Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ARAH ASA
Suka
Favorit
Bagikan
13. Bagian 13

68. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR WIDURI - NIGHT 68

 

Widuri duduk di meja. Dia fokus mengetik. Wajahnya serius. Mulutnya komat-kamit tanpa suara.

 

Handphone-ya bunyi. Tapi Widuri tak hirau.

 

We move to Widuri’s bed. Ada panggilan video dari Yudhis.

 

CUT TO:


69. INT. RUMAH WIDURI — DEPAN KAMAR WIDURI - SAME TIME (NIGHT) 69

 

Rahmi berjalan menuju ke depan. Dia mendengar bunyi telpon. Lalu berhenti.

 

Melalui celah pintu yang membuka Rahmi melihat ke dalam.

 

Dari POV Rahmi, kita akan melihat handphone Widuri di atas tempat tidur. Lalu ke Widuri yang tengah fokus mengetik.

 

Rahmi menggelengkan kepala, lalu lanjut jalan ke depan.

 

70. INT. KAMAR WIDURI — MOMENTS LATER 70

 

Widuri selesai mengetik. Dia mematikan laptop.

 

Widuri menoleh ke tempat tidur. Melihat ke handphone.

 

71. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — THE NEXT DAY (MORNING) 71

 

Oki membetulkan rantai sepeda Widuri yang rusak. Dia memakai pakaian olahraga. Terlihat masih berkeringat. Dan sembari menahan-nahan sakit.

 

Rahmi keluar terburu-buru. Dia mendekati Oki. Raut mukanya penasaran melihat Oki membetulkan rantai sepeda Widuri yang mendadak rusak. Tapi dia mendapat jawabannya seketika begitu melihat lutut kaki kanan Oki lecet-lecet dan berbekas betadin.

 

Rahmi mengambil uang dalam tas sembari bicara.

 

RAHMI

Kenapa kamu?

 

OKI

Jatuh.

 

RAHMI

Terus kenapa sepedanya ikut rusak juga?

 

OKI

Nggak sengaja tadi tabrakan sama Icang.

 

RAHMI

Tabrakan kok nggak sengaja.

 

Rahmi memberikan uang pada Oki.

 

Oki berhenti menyambung rantai. Dia menatap uang di tangan Rahmi. Lalu ke wajah Rahmi.

 

RAHMI (cont’d)

Ini buat bayar uang wisuda.

 

OKI

Nggak perlu, Bu. Kak Widuri udah ngasih Oki uang.

 

Raut muka Rahmi berubah. Dia menahan kesal.

 

RAHMI

Kapan dia ngasih uang?!

 

OKI

Tadi sore.

 

Rahmi menelan ludah geram. Dia memasukkan kembali uang ke dalam tas. Tanpa bicara dia pergi.

 

72. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - CONTINUOUS 72

 

Widuri memasukkan kotak makan siangnya ke dalam kantong.

 

Oki masuk. Jalannya pincang.

 

Widuri memperhatikan Oki. Pandangannya turun ke lutut. Ke lecet-lecet.

 

WIDURI

Kenapa?

 

Oki duduk. Dia mendesah kesakitan.

 

OKI

Yang lo lihat gimana?

 

Pandangan Widuri menyipit. Sementara Oki melengos. Mengalihkan pandangannya ke meja.

 

Oki mengangkat tudung saji. Memeriksa makanan yang tersedia.

 

Di meja ada bubur ayam dan sate usus di piring terpisah. Dia mulai makan.

 

Widuri menghela napas. Dia teringat sesuatu. Lalu mengambil ponsel di kantung celana.

 

Widuri memeriksa pesan di grup chat. Kosong. Dia menimbang-nimbang untuk mengetik pesan. Tapi dia mengurungkannya.

 

Diam-diam Oki memperhatikan.

 

Widuri mengantongi ponselnya. Lalu memungut kantong berisi kotak makan siangnya.

 

WIDURI

Gue pergi.

 

Oki tidak menjawab. Dia memandangi Widuri berjalan ke depan.

 

73. EXT. JALANAN — CONTINUOUS 73

 

Jalanan ramai. Suasananya membosankan. Widuri jalan di pinggir. Mengayuh sepeda pelan. Tiba-tiba muncul pikiran untuk pergi ke tempat laundry itu. Tapi dia merasa tindakannya hanya akan mengundang penyakit baru.

 

Widuri pun memaksa diri lanjut ke kios. Dia berusaha melawan pikiran-pikiran buruk yang mulai muncul.

 

74. INT. KIOS — MOMENTS LATER 74

 

Widuri selesai beres-beres. Dia duduk di ambang pintu. Melongok ke samping. Ke kios Mang Ikhsan yang tutup. Dia lalu mengirim pesan ke Mang Ikhsan.

 

Widuri: Mang, kok tutup lagi?

 

Mang Ikhsan: Agak siangan mamang ke kiosnya. Ini lagi takziah ke tetangga mamang dulu.

 

Widuri: Oh, ok, mang.

 

Ale mengirim pesan chat di grup.

 

Ale: Wid, lo udah di kios?

 

Widuri mengeklik tombol kamera di menu chat. Dia mengambil foto selfie.

 

Widuri mengirimkan foto itu di grup membalas chat Ale.

 

Di layar ada tanda Ale sedang mengetik.

 

Ale: OTW.

 

Widuri mengirim dua ikon jempol. Dia berharap Yudhis muncul dalam percakapan itu. Tapi sampai beberapa saat Yudhis tidak muncul-muncul.

 

Widuri menghela napas. Dia lalu menoleh ke belakang. Pandangannya menyapu tiap sudut kios. Ada perasaan takut sekaligus khawatir yang menyiksa.

 

Widuri bangkit. Dia jalan menuju ke tiap sudut. Tiap langkahnya berat. Di tiap-tiap sudut itu dia mengambil foto selfie.

 

Widuri kembali duduk di tempat semula. Dia memeriksa foto-foto selfie-nya.

 

CLOSE TO Layar ponsel. Widuri memperhatikan satu demi satu foto selfie-nya. Tidak ada satu foto pun yang menampakkan raut wajahnya tersenyum. Dia lalu kembali mengambil foto selfie. Melihat ke layar dan tersenyum.

 

Widuri melihat hasil fotonya yang tersenyum. Tiba-tiba ... dia merasa kosong.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar