Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
42. EXT. HALAMAN PARKIR SEKOLAH. SORE
CAST : CARAKA GIANDRA
Caraka berlari menuju sepedanya yang terparkir. Dengan tergesa dia mengambil sepedanya dan menaikinya. Caraka mengayuh sepeda secepat yang dia bisa, menyusuri jalanan, menuju rumahnya.
CUT TO
43. INT. RUMAH CARAKA. SORE
CASTS : CARAKA GIANDRA DAN ARISHA GIANDRA
Dengan terengah Caraka berjalan cepat memasuki rumahnya dan Arisha yang melihat kakaknya pulang, segera menghampirinya.
ARISHA
(berteriak)
Kak! Aku mau bicara.
CARAKA
(terus melangkah)
Kalau yang ingin kau bicarakan soal novel itu lagi, nanti saja Arisha.
ARISHA
Tidak! Ini bukan soal novel, walaupun ujungnya akan kesana. Tapi bukan itu intinya.
CARAKA
Bukankah kau sudah sepakat dengan perkataanku kemarin?
ARISHA
Iya, Tapi sekarang…
(terpotong)
CARAKA
Sekarang apa? Sudahlah nanti saja…
(membuka pintu kamar)
ARISHA
Tapi nanti kapan?
CARAKA
(masuk ke kamarnya dan mengunci kamar)
ARISHA
Kak! (berteriak seraya menggedor-gedor pintu kamar Caraka)
Kak… Kak Caraka…
CARAKA
(mencari sesuatu di meja belajarnya)
Sudahlah nanti saja.
ARISHA
ARHHHH!
(pergi)
Caraka membuka-buka tumpukan buku yang ada di meja belajarnya. Kemudian matanya menangkap novel ‘Hasrat Sepotong Abu’ dan segera membuka-buka halamannya.
CARAKA
(bergumam seraya membuka halaman)
Halaman 87… 87… 87…
Surat yang terselip di dalam novel itu terjatuh di atas meja belajarnya, tapi Caraka tidak mempedulikannya.
CARAKA
Ini dia!
Satu tangan Caraka menahan halaman novel dan satu tangannya yang lain mengambil gawai di sakunya. Melihat isi surat yang tadi di fotonya. Caraka mencocokkan penggalan isi novel di foto itu dan di halaman novel ‘Hasrat Sepotong Kabut’.
CARAKA (VO)
Isinya sama persis.
(mengusap wajahnya)
Tidak mungkinkan yang dia cari itu Dean?
Caraka menaruh novel yang dipegangnya ke meja belajar. Matanya menangkap surat yang tadi terjatuh dari halaman novel. Tangannya mengambil surat tersebut dan menatapnya.
FADE OUT
CUT TO
44. EXT. HALAMAN PARKIR SEPEDA. PAGI
CASTS : CARAKA GIANDRA DAN ARISHA GIANDRA
Caraka berjalan menuju gedung sekolah setelah memarkirkan sepedanya. Namun tiba-tiba, Arisha datang mencegatnya.
CARAKA
(terkejut)
Arisha, apa yang kau lakukan di sini?
ARISHA
Aku menunggu Kakak datang.
CARAKA
untuk apa?
ARISHA
(menghela napas)
Aku sudah bilang kemarin, kan? aku ingin membicarakan sesuatu.
CARAKA
Ayolah Arisha. Jangan membicarakan soal novel itu.
(berusaha melewati Arisha)
ARISHA
Inti yang ingin aku bicarakan bukan soal itu.
CARAKA
Ya sudah, cepat katakan!
ARISHA
Sebenarnya apa yang sedang kakak lakukan? Berusaha menceramahiku dengan menyuruhku memikirkan keputusanku kembali. Tapi, apa yang Kakak sendiri lakukan kemarin? makan berdua dengan seorang gadis. Gadis di ruang musik. Wow! Itu artinya waktu itu Kakakku benar-benar mengintip gadis itu, Kan?
CARAKA
Aku sudah bilang, bukan seperti itu Arisha!
ARISHA
Ya… ya… hanya penasaran tapi mengamatinya dengan begitu serius. Lalu sekarang… Kalau sesuai dengan ceramahmu kemarin, aku juga bisa bilang bahwa ‘beruntunglah bahwa aku yang tidak bilang hal terselubung soal kakak yang menanyakan penggalan novel atau entah apa itu untuk tugas kritik sastra pada ayah dan ibu’. Itu bukan dari novel atau apalah itu kan? itu soal gadis itu, kan?
CARAKA
Kau salah paham Arisha.
(mengusap wajah)
Ya Tuhan. Aku hanya ingin membantunya. Bukan mendekatinya seperti yang kau maksud.
ARISHA
Membantunya? Membantu apa? Mengintipnya di ruang musik kemarin apa juga termasuk “membantunya”?
(membuat isyarat tanda petik dengan tangan pada kata ‘membantunya’)
CARAKA
Jangan samakan aku denganmu, Arisha!
ARISHA
Oh, benarkah? Kalau begitu akan aku tegaskan bahwa walau aku memikirkannya kembali, aku akan tetap pada keputusanku. So… give it to me
(menjulurkan tangan)
CARAKA
(menghela napas)
Baiklah.
(berjalan meninggalkan Arisha)
Aku akan mengembalikannya di rumah.
ARISHA
Janji?
CARAKA
Ya, aku janji.
ARISHA
Benarkah?
CARAKA
Iya… Akan aku berikan padamu saat pulang sekolah.
Caraka berjalan memasuki gedung sekolah.
CUT TO