Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ARAH ASA
Suka
Favorit
Bagikan
9. Bagian 9

48. INT. RUMAH WIDURI — RUANG TAMU - NIGHT 48

 

Widuri duduk di lantai. Dia sedang lancar mengetik. Tiba-tiba konsentrasinya macet.

 

Widuri menengadahkan kepala. Pandangannya menatap langit-langit yang plafonnya sudah mengelupas, kusam, dan ada bekas rembesan air hujan.

 

Tampak seekor ngengat berputar-putar di bawah lampu.

 

Widuri menghela napas. Dia berusaha mengatur ulang konsentrasinya. Tapi yang muncul di dalam kepalanya malah ingatan ibunya mengomeli Oki.

 

Widuri melongok ke ruang tengah. Menoleh pintu kamar Oki.

 

Pintu kamar Oki ditutup rapat. Widuri terdorong menemui Oki. Tapi hatinya diseliputi rasa ragu.

 

Ada notifikasi dari grup chat. Widuri melihat ponselnya. Tapi dia malas membukanya.

 

49. EXT. JALAN GANG SEMPIT — THE NEXT DAY (MORNING) 49

 

Widuri jalan buru-buru. Sesekali menyapa orang yang dia lewati. Yang dia bawa ialah bekal makan siang dan laptop di tas ransel.

 

50. EXT. JALAN RAYA/TROTOAR — CONTINUOUS 50

 

Sembari jalan Widuri sembari menoleh ke jalan. Memeriksa bajaj atau angkutan umum yang lewat.

 

SMASH CUT TO:


51. EXT. MULUT GANG SEMPIT/JALAN RAYA — SAME TIME (MORNING) 51

 

Ale keluar dari mulut gang. Terlihat buru-buru. Dia hendak pergi wawancara kerja.

 

Ale menoleh ke kanan dan kiri sebelum menyeberang. Dia lalu melihat Widuri berjalan di trotoar.

 

Ale menimbang-nimbang sebentar. Tapi akhirnya memutuskan mendekat.

 

CUT BACK TO:


52. EXT. TROTOAR — CONTINUOUS 52

 

Terdengar suara klakson. Widuri menoleh.

 

Ale mendekat ke tepi. Dia menelengkan kepalanya ke jok belakang motornya memerintah Widuri naik.

 

Widuri merasa bimbang. Tapi dia cepat memutuskan.

 

Widuri turun dari trotoar dan mendekati Ale. Lalu naik ke motornya.


53. EXT. KIOS — MOMENTS LATER 53

 

Ale berhenti tepat di depan kios Widuri.

 

Kios Mang Ikhsan sudah buka. Mang Ikhsan duduk di depan kios bersama seorang laki-laki seumuran dengannya. BAHRI, 58 tahun.

 

Widuri turun. Ale menyapa Mang Ikhsan.

 

ALE

(ke Mang Ikhsan)

Sudah mulai buka, Mang?

 

MANG IKHSAN

Dari kemarin malah. Situ kan enggak ke sini dari kemarin jadi nggak lihat saya sudah aktif lagi.

 

Ale tertawa.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Situ mau ke mana? Tumben pakaiannya bener?

 

Widuri menatap Ale.

 

Ale meringis.

 

ALE

(ke Mang Ikhsan)

Ada wawancara kerja, Mang. Sumpahin saya ya Mang biar lolos. Sudah capek nganggur soalnya.

 

MANG IKHSAN

Beres kalau itu mah. Nggak usah diminta, mamang nyumpahinnya paling kenceng.

 

Mang Ikhsan, Ale, dan Widuri tertawa. Ale sembari menangkupkan kedua tangan dan dinaikkan ke atas kepala.

 

ALE

Okelah, Mang. Kalau gitu saya pergi dulu. Mangga.

 

Ale menganggukkan kepala ke Mang Ikhsan dan ke Bahri lalu pergi.

 

Widuri naik ke trotoar dan mendekat ke kiosnya. Sembari tersenyum ramah menyapa Mang Ikhsan dengan tamunya.

 

Mang Ikhsan berdiri. Dia menganggukkan kepala ke Widuri. Memberi tanda agar Widuri mendekat.

 

Widuri mendekat. Perasaannya tak enak.

 

MANG IKHSAN

Wid, ini Pak Bahri. Yang minat sama kios kamu.

 

Bahri mengulurkan tangan menyalami Widuri.

 

Widuri gugup menerima salaman dari Bahri.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Pak Bahri datang sekarang karena sempatnya jam segini.

 

BAHRI

Iya, dan baru hari ini bisa datang karena kemarin-kemarin asam uratnya lagi rewel. Minta digendong melulu. Makanya saya bed rest di rumah.

 

Mang Ikhsan dan Bahri tertawa.

 

Widuri menarik senyum. Berusaha mencari tahu titik lucunya di mana.

 

MANG IKHSAN

Oh ya, Wid. Ibu kamu sudah bilang kan kalau Pak Bahri mau ninjau langsung?

 

BAHRI

Sudah. Bu Rahmi ngasih tahu saya kalau Mbak Widuri ini sudah tahu menahu. Jadi nggak perlu dijelasin lagi.

 

Widuri merasa bingung.

 

MANG IKHSAN

(ke Widuri)

Ya sudah atuh, Neng. Ajak Pak Bahri lihat-lihat.

 

Widuri menelan ludah. Menatap Mang Ikhsan bergantian ke Bahri. Tatapannya dipenuhi keterpaksaan.

 

54. INT. KIOS — LATER 54

 

Tanpa suara kita akan melihat Bahri ditemani Mang Ikhsan melihat-lihat seluruh kios. Bahri berbicara sembari mengetuk-ketuk dinding kios. Kakinya menjejak-jejak lantai. Lalu menengadah ke langit-langit. Bahri melakukan hal yang sama di tiap titik kios.

 

Bahri lalu meminta izin ke Widuri mengambil gambar.

 

Widuri menganggukkan kepala mempersilakan. Senyuman di wajahnya getas.

 

Bahri mulai merekam video dan mengambil foto.

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar