Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
64. INT. RUANG KELAS. PAGI
CASTS : CARAKA GIANDRA, DEAN MURPHY, DAN MR. HERVEY (EXTRAS)
Caraka memasuki ruang kelas, dia menarik kursi ke meja Dean.
CARAKA
Bagaimana kau bisa tahu?
DEAN
(menatap dengan malas)
Kau sudah menenangkan Arisha?
CARAKA
Iya dan seka...
DEAN
Kau mau memarahiku karena aku menolaknya?
CARAKA
Tidak! Itu hakmu mau kau terima atau menolaknya. Aku tidak akan menghajarmu atau membelamu atau membela Arisha hanya karna dia adikku. Aku tidak mau ikut campur urusan kalian berdua. Tapi bagaimana kau bisa tahu perasaannya?
DEAN
Kau bilang kau tidak ingin ikut campur. Lalu mengapa menanyakan itu?
CARAKA
Hei, aku sudah cukup kebingungan dan merasa bersalah dengan surat yang tertempel di majalah dinding itu, lalu Arisha terus saja tak percaya ucapanku. Dia bilang aku memberitahumu lebih dulu soal perasaannya, mungkin lebih tepatnya aku menghasutmu untuk tidak menerima perasaannya dan sekarang kau mau membuatku lebih kesal?
DEAN
Merasa bersalah? Memangnya ada apa dengan surat yang ada di majalah dinding?
CARAKA
Huh?
DEAN
Kau menyembunyikan sesuatu ya? Lagi pula katanya kau mau memberi tahu soal kisahmu dengan gadis itu. Kapan?
CARAKA
Jawab dulu pertanyaanku.
DEAN
Aku tidak akan menjawabnya sampai kau menceritakan semuanya.
CARAKA
Apa? Menceritakan Apa?
DEAN
Jangan pura-pura tidak tahu, Caraka. Aku kan sudah bilang tadi. Ceritakan saja. Lagi pula tidak akan ada orang yang akan mengerti dengan bahasa yang kita gunakan ini, bahkan Willem.
CARAKA
(menghela napas)
Sejak liburan musim panas aku membaca surat yang diletakan seseorang secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun bahkan yang menulis surat itu yang mengatasnamakannya sebagai candala, dia tidak tahu ada seseoeang yang membaca suratnya. Surat yang dia tujukan untuk benda mati.
DEAN
Apa? Surat? Dimana?
CARAKA
Aku tidak akan menyebutkan dimana letaknya, karena itu privasinya. Itulah sebabnya aku sering menghilang saat bel jam makan siang baru saja berbunyi dan singkatnya hari ini surat itu terpajang di majalah dinding. Bagaimana bisa? Sialan.
DEAN
Huh? Lalu gadis itu?
CARAKA
Aku mengamatinya sebab dia punya tingkah laku yang sesuai dengan isi surat itu.
DEAN
Dan dia benar-benar gadis itu?
CARAKA
Aku sangat yakin, Amy adalah si Candala itu dan pada hari jum'at lalu, aku akhirnya mengaku padanya bahwa aku membaca suratnya agar dia tak perlu menganggap benda mati sebagai temannya.
DEAN
Hei, kau bodoh ya? Bagaimana bisa kau yakin kalau gadis itu si penulis surat? Bagaimana kalau yang menempelkan surat itu dia?
CARAKA
Bagaimana mungkin orang yang menjadikan benda mati sebagai teman dan punya ketakutan yang sulit dipahami menempelkan surat itu agar dilihat banyak orang secara terang-terangan?
DEAN
Ketika kau minta saran dariku, untuk ini kan? Bukankah saat itu aku sudah bilang kalau kau tak usah ikut campur? Tapi... Kau... sekarang.
(menghela napas)
Siapa lagi yang tahu soal surat itu selain kalian berdua?
CARAKA
Sepertinya hanya kami.
DEAN
(menghela napas)
Ya Tuhan! Sudah ku bilang tadi dan kau masih belum sadar juga? berarti di antara kalian berdua kan? Jika kau bukan yang memajang surat itu, bukankah itu artinya dia? Kalau begitu, Dia bukan si penulis surat, Caraka!
CARAKA
Tapi dia...
DEAN
Bagaimana kalau kau salah orang? Apa saat kau mengaku telah membaca suratnya, dia mengakuinya sebagai si penulis surat?
CARAKA
Hah?
(Berpikir)
ti... Tidak.
(Menyadari sesuatu)
DEAN
That it.
CARAKA
Tapi apa alasannya?
DEAN
(mengedikkan bahu)
Aku tidak tahu. Tanyakan saja pada orangnya.
(bergumam)
Bisa-bisanya sahabatku bodoh begini.
CARAKA
(menatap novel Dean yang tergeletak dia mejanya sejenak)
Ada satu lagi yang belum kuceritakan.
DEAN
Apa?
CARAKA
Apa kau pernah bertemu dengan sosok Emily?
(menatap novel)
DEAN
Hah? Emily dalam novel? Bukankah dia tokoh fiksi?
CARAKA
Bukan!
(Mengambil novel dan membuka halaman 87)
Kau pernah mengalami kejadian ini?
(menunjukkan halaman tersebut)
DEAN
Apa? Bagaimana bisa? Ini fiksi kan? Memang apa hubungannya?
CARAKA
Dia sedang mencari seseorang yang pernah mengatasnamakannya sebagai "Delwyn", tokoh utama laki-laki dalam hasrat sepotong abu. Dia mencarimu.
DEAN
Hah? Dia mencariku?
CARAKA
Iya. Tidak hanya itu, dia juga sangat ingin menemuimu, orang yang memperkenalkannya pada peran candala.
DEAN
Tunggu-tunggu. Bagaimana bisa dia mencariku?
CARAKA
Novel itu buktinya. Kau punya novel yang pernah ditunjukan kepadanya.
DEAN
Apa? Tunggu. Iya aku akui novel ini memang punyaku tapi bukankah kau yang datang-datang ke kehidupanku dengan memarahiku dan melarangnya yang ingin membuang novel ini. Kau lupa?
CARAKA
(mengernyitkan dahi)
apa?
DEAN
Hei sialan! Siapa anak 9 tahun yang keluar mobil dengan pakaian super tebal bahkan di awal musim salju di depan rumahku lalu berlari dan hampir terpeleset, kemudian berteriak "hei! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuang novel yang menakjubkan itu?". Kau yang menghasutku untuk membacanya kan, bukan membuangnya. Lagi pula aku tak pernah memanggil diriku sendiri sebagai Delwyn atau memberi orang peran sebagai candala atau apalah itu. Caraka dengar! Kau harus belajar untuk tidak membuat dugaan atau kesimpulan secepat itu.
CARAKA
(terdiam menatap Dean seraya berpikir)
Lalu...
DEAN
Lalu dimana novel milikmu? Bukankah kau tak pernah menunjukkannya sama sekali padaku?
Mr. Hervey (extras) datang.
MR. HERVEY (EXTRAS)
Come on, kids. Get back to your seats
Caraka memindahkan kursi ke tempatnya.
DEAN
(berbisik)
Hei. Aku tahu mengenai perasaan Arisha hanya karena tingkah lakunya padaku yang terlalu kentara.
CARAKA
(menatap nanar Dean)
DEAN
Sudah jangan pikirkan itu dulu. Pikirkan bagaimana kau bicara pada gadis itu mengenai surat yang ada di majalah dinding.
CARAKA (VO)
Dean benar. Aku harus tahu alasannya mengapa dia melakukan ini, bisa saja dia tau sesuatu.
FADE OUT
CUT TO
S65. INT. RUANG KELAS. PAGI
CASTS : CARAKA GIANDRA, DEAN MURPHY, AMY SCOTT, CHRISANTARY BROWN, DAN WILLEM (EXTRAS)
Caraka, Dean dan Willem (extras) keluar dari kelas menuju ke kelas pelajaran selanjutnya. Caraka masih memikirkan soal Amy dan surat yang ada di mading. Ketika sampai di depan pintu kelas, ponselnya bergetar. Pesan dari Mrs. Taylor.
Text :
I can't fill today's class. Instead, please do page 23 as a homework assignment and postpone the collection of data form until next week.
CARAKA (VO)
Ah! Aku lupa menyelesaikan form itu.
Caraka segera berjalan menuju papan tulis dan menulis tugas yang diminta
CARAKA
(berteriak)
Listen to all! Mrs. Taylor can't teach today.
Semua murid gaduh karena merasa senang
CARAKA
Quiet! Instead, you guys work according to the instructions on the board and I have something to say. For those of you who haven't got the form data, please raise your hands.
Caraka membagikan form itu ke setiap murid yang mengangkat tangan, termasuk Chrisan yang terus menunduk menyembunyikan sesuatu. Namun Caraka tidak menyadarinya. Setelah semua form data dibagikan, Caraka kembali ke depan kelas.
CARAKA
Please listen for a moment. If you have already filled it, please put it on the teacher's desk. You are allowed to leave if you have filled out the form. Thank you.
Ketika caraka hendak berjalan menuju kursinya, Amy datang. Caraka menoleh ke arahnya.
CARAKA
Amy!
(Berjalan menghampiri Amy)
Can we talk for a moment?
Caraka langsung menarik tangan Amy dan berlalu pergi keluar kelas.
CUT TO