Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Candala dan Loker Oak Tua
Suka
Favorit
Bagikan
26. Part 26

62. INT. DEPAN MAJALAH DINDING / KORIDOR. PAGI

CASTS : CARAKA GIANDRA, DEAN MURPHY, ARISHA GIANDRA, WILLEM (EXTRAS) DAN SISWA 4-6 (EXTRAS)

Caraka berjalan di koridor. Lalu pandangannya terpaku pada kerumunan beberapa siswa yang sedang melihat majalah dinding. Caraka menghampirinya ketika melihat Willem ada di sana.

CARAKA

(menepuk pundak Willem)

What is this? Did the teacher provide any new information this week?

WILLEM (EXTRAS)

(mengedikkan bahu)

I don’t know. I heard someone pasted something there.

CARAKA

(mengerutkan dahi)

Something like what?

WILLEM (EXTRAS)

Some kind of letter or I don't know. I can't remember the name of the writer of the letter because it sounds foreign. I also can't see it clearly from here either.

CARAKA

Letter?

(maju lebih dekat)

WILLEM (EXTRAS)

Yes. You can ask them to step aside if you really want to see it.

CARAKA

Excuse me.

(meminta seseorang menyingkir)

Excuse me. Could I see it?

Ketika sampai tepat di depan surat yang tertempel di majalah dinding, perhatian Caraka langsung tertuju ke nama si penulis. Tertulis di sana nama ‘Candala’. Seketika Caraka terkejut.

CARAKA

Apa? Bagaimana bisa?

(membaca isi surat)

TEXT :

I started counting the old sheets of paper I had. That old sheet of paper that will be my time to carve out the empty chatter between me and you. So don't be surprised, old oak locker, if I disappear without giving you anything but a verbal thank you, which certainly won't make an impression on you as if my words were blown away by the autumn breeze.

Sorry, today my letter is like singing a jewelry farewell. I don't know, all the fears that prompted me to write this letter were accompanied by a whisper that perched on the ear, "weird, weird, weird," he whispered in a very low voice as if fear had joined me, who was always doing quietly. But the world, I still don't understand it along with the definition of my fear.

I haven't found that definition and neither of the "Delwyn" I've ever met. Hasrat Sepotong Abu has no guide on how to find his figure because he never disappears. As I've written before, I want to meet him when my new role is fully formed.

Only a few sheets left.

Candala

CARAKA

(menoleh ke salah satu murid)

Hei, who pasted this letter here?

SISWA 4 (EXTRAS)

I don’t know. The letter was paste there and people had surrounded it.

SISWA 5 (EXTRAS)

What was written in the letter was ridiculous, right?

SISWA 6 (EXTRAS)

Yes, you're right. It is as if the person who wrote this letter is depressed like crazy.

SISWA 5 (EXTRAS)

Hey, your words are too much.

CARAKA (VO)

(memandang nanar surat)

Bagaimana ini? Mengapa surat ini bisa ada di sini? Amy? Tidak mungkin kan dia malah memberi tahu semuanya pada orang-orang begini. Apa karena ucapanku yang meminta dia untuk menceritakan semuanya? Tapi bukan ini maksudku. Aku harus cari Amy.

Caraka Berbalik dengan tergesa dan tidak sengaja menabrak Dean.

CARAKA

Aw hidungku! Hei Dean kenapa kau…

(Melihat novel yang dipegang Dean)

Hei, novel itu?

DEAN

(menghela napas)

Caraka.

(menunjuk ke Arisha yang ada di belakang Dean beberapa langkah)

CARAKA

(melihat Arisha yang sedang menangis seraya memandang kearahnya)

Apa?

(Bingung)

DEAN

Tolong tenangkan adikmu. Hei Willem, come to class.

Dean dan Willem pergi ke kelas. Sedangkan Caraka menghampiri Arisha.

CUT TO

63. INT. KORIDOR. PAGI

CASTS : CARAKA GIANDRA DAN ARISHA GIANDRA

Caraka dan Arisha bertengkar di koridor sekolah.

CARAKA

Kau benar-benar melakukannya? Memberikan surat itu pada Dean?

ARISHA

Kakak memberi tahu dia soal surat itu kan?

CARAKA

Apa? Yang benar saja? Lagi pula Sebelumnya aku sudah bilang kan? Jangan menyatakan perasaan padanya. Kau tetap keras kepala dan sekarang lihat! Kau malah menyalahkanku?

ARISHA

Itu karena kakak memberi tahu Kak Dean soal suratku. Karena foto itu aku kirim kepada Kak Dean, Kakak memberitahunya kan?

CARAKA

Tidak arisha! Aku tak pernah memberitahunya soal surat itu atau soal perasaanmu padanya.

ARISHA

Lalu kenapa dia bisa tahu bahkan sebelum aku berbicara apapun? Dia mengembalikan surat itu seolah surat itu adalah barangku yang tak sengaja terselip di sana.

CARAKA

Hah?

ARISHA

Bilang saja kakak yang memberitahunya soal perasaanku karna foto itu. Kita impas kan? Kakak mengabaikanku hari itu jadi aku mengirimkan foto itu padanya. Tapi kenapa... Kakak memberi tahu segalanya?

(menangis tersedu)

CARAKA

Tenang dulu, Arisha. Biar aku jelaskan. Aku tidak tahu bagaimana Dean bisa tahu soal perasaanmu dan aku tak pernah mempermasalahkan soal foto yang kau kirim kan pada` Dean. Bahkan aku lupa untuk menanyakan alasanmu melakukannya dan sekarang aku tahu, aku mengabaikanmu jadi kau mengirim foto itu.

ARISHA

Lalu bagaimana dia bisa tahu?

CARAKA

Aku tidak tahu Arisha! Maaf.

ARISHA

Lalu aku harus bagaimana?

CARAKA

(menghela napas)

Jangan menangis Arisha. Aku akan bicara dan bertanya padanya. Sekarang cuci mukamu lalu pergi ke kelas.

ARISHA

Kakak sungguh akan bertanya pada Dean?

CARAKA

Iya. Sudah jangan menangis. Aku harus segera ke kelas juga.

ARISHA

Tapi kakak harus… 

CARAKA

Iya, nanti akan aku ceritakan dengan lengkap padamu.

ARISHA

Iya.

(Berlalu)

Caraka menatap Arisha lalu menggelengkan kepala dan berlalu ke kelas.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar