Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THE AUTHORS
Suka
Favorit
Bagikan
7. Berurusan Dengan Polisi

Episode 7

Sc. 36. EXT/INT. HALAMAN/RUANG KANTOR POLISI - PAGI/SIANG

Sepeda motor menepi di halaman kantor polisi. Ana dan kedua anaknya menuju teras dan berhenti di sebuah pos penjagaan.

POLISI JAGA
Siang Mbak. Ada perlu apa?
ANA
Mau bikin surat kehilangan, Pak.
POLISI JAGA
Oh, bisa. Isi buku tamu dulu Mbak.

Polisi itu menyodorkan buku tamu, lalu Ana mengisinya. Selesai, Ana kembali menyerahkannya.

POLISI JAGA
Silakan masuk dari sini, kemudian belok ke kanan. Masuk di ruangan pertama, Mbak.
ANA
Siap, makasih ya, Pak.

Polisi itu hanya tersenyum. Ana berjalan mengikuti arahan si polisi diiringi langkah kecil Raka dan Noval. Sampai pada ruangan itu Ana masuk. Terlihat dua polisi melempar pandangan ke arahnya.

ANA
Siang, Pak.
POLISI 1
Siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?

Ana mendekati polisi 1 dan menjelaskan maksud kedatangannya. Sedangkan Raka dan Noval duduk di dekat polisi lainnya.

POLISI 1
Oh, iya iya. Jadi kapan hilangnya?
ANA
Dua hari yang lalu, Pak.
POLISI 1
Apa saja yang hilang?
ANA
3 ATM dan dua buku tabungan, juga uang Rp. 600.000,-
POLISI 1
Oke tunggu sebentar. Duduk dulu di sana, ya.
ANA
Oke, Pak.

Ana duduk tidak jauh dari anak-anaknya. Ia menoleh ke kanan dan melihat anaknya begitu asik bermain dengan salah satu polisi yang tak dikenalnya. Melihat Ana duduk, polisi itu mendekat.

POLISI 2
Guru ya, Dek?
ANA
Ibu rumah tangga biasa, Pak.
POLISI 2
Masih muda, kalau nggak bawa anak kayak masih gadis.

Ana tersenyum samar. Polisi itu menoleh ke belakang di mana anak Ana duduk,

POLISI 2
Eh, jagoan! Sini deket sama Mamanya.
NOVAL
Itu Ami adek, bukan Mama.

Si Polisi Menoleh ke arah Ana.

POLISI 2
Oh Ami. Manggilnya Ami, ya?
ANA
(Tersenyum) Iya Pak

Polisi 1 telah selesai membuat surat kehilangan. Ia memanggil Ana untuk mendekat. Ana kembali berdiri di depan meja.

POLISI 1
Ini sudah selesai, ya. Jadi dibuat sekalian, nggak satu-satu.
ANA
Baik, Pak. Terima kasih banyak. Berapa, Pak?
POLISI 1
Nggak usah, Dek. Bawa aja ini.

Ana Membuka tas, mengeluarkan uang.

ANA
Tolong diterima, meskipun nggak banyak, ini sebagai ucapan terima kasih saya, Pak. Saya tidak mau punya hutang budi.
POLISI 2
Ya, sudah kalau gitu hutang Ani aja.

Semua polisi yang ada di sana tertawa. Setelahnya Polisi 1 mengambil uang yang diangsurkan oleh Ana sambil tersenyum.

POLISI 1
Ya sudah, kalau dipaksa ya jadi nggak enak. Makasih ya.
ANA
Sama-sama, Pak. Kalau begitu saya ijin pulang. Abang, Adek ayo pulang!

Bersiap keluar ruangan. Raka dan Noval langsung menggandeng tangan Ana, lalu mereka berjalan beriringan menuju keluar. Sampai di parkiran ternyata ada polisi lainnya. Ana naik sepeda motor menyusul Raka dan Noval langsung duduk di jok belakang. Polisi itu mendekat.

POLISI 3
Adek, yang suka ke bank kan?
ANA
Iya, Pak.
POLISI 3
Asli orang mana?
ANA
Saya Baturaja, OKU Pak.
POLISI 3
Wah, sama. Bisa minta nomor hapenya. Siapa tahu nanti ada info penting.
ANA
Nggak punya hape, Pak. Hape kan saya hilang. Ke sini mau buat surat kehilangan. Adanya nomor hape ini. Ini nomor hape suami saya.

Polisi 3 mengeluarkan ponsel dari saku celana.

POLISI 3
Ya udah nggak apa-apa. Sebutkan biar saya catat.

Ana menyebutkan nomor, sementara polisi itu mencatat. Setelah selesai Ana langsung pamit pulang.

CUT TO

Sc. 37 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - SIANG

Ana membuat pengumuman di facebook. Kalau saja ada orang-orang daerahnya yang menemukan dompet terjatuh. Ana yang selama ini menyembunyikan jati diri di media sosial mulai terbuka karena ia menjelaskan secara rinci kejadian kehilangan dan tempat-tempatnya. Beberapa kali ada messenger masuk menanyakan alamat aslinya, Ana hanya membalas dengan emot senyum.

PEMBACA 1 : Assalamualaikum, Mbak. Mau tanya ini di dekat daerah saya. Apakah rumah mbak di dekat sini? Kalau benar di mana mbak? Siapa tahu bisa bertemu.
ANA : (Lama memandangi pesan itu, lalu membalas) Doakan saja dompet saya segera ketemu ya, Mbak. (Emot senyum)
PEMBACA 2 : Assalamualaikum, Mbak Ana. Maaf saya merasa tidak asing dengan daerah-daerah yang Mbak sebutkan ketika dompet mbak jatuh. Mbak aslinya dari mana?

Ana Mengusap wajah kasar, menarik napas panjang lalu membalas

ANA : Mohon doanya semoga dompet saya segera ketemu. Terima kasih, Mbak. Emot love.
PEMBACA 2 : Oh, iya. Maaf ... jadi kepo. Saya doakan dompetnya segera ketemu ya Mbak. Aamiin ... yang sabar Mbak sayang. Emot peluk.

Dan puluhan messenger yang sama. Keesokan harinya si polisi mulai mengirimkan chatnya.

POLISI 3 (S.O)
Dek, kamu itu mirip mantan kekasih Abang. Kalau suatu saat pulang ke Baturaja kabarin, ya. Melihatmu seraya masuk ke dunia Abang beberapa tahun yang lalu. Senyum, tawa dan cara bicaramu sama persis dengannya. Namanya Liliana, dia wanita yang sangat Abang sayangi.
ANA (V.O)
(Mengusap wajah kasar)
Hadeh, bingung harus bersikap bagaimana. Ingin marah, bagaimana kalau suatu saat aku harus kembali ke kantor polisi lagi untuk suatu urusan?

CUT TO

Sc. 38 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH EDI - PAGI

Ana sedang sibuk menjemur pakaian, Hari berdiri tak jauh darinya memperhatikan sambil meminum kopinya dengan wajah masam.

HARI
Mi, kemaren ada yang nelepon nyariin Ami.

Ana Berhenti menjemur, menoleh sekilas ke arah suami.

ANA
Siapa, Yah?
HARI
Nggak tau? Udah dua kali. Di hape Ayah yang dipinjem Ami juga kayaknya kalian rajin berbalas pesan di WA.

Ana kembali menjemur pakaian sambil bicara.

ANA
Yang mana, Yah? Readers kali, ya? Soalnya yang berbalas pesan sama Ami banyak.
HARI
Kalau pembaca nggak mungkin sampe nelepon. Udah Ayah blok nomornya di WA.

Ana Kembali menoleh dengan dahi mengerut.

ANA
Blok? Salah dia apa?
HARI
Ganjen! Alasan mau beli buku, terus minta ajarin nulis. Pake ngomong Ami mirip mantannya segala.

Ana Kembali menjemur sambil mengulum senyum, senang suaminya cemburu.

ANA
Oh, orang itu.
HARI
Tahu orangnya?
ANA
Hu um ...
HARI
Nggak usah diladeni kalau dia chat pake nomor lain. Kalau masih dibales, Awas!
ANA
Iyess ...

Setelahnya Hari langsung pergi bekerja dengan sepeda motornya. Sementara Ana menggeleng seraya terus tersenyum, senang.

CUT TO

Sc. 39 INT. BANK - PAGI

Ana sedang menunggu antrian untuk mengurus ATM—nya yang hilang. Setelah menunggu lama akhirnya ia mendapat panggilan. Ana duduk di depan Customer Servis.

CUSTOMER SERVIS
Udah buat surat kehilangannya, Mbak?
ANA
Alhamdulillah sudah, Mbak. (Mengulurkan surat kehilangan)

Cs menerima dan membacanya sekilas, lalu memberikan beberapa pertanyaan pada Ana, lalu meminta Ana mengisi sesuatu.

CUSTOMER SERVIS
Oke, sudah ya Mbak. Ini kartu ATM mbak yang baru, tadi kita udah atur sandi, ya?
ANA
Iya, sudah Mbak.
CUSTOMER SERVIS
Jangan sampe lupa, bila perlu di catat untuk jaga-jaga. Oke, sudah selesai, Mbak.

Ana Berdiri, sedikit membungkuk.

ANA
Makasih banyak ya, Mbak.
CS
Sama-sama, Mbak.

Menjauh dari kursi, lalu berjalan ke arah pintu untuk keluar, tapi berhenti saat melihat di depan ada polisi yang sering mengirim pesan padanya. Ana Kembali menutup pintu pelan dan berbalik masuk ke Bank.

ANA (V.O)
Ah, kenapa sih polisi itu ada di situ? Nanti kalau dia tanya perihal nomornya yang terblokir gimana, ya?

Ana kembali duduk di dalam Bank. Menunggu polisi selesai beroperasi.

CUT TO

Sc. 40 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - MALAM

Ana menelepon Lia.

INTERCUT

Lia tertawa terbahak mendengar cerita Ana.

LIA
Jadi sampe jam berapa kamu di Bank?

Ana memasang muka jutek karena sahabatnya itu terus saja tertawa.

ANA
Lucu, ya? ketawa terus! Dari jam 9 sampe jam 1 siang, puas?!

Lia terus saja tertawa.

LIA
Untung nggak ngakar tuh pantat duduk di Bank.
ANA
Lagian, sial banget. Begitu aku mau keluar eh dia malah di tengah-tengah jalan sama polisi lainnya, ya nggak jadilah aku keluar. Itu kantor polisi posisinya pas di depan bank yang aku datengin pula.

Lia Berusaha berhenti ketawa.

LIA
Eh, Suamimu gimana? Cemburu nggak?
ANA
Ya jelaslah, dia sampe diemin aku beberapa hari.
LIA
Sekarang dah baikan?
ANA
Ya, udah.
LIA
Cie cie cie yang baru baikan.
ANA
(Kesal)
Asal kamu tau, yang blokir nomor tuh polisi ya dia.

Lia Kembali terbahak sampai terbatuk-batuk.

ANA
Eh, berhenti ketawa. Yang pantes di cie cie tuh kamu. Cie yang ceritanya lagi viral di komunitas. ‘Sayap Ayam Goreng’

Lia langsung berhenti tertawa, mendengar kata-kata Ana.

LIA
Dada Ayam, kamu salah sebut terus.
ANA
Sayap Ayam. Titik!

Lia berbalik kesal.

LIA
Apa-apaan ganti judul cerita novel orang.
ANA
SAYAP AYAM GORENG!
LIA
DADA AYAM!!
ANA
SAYAP!
(Terus tertawa)
LIA
DADA!!!

CUT TO

Sc. 41 INT. KAMAR ANA - SIANG

Ana sedang sibuk memakaikan pakaian koko pada kedua anaknya persiapan untuk pergi salat jum’at dengan Hari. Di depan cermin yang ada di kamar Ana, Raka nampak sibuk menyisir rambutnya.

RAKA
Ami, rambut abang bagus gini, atau gini?

Ana Masih sibuk memakaikan pakaian noval, menoleh sesaat.

ANA
Bagus semua.
RAKA
Ah, Ami kalau di tanya selalu gitu. Bagus dibelah gini atau langsung ke belakang aja, Mi?
ANA
Bagus semua
(Masih sibuk merapikan baju Noval)
NOVAL
Ganteng kalau disisir ke belakang Abang.
RAKA
Nggak nanya sama kamu, nanya sama Ami. Huuuu, kok kamu yang jawab, nggak malu?

Noval langsung cemberut ingin nangis.

NOVAL
Ami ... liat Abang, sorakin adek.

Raka Natap dari cermin, senyum sinis.

RAKA
Cengeng!
ANA
Abang! Kenapa sih suka banget bikin adeknya nangis?
(Muka jutek)
NOVAL
Huahuahua, Abang nakal Ami ... (Meluk Ana)
ANA
(Kesal)
Adek juga jangan mudah nangislah. Abang malah semakin suka gangguin adek kalau adek gampang nangis kek gini.
NOVAL
(Makin keras nangis)
Ami nggak sayang sama adek, marah-marah sama adek! Benci sama Ami! (Mukul wajah Ana)
ANA
(Melotot)
Ami nggak suka ya adek nakal gini?
NOVAL
(Memeluk)
Mangkanya Ami jangan marah, ngomongnya pelan-pelan. Kalau lihat adek senyum, ngomongnya nggak usah cepet-cepet. Huhuhuhu...

Raka Mentoyor kepala Noval langsung berlari sambil berteriak.

RAKA
Dasar cengeng!!
ANA
Abang! Kebiasaan! Awas balik sini lagi Ami cubit!

Hari baru selesai mandi masuk ke kamar.

HARI
Kenapa sih, Mi?
ANA
Biasa si Abang suka banget bikin adeknya nangis.
(Kesal)
HARI
(Sambil memakai pakaian)
Kalian berdua itu kayak tikus sama kucing. Kalau ada salah satu yang sakit paniknya nggak ada yang nandingin. Baik Abang, baik Ami. Sama aja! Kalau gini aja ribut terus, coba kalau Abang sakit, itu Ami kayak apa aja. Begitu juga kalau Ami sakit, itu Abang nangis terus mikirin Aminya.
ANA (V.O)
(Ngelus dada) Astaghfirullah ... hampir aja aku mau cubit tadi saking keselnya.

Noval Duduk di pangkuan Ana sambil menghapus air mata.

HARI
Adek, kalau Abang jahil jangan mudah nangis. Abang jadi suka gangguin. Lain kali menjauh aja kalau Abang nakal, ya.
NOVAL
(Manyun)
Iya Ayah.

Tidak berapa lama Raka masuk ke rumah, Hari langsung memanggilnya ke kamar. Raka dengan wajah takut berdiri di dekat Ana.

HARI
(Sudah rapi dengan baju koko)
Adeknya diapain??
RAKA
Nggak ngapa-ngapain kok yah.
HARI
Jangan bohong, mau lihat ayah marah? ( Menatap tajam)
RAKA
Iya, bikin adek noval nangis.
HARI
Berdiri depan ayah kalian berdua!

Ana diam saja saat kedua anaknya berdiri di depan ayahnya.

HARI
Saling berhadapan, terus minta maaf!
NOVAL
(Cemberut) Abang, Adek minta maaf.
ABANG
(Cemberut) Abang juga.
HARI
Ayo salim!
RAKA
Mengambil tangan Noval dan menciumnya.

Ana tertawa, karena kebalik harusnya noval yang cium tangan abangnya. Hari Memberi isyarat pada Ana supaya diam, lalu kembali menoleh ke arah noval.

HARI
Adek yang cium tangan Abang!

Noval Mencium tangan Raka.

HARI
Pelukan!

Noval dan Raka saling peluk.

HARI
Cie-cie yang baikan

Tertawa diikuti tawa yang lainnya. Mereka bercanda sebentar sebelum berangkat salat jum’at. Main perang-perangan di atas kasur, termasuk Ana dan Hari. Setelah waktunya, Hari, Noval, Raka dan Edi berangkat bersama ke Masjid untuk salat jum’at.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar