Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Episode 3
Sc. 14 EXT. JALAN RAYA - PAGI
Pagi-pagi sekali Ana sudah siap akan mengantar Raka pergi ke sekolah dengan sepeda motor matic bututnya.
Raka menampakkan Wajah kesal.
Ana hanya diam, tapi wajahnya terlihat kesal. Ia membawa sepeda motornya cukup kencang, hingga menyalip beberapa kendaraan lainnya. Supaya lebih cepat, Ana memilih melewati jalan tikus untuk menghindari kemacetan.
(Di depan gerbang sekolah) Semua murid sudah berbaris, bersiap akan melaksanakan upacara bendera. Ana menghentikan kendaraan, lalu Raka turun begitu saja dari sepeda motor. Tanpa berpamitan Raka berlari sambil berteriak.
Melihat Raka terlambat, bahu Ana langsung turun.
CUT TO
Sc. 15. INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - MALAM/PAGI
(Malam) Setelah suaminya pergi ke toko, Ana tidak bisa tidur, lalu iseng mengambil hape dari bawah bantal dan mengetik sebuah cerita dengan judul ‘Naik Ranjang’ setelahnya ia upload di komunitas menulis terbesar di facebook. Karena kantuk menyerang, akhirnya ia memutuskan langsung tidur.
(Subuh) Ana bangun dan mengecek ponsel. Kaget saat melihat ceritanya ramai dengan like dan komentar menggunung. Hari tiba-tiba masuk kamar, membuat Ana gugup.
Kembali meletakkan ponsel ke bawah bantal.
Bergegas Ana bangkit dan keluar kamar untuk wudhu, setelahnya langsung salat subuh, sementara suaminya merebus air untuk membuat teh.
CUT TO
Sc. 16 EXT. RUMAH EDI/TERAS DEPAN - SORE
Ana menelepon Lia sambil duduk di kursi teras.
INTERCUT
Mendengar jawaban Ana, Lia tertawa terbahak-bahak.
Berteriak, senang.
Kini Berbisik.
Berdiri dan sedikit melompat bahagia. Ana masuk menuju ruang keluarga.
(Ruang Keluarga) Ketika Ana melintas di depan TV. Ana melihat salah satu televisi swasta yang sedang membahas beredarnya kabar burung bahwa akan ada penghapusan pelajaran Agama di sekolah-sekolah. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk menyelipkan pesan betapa pentingnya pelajaran Agama itu untuk anak-anak di sekolah.
CUT TO
Sc. 17 INT. RUMAH EDI - MALAM
(RUANG MAKAN) Setelah makan malam bersama dan mengobrol sebentar dengan keluarga Ana masuk ke kamar. Hari dan Edi masih sibuk membahas sesuatu di meja makan, sementara anak-anaknya bermain di ruang keluarga bersama Rana.
(KAMAR ANA) Perlahan Ana menutup pintu kamar dan memainkan ponselnya sambil berbaring. Ia membuka aplikasi facebook dan mengunjungi komunitas tempat menulisnya kemarin. Senyumnya mengembang melihat ceritanya yang disukai dan dikomentari ribuan orang. Semua koment tak ada yang terlewat dibacanya. Puas membaca koment pembaca, ia mulai menulis untuk episode kedua.
Berpikir keras. Saat Ana sedang asik menulis tiba-tiba suaminya masuk. Bergegas Ana menyimpan gawainya.
Ana pura-pura menguap.
Lalu keluar dari kamar menuju ke pintu belakang.
Berdiri mengikuti langkah kaki suami mengantar sampai ke pintu dapur.
(DAPUR) Ana berdiri di depan pintu mengantar kepergian suami. Setelah suami menjauh, cepat-cepat ditutup pintunya dan kembali ke kamar.
(KAMAR) Kembali memegang hape dan melanjutkan tulisan, setelahnya upload ke komunitas menulis. Selang beberapa menit, terlihat beberapa orang yang sudah mampir dan menyukai tulisannya. Awalnya Ana tersenyum, tapi lama-lama dahinya mengerut. Orang-orang yang tidak tahu niat Ana untuk menyelipkan pesan moral di sana protes.
Keringat membanjiri wajah Ana. Bukan hanya satu dua koment menjatuhkan, bahkan ribuan.
Setahu Ana kalau menjadi janda, sedangkan si wanita masih perawan, maka tidak ada masa Iddahnya. Ana terlihat sibuk membalas koment pembaca, belum selesai satu sudah menumpuk ribuan koment lainnya sehingga balasan komentnya tertimbun. Ana Berdiri dan mondar-mandir dalam kamar, cemas.
Setiap kali mengecek fb, Ana akan duduk berjongkok sambil meremas kepala, pusing. Hujatan-hujatan dari semua tokoh masyarakat berdatangan, bahkan beberapa ada yang mengaku ulama.
Ana kembali mengecek koment pembaca di media sosialnya.
Dan seterusnya ....
Ana masih bertekad mempertahankan tulisannya. Ia melirik jam, di sana sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Ana bimbang.
Ana sibuk menelepon Lia, tapi tidak diangkat, mungkin sudah tidur. Ia mengingat-ingat siapa kira-kira yang bisa membantunya. Ana ingat, ada salah satu guru menulisnya di salah satu komunitas yang nampak ramah, dibanding guru lainnya. Ana langsung mencari nama Maya di facebooknya, setelah ketemu Ana memberanikan diri mengirim messenger.
Malam itu mereka bertukar pikiran sampai jam 12 malam lebih, tapi Ana masih tak menemukan titik terang. Meskipun Maya sudah memberi masukan ini dan itu.
CUT TO
Sc. 18 INT. DAPUR - PAGI
Ana memasak, tapi wajahnya lesu. Ayah mertua yang melintas akan pergi mengajar, meliriknya sekilas. Rana yang akan pergi kuliah juga meliriknya sekilas, tapi Ana hanya diam dan lesu. Noval bermain ponsel di ruang keluarga. Kepala Ana pusing memikirkan masalahnya. Hari mendekat, pamit akan membuka toko.
Ana diam saja, Hari kembali memanggil, tapi masih sama. Akhirnya Hari Menyenggol bahu Ana. Ana Terkejut, meletakkan pisau dan menatap suami.
Hari Langsung pergi dengan wajah tidak bersahabat. Ana terduduk lesu, sambil mengusap wajah kasar, putus asa.
Sc. 19 INT. KAMAR ANA - Sore
Ana baru selesai salat Asar. Matanya sembab, basah dan bengkak. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ana mengambilnya dan terlihat nama Lia di layarnya. Ana menggeser tombol hijau.
INTERCUT
Ana menangis.
Semakin kencang menangis. Kepalanya bersandar di kasur yang tak memiliki ranjang.
Hening, hanya terdegar suara isak tangis Ana. Lia melanjutkan kata-katanya. Dia merasa kasihan juga kepada sahabatnya.
Meringis dengan suara tertahan.
Terdiam, lalu menghapus air mata.
Tertawa. Mencoba menghibur Ana.
Berkata dengan suara serak. Menangis sambil tertawa.
CUT TO