Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
110. EXT. TAMAN — THE NEXT DAY (DAY) 110
Widuri duduk sendirian. Suasana taman sepi. Hampir tak ada pengunjung. Kecuali beberapa pedagang asongan. Dan juga orang yang lewat.
Widuri menatap ke sekitar. Dia menikmati suasana itu. Sekalipun dia merasa kesepian.
CUT TO:
111. E/I. JALANAN/SEBERANG KIOS — MOBIL - SAME TIME (DAY) 111
Yudhis memandangi kios Widuri yang tutup. Sedangkan kios Mang Ikhsan di sebelahnya buka.
Yudhis menelan ludahnya. Dia lalu membuka handphone. Mengecek grup chat. Widuri tidak nampak dalam obrolan sejak semalam.
Kemudian Yudhis mengecek ke akun Widuri. Tidak ada tanda dia sedang online. Yang ada adalah keterangan jika Widuri online sehari yang lalu.
Yudhis menghirup udara dan mengembuskannya. Dia ingin menemui Mang Ikhsan tapi merasa segan. Akhirnya dia pun pergi.
112. EXT. KOMPLEK KIOS — DAY 112
Lewat POV Mang Ikhsan, kita akan melihat Widuri mendekat. Mang Ikhsan tersenyum. Widuri balas tersenyum.
Widuri turun dari sepeda. Dia memarkir sepeda. Walaupun wajahnya tersenyum, tapi kita akan merasakan mood Widuri yang kacau.
Mang Ikhsan memperhatikan Widuri. Dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi dia tahan.
113. EXT. RUMAH ALE — TERAS - DAY 113
Ale bermain gitar bersama Yudhis dan dua teman satu kompleksnya. YUSUF dan SENO.
Yusuf memainkan sebuah lagu cinta. Tentang sepasang kekasih yang merasa ragu terhadap pasangannya satu sama lain.
Ale diam-diam memperhatikan Yudhis. Dia membaca wajah Yudhis.
Terdengar bunyi handphone.
Yudhis mengecek handphone. Ada pesan dari ibunya. Yudhis membalas pesan itu.
Ale diam-diam mencuri lihat ke handphone Yudhis sembari terus turut menyanyikan lagu bersama dengan Seno. Tampak Yudhis tengah mengecek akun Widuri di mana tidak ada tanda bahwa Widuri sedang online.
Yudhis mematikan handphone.
Ale buru-buru mengalihkan pandangan ke Yusuf dan Seno.
Yudhis pura-pura kembali ikut bernyanyi. Tapi ekspresi wajahnya tidak bisa ditutup-tutupi.
CUT TO:
114. EXT. KIOS — DAY 114
Widuri menutup Kios. Wajahnya kusut.
Mang Ikhsan masih memperhatikan. Dia ingin bicara lagi padanya. Tapi, Mang Ikhsan tetap merasa segan. Sehingga dia mengurungkan keinginannya tersebut.
WIDURI
Mang Ikhsan tersenyum sembari menganggukkan kepala.
Widuri mengambil sepeda. Kemudian dia pergi.
115. EXT. JALAN/JEMBATAN/KALI — DAY 115
Ale dan Yudhis berdiri bersisian. Ada banyak orang lewat. Ale menyalakan rokok.
Yudhis berdiri membelakangi jalanan. Wajahnya pias. Dia memandang ke arah yang tak tentu.
Ale memainkan asap rokok ke udara.
ALE
Yudhis tersenyum pahit.
YUDHIS
Ale tertawa. Dia membalikkan badan. Dia mengisap isapan rokok yang terakhir. Lalu membuang putung ke kali.
ALE
(Sinis)
Yudhis menoleh. Raut mukanya serius.
ALE (CONT’D)
Yudhis mencerna kalimat Ale.
Ale memekik senyum sinis. Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
ALE (CONT’D)
Yudhis tertawa.
YUDHIS
Ale menoleh. Yudhis meringis. Mulut Ale membentuk kata “nyet” dengan keras gara-gara Yudhis menyebutnya “Pak Ustad”.
ALE
Yudhis menatap Ale. Raut muka Ale serius.
Yudhis memikirkan kata-kata Ale menuduhnya tidak ada nyali.
ALE (CONT’D)
Ale tertawa sinis. Yudhis menatapnya. Wajahnya tegang. Dia merasa tersinggung.
YUDHIS
ALE
Yudhis membalikkan badan menghadap Ale.
YUDHIS
Ale tertawa.
ALE
Yudhis menelan ludahnya.
Ale naik pitam. Tapi dia masih bisa mengontrol diri.
ALE (CONT’D)
Ale mengambil rokok di saku baju. Lalu menyalakannya sebatang.
Yudhis memandang lurus ke depan. Dia merasakan kebenaran kata-kata Ale. Hingga akhirnya dia sadar, rasa ragu di dalam hatinya karena dia memang tidak punya nyali.