Episode 18
Sc. 93. EXT. CAFE - SIANG
Beberapa readers mengajak Ana bertemu di sebuah cafe. Kebetulan beberapa hari yang lalu buku terbaru Ana sudah rilis, jadi sekalian memberikan buku itu. Awalnya hanya 3 orang, tapi semakin lama semakin ramai.
ANA
Terimakasih Mbak Mbak udah diundang di sini.
TRISNA
Kan udah lama Mbak mau ajak kamu keluar. Kamunya selalu sibuk.
ANA
Mau pesen apa Mbak Mbak?
RIKA
Aku ngikut ajalah, abis makan kenyang. Jadi pesen minuman aja.
CHA CHA
Sama, aku juga. Pesen minuman aja.
Yang lain juga memilih minuman saja. Mereka nampak seru berbicara banyak hal. Ada yang membawa anak, ada yang mengajak suami.
RIKA
Penulis kita ini rumahnya di mana sih? Aku baru tahu kalau ternyata di desa seperti ini ternyata ada penulis hebat.
TRISNA
Aku pun belum lama tahu (tertawa) padahal sering ketemu, tapi nggak tahu kalau ternyata dia ini penulis idola aku. Hahahaha
ANA
(Mengulum senyum, malu)
awalnya nggak mau go public. Tapi karena dompet pernah hilang, akhirnya terpaksa go publik.
TRISNA
Mbak sebenernya dah lama curiga kalau Ana Mustofa itu kamu, tapi diem-diem aja. Beberapa kali kita bertemu di tempat orang hajatan, tapi nggak berani nanya. Hahahaha
PUTRI
Aku pun waktu pertama kali tahu, seneng banget. Pengen ngajak foto tapi malah dia nggak mau.
ANA
Bukan nggak mau Mbak, tapi malu belum mandi.
Menutup mulut dengan sebelah tangan, tertawa. Mereka terlihat obrolan seru. Tidak terlihat seperti penulis dan pembacanya, tapi lebih terlihat seperti teman dekat.
CUT TO
Sc. 94. INT. KAMAR ANA - MALAM
Ana menelepon Nur.
INTERCUT
NUR
Gimana kompetisinya?
ANA
Belum berakhir, Bu. Masih satu Minggu lagi. Doakan ya, Bu.
NUR
Ibu selalu doain kamu, Nak. Semoga makin gemilang, makin banyak yang suka, makin banyak yang mengagumi dan makin berjaya.
ANA
Kalau menang, pengen berangkati Ibu umroh.
NUR
Aamiin, Ibu bangga sama kamu. Setiap kali orang main ke sini, ibu ceritain anak ibu itu penulis Noval terkenal, meskipun mereka nggak tahu.
ANA
Hahaha, Ibu ada-ada aja. Makasih ya do'anya. Kalau menang dan tulisanku diangkat jadi layar lebar. Aku pengen Ibu duduk dibarisan paling depan untuk menonton filmnya.
NUR
Kalau ceritanya tentang Ibu iya, ibu ikut duduk di sana. Kalau bukan masak ibu ikut juga duduk di sana.
ANA (V.O)
Aku memang menulis tentang kita, Bu. Hanya saja aku nggak cerita. Kalau Allah mengabulkan biar jadi surprise dan membuat Ibu bangga. Di sana ada Bapak. Tapi kalau nggak menang aku tetap bangga karena sudah berusaha dan memberanikan diri menulis script yang sebelumnya belum pernah kucoba.
NUR
Pesan ibu cuma satu, kalau nanti sukses harus tetap rendah hati, menghargai siapa saja dan jangan sombong.
ANA
Pasti, Bu.
NUR
Ya sudah, ibu tutup dulu teleponnya. Besok teleponan lagi. Assalamualaikum ...
ANA
Siap, Bu. Waalaikumsalam ...
Tersenyum kecil, mengusap layar hapenya sesaat lalu menciumnya. Di sana ada foto Ibu serta Bapaknya.
CUT TO
Sc. 95. INT. RUANG KELUARGA - SIANG
Edi, Hari dan Ana sedang duduk di ruang keluarga.
EDI
Besok Ayah mau ke kota, kamu mau ikut, Ak?
HARI
Ikut, yah. Jumat aku libur. Ami mau ikut?
ANA
Kayaknya nggak, Yah. Script filmku belum kelar.
HARI
Ami Ami, mimpimu terlalu tinggi.
ANA
Nggak ada salahnya berusaha, Yah. Ini sudah tanggal 11, aku harus kelarin scriptnya, kalau kalah juga nggak masalah, seenggaknya dah berusaha.
EDI
Mau jadi produser film istrimu, Ak.
Hari dan Edi tertawa, sementara Ana hanya mengulas senyuman.
CUT TO
Sc. 96. INT. KAMAR ANA - MALAM
Ana sedang menelepon Lia sembari berguling-guling di kasur.
INTERCUT
LIA
Jadi nanti ending filmmu gimana? Kan kisah nyata nih, kamu buat menang apa nggak?
ANA
(Menahan tawa)
Aku buat menang ajalah, meskipun nanti kalah.
LIA
(Tergelak)
Gila! Hahaha
Ana mengubah posisi dari tidur ke duduk.
ANA
Ya abis gimana, kan belum tahu menang atau nggak, sementara harus ada endingnya.
LIA
(Terkikik)
Kamu nggak malu nanti dibaca sa iama juri-jurinya?
ANA
(Menahan senyum)
Kenapa harus malu, siapa tahu nanti pas mereka melihat scriptku yang acak-acakan ada yang kasihan dan angkat aku jadi muridnya. Ahay!!
LIA
(Terbahak)
Mereka muntah duluan, Na. Ngarep banget kamu.
ANA
Ngarep yang baik-baik nggak masalah kan? Yang penting yang ngarepin suami orang.
LIA
(Tertawa)
Ya ampun kamu ada-ada aja!
FADE OUT/FADE IN
Sc. 97. INT - RUANG TAMU - MALAM
Ana sedang serius menatap laptopnya. Di kamar anak-anaknya sedang bermain kemah-kemahan sehingga mengganggunya menulis script. Ana memeriksa beberapa peserta event yang lain.
ANA (V.O)
Ah, semuanya bagus-bagus. Pasti punyaku paling buruk nggak mungkin bisa menang. Pasrah aja lah. Ingin ikut kelas, setiap kali dapet email kok nggak bisa cara masuknya? Dasar katrok! Coba kalau bisa kan bisa ikut belajar.
Ana menyandarkan kepalanya pada meja. Edi datang Ana segera menegakkan pinggang.
EDI
Belum tidur, Na? Udah jam 1 malam loh.
ANA
(Tersenyum samar)
Hehehe bentar lagi, Yah.
EDI
Ya udah jangan lupa nanti matiin lampunya kalau mau tidur, ya!
ANA
Siap, Ayah.
Edi berlalu, Ana kembali fokus di layar laptopnya. Melanjutkan menulis script yang ia bisa, berusaha membangun kepercayaan diri meskipun sedang rendah diri.
CUT TO
Sc.97. INT. MINI MARKET - SIANG
Ana dan kedua anaknya sedang sibuk memilih belanja di mini market. Setelah selesai memilih langsung menuju ke meja kasir. Ana melihat promo coklat besar-besaran.
ANA
Lagi promo ya, Mbak?
PELAYAN
Iya, Mbak. Silakan kalau mau sekalian, Mbak!
Ana Mengambil 6 papan kotak coklat, lalu memberikannya pada pelayan.
ANA
Sekalian ya, Mbak.
PELAYAN
Baik, Mbak.
NOVAL
Mi ...
ANA
Em ...
NOVAL
Lihat Abang beli apa, Mi?
Ana menoleh ke belakang dan mendapati Raka membawa 1 pak softex.
ANA
Abang, itu untuk apa?
RAKA
Ami biasanya kan beli. Kata Ami ini roti, Abang pengen ngerasain rasanya. Beli ya Mi?
ANA
(Melotot)
Balikin!
Tiga pelayan di mini market cekikikan.
RAKA
Biasa aja mukanya, iyee... Abang balikin.
Dengan wajah mengesalkan.
CUT TO
Sc. 98 . INT/EXT. TOKO PAKAIAN/JALANAN - SIANG
Pulang dari mini marketer Ana mengajak kedua anaknya mampir ke swalayan pakaian.
RAKA
Ami, ngapain ke sini?
NOVAL
Mau beliin baju adek ya, Mi?
ANA
Kakek ulang tahun, kita beliin baju kakek.
RAKA dan NOVAL
Hore!! Kakek ulang tahun.
Mereka berdua berlarian entah kemana sementara Ana naik ke lantai atas untuk memilih-milih baju. Pelayan swalayan nampak geram melihat Raka dan Noval yang terus berlarian, tapi hanya diam.
ANA (V.O)
Kalau beli yang ini, Ayah (Edi) suka nggak, ya? Emm, atau nanti malam ajah ajak Mas Hari ke sini, dia yang lebih paham selera kakeknya anak-anak.
Ana turun ke bawah, anaknya masih nampak asik berlarian ke sana-sini.
ANA
Ayo,kita pulang!
NOVAL
Udah, Mi beli baju kakek?
RAKA
Kok Ami nggak bayar.
ANA
Nanti malam aja, ajak Ayah. Ami takut salah pilih.
(Luar toko) FX: Suara Azan berkumandang.
NOVAL
Ami!! Azan! Adek kan mau solat! Cepet pulang.
(Merengek)
ANA
(Menghidupkan sepeda motornya.)
Ya ini kan mau pulang. Sabar Nak.
NOVAL
Azannya udah mau selesai. Kalau Adek nggak solat pokoknya salah Ami! Huhuhu
Ana Diam saja, menghidupkan sepeda motor dan melaju dengan kecepatan sedang.
NOVAL
Ami cepat! Nanti adek ketinggalan solat!! Huhu
RAKA
Sabar kenapa sih? Kenapa juga mau ikut Ami belanja? Cengeng banget!
ANA
Sudah ... Kok malah bertengkar. Adek kalau naik motor nggak boleh cepet-cepet nanti tabrakan.
NOVAL
Nanti telat salat di mushola!
ANA
Ya udah salat di rumah aja sama Ami.
NOVAL
Nggak mau! Huhuhuhu
RAKA
Kalau nggak mau ya udah! Biarin aja Mi, nggak usah temanin orang kayak gini.
NOVAL
Abang!! Huhuhu
Ana semakin pusing. Sampai di rumah ia membuka pagar dan masuk ke halaman. Noval berlari ke rumah dan mengambil pecinya, setelahnya langsung lari ke Mushola dekat rumah. Sementara Raka nampak santai ikut mengambil pecinya ke dalam rumah, setelahnya berjalan santai hendak ke Mushola. Saat di dekat Ana, Raka berhenti dan berkata.
RAKA
Susah ngajak Adek Mi ya. Lain kali ajak Abang aja dia nggak usah di ajak.
ANA
Diem! Ke mushola aja sana, solat!
Menunjuk ke arah Mushola. Raka melengos pergi ke mushola meskipun terlambat setelah dipelototi Ana.
CUT TO