Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THE AUTHORS
Suka
Favorit
Bagikan
12. Ujian Kehilangan Bapak

Episode 12

Sc. 65 INT. RUMAH SAKIT - MALAM

Ana tergesa berlari melewati koridor rumah sakit dengan wajah cemas. Tidak lupa masker menutupi sebagian wajahnya karena banyak negara sedang diserang virus corona termasuk Indonesia. Bapaknya dibawa ke ruang pemeriksaan setelah dari ruang UGD. Ana terhenti di depan pintu saat sampai. Nampak Ibu dan Mbak Eva sedang menenangkan Tofa yang amat sangat kesakitan duduk di kursi roda.

TOFA
Ach!! Sakit, Bu. Kemana dokternya ini. Bapak nggak tahan lagi.

Memegangi dada memejam kuat.

NUR
Ya Allah, tolong siapapun kalian, suami saya sudah tidak tahan lagi.

Menoleh ke arah tiga perawat yang sedang duduk di depan mereka.

EVA
Bapak, sabar ya. Istighfar, Pak ...
(Berjalan ke arah perawat) Tolong mbak, periksa dulu Bapak saya. Saya mohon (Sambil menyeka air mata)
TOFA
Ahh!! (Meringis, kesakitan)
NUR
(Duduk berjongkok di depan Tofa sambil mengurut-urut dada)
Bapak, sabar ya ... ya Allah. (Menangis, memeluk)
PERAWAT 1
(Memakai pakaian lengkap khas covid-19)
Kami belum bisa ambil tindakan, Mbak. Takutnya bapaknya covid.
EVA
(Mengeluarkan surat pernyataan)
Ini surat dari klinik di mana Bapak saya di rawat. Bapak saya negatif Mbak.
TOFA
Astaghfirullah ya Allah!! Bu .... sakit, Bu.
(Menunduk, memejam kuat sambil memegang dada. Menahan sakit)
NUR
Ya Allah, Pak. Bertahan ya, Pak. (Menangis sambil memeluk erat)
EVA
Tolong Mbak, saya mohon lihat dulu keadaan Bapak saya!

Menangis sambil mengatubkan ke dua tangan.

Ana mondar mandir di luar ruangan, tidak boleh masuk. Ia hanya memperhatikan dari luar. Nampak saudarinya dan sang Ibu berulang kali meminta tolong supaya para perawat itu memeriksa keadaan Tofa terlebih dahulu, tapi nihil. Ada yang pura-pura sibuk bermain hape dan lain-lain. Namun, lama kelamaan ada yang iba dan mendekati Tofa, lalu memeriksanya sebentar. Tofa dibaringkan ke ranjang rumah sakit. Ana memberanikan diri masuk dan nampak pakaian Tofa sudah dibuka dan dipasang banyak kabel di tubuhnya. Ana mendekati ibunya.

ANA
Bu ... bagaimana dengan Bapak?

Nur dan Eva tidak menjawab, mereka sibuk membisikkan sesuatu ke telinga Tofa. Hingga suara denging panjang itu terdengar dari alat pacu jantung yang membuat jantung Ana juga serasa berhenti berdetak.

NUR
Bapak!! Pak, Ya Allah !! Bapakku!!
EVA
(Mundur beberapa langkah, menangis)
Bapak!!

Ana Menggelengkan kepala seraya terus mundur, lalu terduduk dan meringis sambil berteriak histeris)

ANA
Bapakkkk!!! Ahhh, huhuhu Bapak, ya Allah, Bapak!!

Ana Berjalan mendekati jasad Tofa, lalu menatap wajah Tofa lama sambil mencium semua bagian wajahya, setelahnya menyandarkan kepala ke dada Tofa yang masih ditempel berbagai macam kabal.

ANA
Bapak, Bapak sudah tenang. Bapak nggak sakit lagi.

Meringis sambil sesekali menghapus air mata.

ANA
Bapak, Ana sayang sama Bapak, (Memeluk jasad Bapaknya erat)

Dua perawat mendekat dan menutupi semua tubuh Tofa dengan kain. Ana berdiri, lalu mendekati Ibunya. Berusaha memeluk ibunya yang terus saja histeris.

CUT TO

Sc. 66 INT. DALAM AMBULAN - MALAM

Ana dan Ibu ikut mobil jenazah menuju ke rumah. Ana memeluk Nur dari samping. Nur hanya diam, tatapannya kosong ke depan.

ANA
Ibu, nanti ikut aku aja, ya ... tinggal sama keluarga aku.
NUR
Kasihan semua cucu yang ada di sini kalau Ibu pergi.

Ana Berusaha mengerti, memeluk ibunya semakin erat.

CUT TO

Sc. 63. INT. RUMAH TOFA - TENGAH MALAM

(Halaman rumah) Semua sudah di siapkan oleh tetangga dan keluarga. Diluar sudah ramai. Jenazah diturunkan dari ambulan.

(Dalam rumah) Sudah ramai para tetangga dan keluarga. Ana masuk dan melihat Ina duduk menangis diantara banyak tetangga. Ana mendekati Ina. Mereka menangis dan berpelukan. Jenazah dibawa masuk. Nur kembali histeris hingga nyaris pingsan. Aida dan keluarga membawanya ke kamar. setelah Jasad dibaringkan. Semua orang membaca tahlil di dekat jasad Tofa.

Jam 3 dini hari. Aida, Ina, Eva, Ana dan Nur terlihat tidur di samping jenazah. Ana terbangun, membuka penutup wajah Tofa, menatapnya lama, mengusap wajah itu, lalu mencium kening Tofa. Ana bergeser ke tengah tubuh jenazah, mencium tangan jenazah yang bersidekap di atas perut cukup lama. Kemudian bergeser lagi ke bawah. Ana sujud di kaki jenazah. Awalnya Ana tabah, tapi lama-lama menangis.

Aida terbangun, menenangkan Ana di susul yang lain. Setelah tenang Ana memilih tidur di bawah kaki Tofa, sesekali ia mencium telapak kaki itu sambil mengucapkan berbagai macam doa.

ANA (V.O)
Bapak, maaf kalau selama ini Ana memiliki begitu banyak kesalahan. Maafkan semua kesalahan Ana ya, Pak. Mungkin sudah terlambat, tapi percayalah doa Ana akan selalu menyertai Bapak. InshaAllah sahid ya, Pak. Sahid, Sahid, Sahid ya Allah ....

Setelahnya ana mengucapkan doa untuk kedua orang tua sambil kembali memeluk kaki bapaknya erat.

CUT TO

Sc. 67 EXT. HALAMAN RUMAH TOFA - PAGI

Semua keluarga memandikan jenazah.

PEMANDU PEMANDI JENAZAH
Sudah bersih. Jenazah akan diwudhui. Semua keluarga yang mau cium silakan cium dulu.
NUR
Pak, tenang di sana, ya.

Mencium kening, pipi dan memeluk kepala jasad beberapa saat. Kemudian menyusul Eva, Ina dan Aida bergantian mencium wajah Tofa. Ana berjalan ke arah bawah. Ia membersihkan kaki Tofa, lalu memejam sesaat.

ANA (V.O)
Bismillahirrahmanirrahim. Bapak, maaf untuk semua dosa yang pernah Ana lakukan. Maaf belum bisa membahagiakan Bapak selama ini. Allahummaghfirli waliwadidayya warhamhuma kamaa robbayani Sohiro...

Ana membungkuk, mencium kaki itu lama, kemudian memeluknya sesaat. Semua orang terharu melihatnya. Selesai ana kembali mendongak

ANA
Sudah, Pak. Silakan dilanjutkan.

Jenazah diwudhui. Kemudian dibawa masuk untuk dikafani. Di luar, sebuah mobil berwarna hijau berhenti di halaman. Hari dan keluarga besar turun dari sana. Ana mendekat dan langsung memeluk Hari. Tangisnya pecah.

CUT TO

Sc. 68 INT. RUMAH TOFA - MALAM

(Dapur) Keluarga dan tetangga khusus wanita duduk di dapur. Eva celingukan mencari seseorang, lalu berbisik pada Ana yang duduk di sebelahnya.

EVA
Dek, aku kok nggak lihat Ibu dari tadi?
INA
(Menoleh ke arah Eva, lalu kepalanya berkeliling memperhatikan sekitar) Iya, Ibu nggak ada, kemana, ya?
AIDA
Eh, tadi Ibu salat di kamar. Ana cepet susul Ibu, jangan sampai Ibu sendirian.
ANA
Kamar mana?
(Beranjak berdiri)
AIDA
Kamar depan!
ANA
Jadi aku harus melewati banyak orang yang duduk di dalam.
INA
Nggak apalah, namanya juga kepepet.

(Ruang tengah)Ana langsung masuk ke dalam. Tubuhnya membungkuk melewati banyak para bapak-bapak siap membaca tahlil malam ini.

(Kamar) Sampai di depan kamar, dengan sangat hati-hati Ana membuka pintu. Nampak Nur sedang terbaring di atas sajadah, masih mengenakan mukena. Ana ikut berbaring di belakang tubuh ibunya seraya memeluk.

ANA
Ibu, kenapa nggak keluar?
NUR
Capek! Ibu mau tidur.
ANA
Ya sudah, tidurlah.

Memeluk erat sambil mengusap-usap punggung Nur dari belakang. Suara orang membaca tahlil menggema di rumah itu. Ana terus memeluk Ibunya sampai acara tahlil selesai.

CUT TO

Sc. 69 INT. RUMAH TOFA - SIANG

(Dapur) Ramai para tetangga dan keluarga bergotong royong memasak untuk tahlil.

(Ruang tengah) Ana dan Eva sedang sibuk mengecek belanjaan untuk tahlilan malam ini, apa saja yang kurang.

ANA
Aku mau transfer ke percetakan nanti sore, minjem sepeda motor, ya!
EVA
Pake aja sepeda motorku.
ANA
Oke ...

CUT TO

Sc. 70 EXT/INT. JALANAN/RUANG MESIN ATM - SORE

Ana sampai di mesin atm. Ana mengantri. Orang keluar dari mesin atm, Ana masuk.

(Ruang ATM) Berdiri di depan mesin ATM, lalu sibuk mengotak-atiknya. Seketika Ana terdiam, tidak percaya saat cek saldo ATMnya naik sepuluh kali lipat dari biasanya. Matanya berkaca-kaca, lalu Ana duduk menangis saking tidak percayanya

ANA (V.O)
Bapak, apa bapak sudah bertemu dengan Allah dan meminta Allah melapangkan rejekiku? Jika ia, terima kasih, Pak. Sedekah tahun ini nanti akan kuniatkan semoga amalnya mengalir untuk Bapak. Ya Allah, terimakasih banyak. Sayang, bapak tidak bisa ikut menikmati rejeki ini.

Ana berdiri, menghapus air mata, lalu menarik uang dari atm. Setelahnya keluar dari sana. Di halaman sekitaran mesin ATM Ana membuka hape dan melihat group chat Marketernya.

Marketer 1 (S.O) : Mbak udah aku lunasin semuanya. Termasuk punya anak-anak.
Marketer 2 (S.O) : Mbak, aku pesen semua buku. Dah transfer ke Cici. Jadi total pesenan aku 84 eks, khusus buku terbaru 60 eks untuk area Jawa timur.
Marketer 1 (S.O) : Aku InshaAllah tembus 70an area Jawa barat. Ada juga kirim ke Hongkong, taiwan dan beberapa negara lain juga Mbak. Alhamdulillah ...

Ada membaca satu persatu konfirmasi penjualan marketer dari seluruh Indonesia. Total penjualan pertama keseluruhan lebih dari 500 eks buku. Penjulaan tertinggi selama Ana menjual buku. Ana diam menatap ke langit, kemudian memejamkan mata, kembali terharu dan menangis.

ANA (V.O)
Terimakasih untuk rejeki ini ya Allah. Titip Bapak saya. Jika saya tak bisa membahagiakannya di dunia. Tolong bahagiakan beliau di akhirat. Semoga suatu saat beliau melihat kesuksesan saya dari akhirat sana dan turut bangga serta bahagia memiliki anak seperti saya. Aamiin.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar