Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THE AUTHORS
Suka
Favorit
Bagikan
20. Sebuah Akhir Yang Bahagia

Episode 20

Sc. 103. INT. KAMAR ANA - MALAM

Ana melakukan vidio call ke desa.

INTERCUT

ANA
Ibu!! Aku menang!!
NUR
Alhamdulillah ya Allah! Anak Ibu menang ...

Nur Menangis, meletakkan ponsel ke kursi, lalu bersujud sebagai ungkapan rasa syukur. Ponsel di ambil alih oleh Ina.

INA
Serius?
ANA
Masak aku bohong? (Menghapus air mata)
INA
Alhamdulillah ya Allah, selamat ya adikkuh!!

Berteriak menciumi layar hape. Ana mengangguk terharu. Hape kembali berpindah ke tangan Nur.

NUR
Ibu akan puasa selama seminggu. Ini janji ibu kalau kamu jadi salah satu yang terpilih, Nak.
ANA
MashaAllah, Ibu. Terimakasih banyak.

Ana mengobrol banyak dengan Ina dan Ibunya. Setelah itu Ana berniat memberitahu teman-teman di group author kalau dia menjadi salah satu pemenang lomba script film.

ANA (S.O) : Assalamualaikum, semua. Alhamdulillah ... Akhirnya perjuanganku nggak sia-sia teman-teman. Aku jadi salah satu pemenang di kwikku. Aku bahagia banget, Terimakasih untuk doa dan dukungannya selama ini ya teman-teman. Doakan semoga semua berjalan lancar meskipun sedang negara kita sedang terpapar virus. Sekali lagi aku seneng banget. Emot love.
MAYA (S.O) : MashaAllah, Dek ... Uni nggak bisa berkata-kata saking ikut terharu dan bahagianya.
LIA (S.O) : Ya Allah bebs, ikut seneng aku tuh... Emot nangis.
DIAH (S.O) : Seriusan, Dek? Alhamdulillah ya Rabb. Mimpimu jadi jadi Dek. Emot love.
TARI (S.O) : Ya ampun bebebs sayang ... Ikut terharu aku tuh. Sukses selalu ya!!
ERSE (S.O) : Selamat, Dek. Sukses selalu. Emot love.
GENDIS (S.O) : Ow my God? Ini serius? Kamu menang sist, owwhh aku ngikut bahagiahhh!!
IFAH (S.O) : Ana sayang ... Uni kan udah bilang. Kamu pasti bisa. Sekarang ada hasilnya kan? Selamat ya sayang! Uni ikut bangga jadi salah satu saudara OL kamu. Love you. Emot love.

Dan ucapan selamat dari yang lainnya. Ana terdiam. Hanya Nisa yang tidak nimbrung di sana. Ana membalas chat itu satu persatu dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Setelah itu Ana meletakkan ponsel ke meja. Senyum tulus tergambar jelas di wajahnya, lalu berubah sendu, disusul tetesan air mata bahagia.

DISOLVE TO

Beberapa bulan kemudian.

Sc. 104. INT. BISOKOP - PAGI

Ana dan keluarga besar serta para tetangga berduyun-duyun datang ke bioskop untuk menonton film yang berjudul The AuthorS. Ana dan keluarga memilih duduk di bagian paling depan. Di sebelah kirinya Hari, sebelah kanannya Nur. Disusul sederet keluarga lainnya sampai ke belakang. Film dimulai, kejadian lucu dan sedih mewarnai suasana. Ada adegan di mana menghadirkan sosok Tofa di sana yang di lakonkan oleh aktor senior yang terkenal. Nur tersentuh, disentuhnya dada dan menggenggam tangan Ana. Adegan di mana Tofa meninggal di rumah sakit membuat Nur terisak-isak. Ana menenangkan Ibunya. Lalu mencoba memberi pengertian.

ANA
Ibu, Bapak sudah bahagia di sana. Dia pasti melihat aku saat ini. Kisahnya akan dilihat ribuan bahkan jutaan mata. Ibu sudah ikhlas kan?
NUR
Sudah, Nak. Ibu cuma kangen sama Bapakmu.

Lalu mereka berpelukan, kembali menonton jalannya cerita yang mengharukan. Tiba-tiba Hari menyentuh puncak kepala Ana. Ana melepas pelukan pada Nur, lalu menoleh pada suaminya.

ANA
Ayah ...
(Menggenggam tangan Hari)
HARI
Maafkan suamimu ini yang sering mematahkan semangat dan cita-citamu. Yang sering memandang sebelah mata kemampuanmu dan tidak mendukungmu secara penuh.
(Raut menyesal)
ANA
Ayah,justru dari sana semangatku datang. Aku ingin membuktikan pada Ayah kalau Ami bisa dan sekarang ... lihatlah hasilnya.

Ana membelai lembut pipi suami. Hari menangkap tangan Ana dan menciumnya, lama.

ANA
I love you, Ayah ...
HARI
(Tersenyum kecil)
Love you too istriku. Ayah bangga sama kamu.

Noval, Raka, Edi, Rana, Rani, Yati, Ina, Aida,dan semua keluarga besar Ana juga Hari memenuhi ruang bioskop. Semua bersukacita menyaksikan karya Ana. Wanita pendiam yang tidak banyak bicara.

CUT TO

Sc. 105. EXT/INT. HALAMAN/RUMAH NISA - SORE

Bel pintu apartemen rumah Nisa berbunyi beberapa kali. Nisa bergegas membuka pintu dan mendapati seorang wanita membelakangi pintu datang ke rumahnya.

NISA
Ya, Assalamualaikum, Mbak cari siapa ya?

Wanita itu berbalik dan nampak wajah Nisa berubah kikuk.

ANA
Hay, Mbak. Assalamualaikum ...
NISA
Wa ... Wa'alaikumsalam. Oh, eh masuk Mbak Ana.

Ana tersenyum, ia mamasuki rumah Nisa.

NISA
Maaf, berantakan. Tadi anak saya sebelum diajak Abinya jalan-jalan berantakin rumah dulu.
ANA
Nggak apa-apa, Mbak. Boleh ... duduk?
NISA
Oh maaf. Jadi lupa mempersilakan duduk. Ayo duduk Mbak!

Ana duduk, begitu pun Nisa. Mereka duduk bersebelahan.

ANA
Mbak, apa aku ganggu?
(Kikuk terus menatap ke depan)
NISA
Nggak ... Nggak sama sekali kok Mbak. Kok bisa sampe sini dari Sumatera? Ada urusan apa di Jakarta?
ANA
Bertemu produser, Mbak. Setelah the AuthorS, ada produser yang ingin melihat novelku.
NISA
Oh, Allhamdulillah kalau gitu. Ikut, ikut seneng Mbak.
(Menoleh ke arah Ana)
ANA
Iya, Alhamdulilah Mbak. Jadi aku ke sini niatnya pengen minta maaf langsung mengenai masalah kita Mbak.
NISA
Masalah? Masalah apa, Mbak?
ANA
(Ana, duduk menghadap ke Nisa)
Mbak, dari hati aku yang paling dalem. Aku minta maaf sama Mbak. Bagi aku Mbak dan yang lain itu panutan. Karena kalian aku sadar bahwa menulis itu bukan sekedar menulis. Tapi ada tanggung jawab besar di dalamnya. Maaf kalau selama ini sikapku kurang baik di group atau di media sosial.

Hening.

NISA
Eh, Mbak mau minum apa?
(Mengalihkan pembicaraan)
ANA
Nggak usah, Mbak. Makasih ... Pesawatku dah nunggu, Mbak. Aku cuma mau minta maaf ke sini.
NISA
Mbak, aku nggak marah kok Mbak. Cuma nggak tahu kok susah kalau mau balik kayak dulu. Aku ... Nggak bisa kalau balik akrab di media sosial sama di chat kayak dulu, Mbak. Maaf ...
ANA
(Menarik napas panjang)
Oke, aku paham, Mbak. Kalau begitu aku pamit pulang. Salam buat anak-anak.

Ana berdiri, ia hendak melangkah pergi, tapi saat sudah di dekat pintu keluar langkahnya terhenti karena Nisa memanggilnya.

NISA
Mbak Ana!

Ana menoleh.

NISA
Mbak, suka makan cuankie nggak?
ANA
Apa itu, Mbak?
NISA
Makanan khas Bandung, Mbak. Isinya pentol bakso sama tahu.
ANA
Kayaknya pernah dulu dikirim readers Mbak. Rasanya pedes sama gurih?
NISA
(Mendekati Ana)
Kalau belum coba, tadinya pengen ngajak masak sama-sama terus makan sama-sama di sini. Pesawatnya berangkat masih lama?
ANA
(Bingung)
Dua jam lagi, Mbak.

Nisa Memegang sebelah tangan Ana, tersenyum tulus.

NISA
Aku nggak mau keliatan deket cuma di media sosial atau pun di chat, Mbak. Tapi aku mau deket sama Mbak di dunia nyata. Jadi temen nyata bukan cuma temen maya.

Ana mendengkus tertawa, menutup mulutnya dengan sebelah tangan, lalu meneteskan air mata bahagia.

ANA
Mbak, Mbak serius?
NISA
(Mengangguk cepat)
Mbak masih mau kan jadi teman beneran sama aku, bukan hanya di maya, tapi juga di duta.
ANA
(Menangis) Makasih ya, Mbak. Makasih ...

Nisa mendekat kemudian memeluk Ana. Melepas pelukan, menghapus air mata Ana.

NISA
Udah ah, nangisnya. Yuk, kita masak Cuankie. Sebelum Mbak pulang ke Sumatera Mbak harus makan ini dulu!?

Nisa langsung merangkul Ana dan mengajaknya ke dapur. Mereka memasak berdua sambil bercerita banyak hal. Sesekali tertawa, bercanda dan terlihat sangat dekat.

DISOLVE TO

Sc. 106. INT. SEBUAH RUANGAN - MALAM

Seorang pria memakai kaus oblong putih, bercelana jins robek dibagian lutut sedang duduk di depan sebuah laptop. Sesekali ia menyesap kopi di meja. Matanya kembali fokus pada layar monitor. Hapenya bergetar, ia segera mengeceknya. Sebuah pesan dari seseorang.

AUTHOR ANA : Mbak Tian!! Aku mau revisi lagi nih naskahnya Mas Pras. Ternyata masih ada adegan ciumannya. Bisa? Duhh maaf ngerepotin terus ya ... Emot nangis.

Pria itu membalas.

EDITOR TIAN : Nggak apa-apa, Mbak. Kayak sama siapa aja. Kasih tahu aja yang mana yang mau di revisi, ya. Nanti aku benerin. Nggak usah nangis. Emot tertawa.

Pria itu meletakkan ponsel kembali ke meja, lalu kembali fokus pada layar di hadapan. Bibirnya tersenyum tipis setelah membaca pesan barusan.

EDITOR TIAN (V.O)
Dasar Mbak Ana. Ada-ada aja.

Tian kembali mengambil hapenya. Melihat status Ana di WhatsApp. Terlihat Ana memajang foto-foto umroh Ibunya. Dengan ungkapan-ungkapan rasa syukur yang tiada terkira.

ANA (S.O)
Alhamdulillah ya Allah atas nikmat dan karunia, pun kebahagiaan yang Engkau berikan. Semua terjadi atas kehendakmu. Bahagia, sedih, duka, dan air mata adalah teman setiap insan. Aku bersyukur sudah melewati banyak hal dan ujian darimu. Pernah berbuat salah dan terus memperbaiki diri hingga saat ini. Percaya, jodoh, rejeki, dan maut sudah ada di tanganmu. Tinggal bagaimana kita mencoba menggapai semua itu. Maaf atas keluh yang sering terlontar, maaf atas kurangnya rasa syukur saat bahagia tertutup oleh kesedihan. Terimakasih untuk semua kasih sayang dan nikmat darimu. Kini, tanpa kusangka-sangka aku bisa membawa ibuku ke rumahmu. Terimakasih ya Allah, Terimakasih yang tiada terkira.



TAMAT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar