutu.

Saat ia menengok ke samping mobil. Aldo melihat seorang perempuan bergaun putih sedang berdiri di depan halte, di antara banyak penumpang. Wajah perempuan itu tampak tertutup payung.

Aldo sedikit curiga dengan perawakannya. Ia melihatnya terus.

Perempuan itu mengangkat sedikit payungnya. Aldo tampak terkejut perempuan itu adalah Laura. Ia tengah menatapnya penuh dendam. Sebelum lampu hijau menyala, Aldo langsung menggas mobilnya.

Klakson pun bertaburan. Aldo hampir saja menabrak sepeda motor.

Aldo terus melajukan mobilnya. Ia melihat ke spion. Perempuan berpayung itu masih ada dan menatapnya dari jauh.

Aldo sangat ketakutan.


CUT TO:

ESTABLISH: INDEKOS ERLINA


59. INT. KAMAR DIMAS - SELANJUTNYA

Dimas dan Laura baru saja selesai memakan mie instan. Mereka tampak ketawa-ketawa menonton acara lawak di ponsel pintar Dimas.


LAURA
Kamu harus gosok gigi dulu, lho. Nanti bau mie (cekikikan)

DIMAS
Nggak apa-apa kan, biar ada rasa sotonya.

LAURA
Nggak mau. Aku pingin kamu gosok gigi dulu.


Dimas pergi ke kamar mandi setelah di tendang oleh Laura. Mereka masih terkekeh-kekeh. Sambil menonton acara di kanal You Tube ponsel Dimas, Laura mendengar Dimas menggosok giginya. Perempuan itu tersenyum.


LAURA (CONT.D)
Kok, sebentar.

DIMAS
Udah.

LAURA
Itu belum dikumur. Masih ada busanya! (tersenyum)

Dimas kembali ke kamar mandi menyiram busanya. Laura bisa mendengar suara kekasihnya itu.

Dimas kemudian kembali lagi ke ranjangnya. Duduk bersama Laura.

Sebentar ponsel Dimas kehabisan baterai. Laura meletakkan ponselnya di meja, lalu kembali duduk bersama Dimas. Laura menyenderkan kepalanya ke bahu Dimas.


LAURA (CONT'D)
Kepala kamu masih sakit?

DIMAS
Ya, kadang. Kalau melihat sesuatu, yang mungkin berkaitan dengan hal-hal yang aku lupa.

LAURA
Kamu ingat kakak perempuanmu dan ibumu, kamu ingat teman-teman lamamu. Tapi, kamu nggak ingat mantan pacarmu siapa aja?

DIMAS
Ya.

LAURA
Termasuk yang lama-lama?

DIMAS
Aku cuma punya satu mantan pacar.

LAURA
(tersenyum) Bohong.

DIMAS
Bener. (beat) Kamu, sebelum ini gimana?

LAURA
(terdiam sejenak)Kamu ingin tahu?

DIMAS
Iyalah.

LAURA
Kisahku agak sedih. Mantan pacarku pergi ke mana tahu. Padahal...

DIMAS
Padahal kamu masih sayang?

LAURA
Nggak. Bukan.

Laura menarik kepalanya dari pundak Dimas. Dimas tampak sedikit cemburu.


LAURA (CONT.D)
Dia pergi tanpa kejelasan. Dan wajar. Mungkin aku juga salah, karena sahabatku, juga sahabatnya mendekatiku.
(beat) Kamu beneran mau tahu semuanya? Tapi, aku takut kamu marah.

DIMAS
Nggak. Nggak apa-apa. Kenapa aku jadi marah. Itu kan yang udah lalu?


Dimas menoleh Laura sebentar.


LAURA
(berdeham) Aku.
(beat) Aku sebenarnya malu dan takut ceritanya (pelan)

DIMAS
Kenapa?

LAURA
Aku
(Beat) Waktu itu itu bersama teman-teman pergi ke salah satu pub gitu. Terus ketemu sahabatku yang cowok ini. Dia mengajakku pergi.


DIMAS
Ke mana?

LAURA
Nggak tahu. Aku mabuk. Lebih tepatnya sengaja dibuat mabuk olehnya.

Dimas merasa kepalanya mulai nyeri. Tapi ia berusaha menahannya.

Dimas memilih untuk merebahkan dirinya di kasur. Laura yang melihat perubahan ekspresi pacarnya itu langsung mendekati Dimas.


LAURA (CONT.D)
Tuh, kan kamu marah?

DIMAS
Nggak. Lanjut. Aku kepingin denger.

LAURA
(menggeleng)Tapi, kamu kayak kesakitan gitu.

Laura kemudian memeluk Dimas.


DIMAS
Lanjutin aja ceritanya, Laura.

LAURA
Kalau kepalamu jadi sakit aku nggak mau terusin. Lagipula, kamu pasti udah tahu cerita itu akan ke arah mana.

Laura terus menemani Dimas yang kepalanya masih kesakitan. Ia memeluknya, mengusap-usap kepalanya.


LAURA (CONT.D)
Besok aku mau ke rumah sahabatku. Aku pikir, dia bisa menjelaskan ke kamu tentangku sebelum ini. Supaya semuanya jadi jelas.

Dimas tersenyum sambil sesekali tangannya memegangi kepalanya.


DIMAS
Nggak apa-apa, Laura. Kupikir, aku nggak harus tahu semua tentang kamu.

LAURA
Kamu harus tahu.

Setelah memberikan Dimas minum, Laura kembali duduk di samping Dimas. Memeluknya dan mencium keningnya sesaat. Lalu Laura mematikan lampu kamar Dimas, dan perempuan itu keluar

dari kamar Dimas. Ia kembali ke kamarnya.

Dimas tidur meringkuk dan menatap jendela dengan cemas.


CUT TO:


60. EXT. HALTE - SIANG

Dimas dan Laura terlihat berada di halte yang biasa Dimas datangi ketika akan naik bus ke rumah orangtuanya.

Mereka tampak berdiri dan selalu berpegangan tangan, membuat beberapa orang di belakang mereka berwajah sinis.


CUT TO:


61. INT. BUS - SELANJUTNYA

Dimas dan Laura duduk di baris jok paling belakang. Ketika kondektur akan menagih ongkos, kondektur itu lantas tersenyum kepada Laura, setelah ia mendekat.

Dimas tak menyadari hal itu. Ia terus melihat pemandangan di luar jendela bus.


KONDEKTUR
Mbak, yang kemarin lagi.

LAURA
Iya. Ini ongkosnya, Pak.

KONDEKTUR
Makasih, Neng,

Ketika Dimas melihat wajah kondektur itu, Dimas hanya terbengong saja saat sang kondektur tersenyum padanya, sebelum akhirnya kembali ke jajaran depan.


LAURA
Kenapa?

DIMAS
Nggak papa. Kayak pernah lihat orang itu.

LAURA
Kamu memang sering naik bus ini, kan?

DIMAS
Iya, ya. (terkekeh)

Laura tersenyum.


LAURA
Eh, minjem ponselmu.

DIMAS
Kenapa?

LAURA
Kita selfie.

DIMAS
Eh?

LAURA
Ayolah.

Dimas pun mengambil ponsel pintarnya, yang langsung diambil oleh Laura. Kemudian Laura mulai berselfie bersama Dimas. Laura tampak bersender di bahu Dimas, dengan gaya bibir yang seolah ingin mencium Dimas.

Dimas tampak kikuk.


LAURA (CONT'D)
Jelek banget gaya kamu. Jangan grogi gitu, dong. Sekali lagi, ya.

DIMAS
Buat apa sih, Laura?

LAURA
Biar kayak orang lain yang lagi pacaran.

DIMAS
(ketawa)

LAURA
Sekali lagi!

DIMAS
Oke, oke.

Mereka pun kembali berselfie.


ESTABLISH: JALANAN KOTA YANG PANAS, GEDUNG-GEDUNG BERTINGKAT YANG MEMANTULKAN CAHAYA MATAHARI, TEROWONGAN BERLAMPU REDUP.


61A. INT. BUS - SORE

Setelah bus keluar dari terowongan cahaya matahari memendarkan jendela bus. Cahayanya menyinari wajah Dimas dan Laura.

Dimas dan Laura melihat suasana panas di trotoar. Debu dan asap jadi polusi jalanan.


LAURA
Sebentar lagi...

DIMAS
Apanya?

LAURA
Kamu merasa kota kita begitu labil? (pelan)

DIMAS
Maksudnya?

LAURA
Iklimnya. Sebentar panas banget, sebentar hujan deras. Kita ada di pengujung zaman.

DIMAS
Kamu yakin?

LAURA
Nggak tahu juga... Mungkin cuma perasaanku. Mungkin itu hanya menggambarkan perasaanku.

DIMAS
Kenapa perasaanmu?

LAURA
(menggeleng)Kamu akan tahu sebentar lagi.
(beat) Pengujung zaman, adalah waktunya kenyataan saling bersilangan dengan yang tak nyata, Dimas. Aku ingin kamu percaya itu. 

Dimas melihat wajah Laura yang sedang melihat pemandangan di luar bus. Lelaki itu tampak tak mengerti arah pembicaraan Laura.


LAURA (CONT.D)
Kenapa? (menoleh)

DIMAS
Nggak.

LAURA
Kamu nganggap aku aneh pasti, kan?

DIMAS
Nggak (menahan senyum)

LAURA
Dasar. Kelihatan tahu dari wajah kamu.

Dimas memalingkan wajahnya ke jendela bus. Kepala Laura bersender pada bahu Dimas.


FADE TO BLACK

FADE IN:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar