Episode 4
Sc.20 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - MALAM
Ana masih belum berani menulis, sementara pro dan kontra terus berdatangan di kolom komentar ceritanya. Ana memutuskan meminta saran teman-teman penulis lainnya yang ia kenal. Dan ia menemukan jawaban setelah berbalas pesan dengan salah satu penulis asal Jawa yang bernama Kinan.
KINAN (S.O) : Bukan cuma kamu, penulis lainnya juga pasti pernah tersandung masalah seperti ini. Kalau yang berkaitan sama Agama dan Syariat itu emang susah dan harus extra hati-hati, karena itu sensitif. Saran aku, kamu hapus postingan lama, edit dengan postingan yang baru. Soal pesan yang pengen kamu selipin nanti bisa kamu bikin di cerita yang baru. Lagian mau selipin soal begitu tokohnya guru dan panggilan untuk kedua orang tuanya terkesan keluarga yang taat. Ya jelas ambyar lah ... inget, setiap manusia itu pasti pernah salah. Jangan mikir kamu yang paling berdosa. Perbaiki dan bangkit! Dah, jangan sedih lagi, ya.
ANA (S.O) : Aku sampai nggak tidur 3 malam, kepalaku berat, Mbak. Aku kepikiran terus. Aku coba saran mbaknya, ya. Makasih Mbak sudah menyempatkan diri membalas chat saya.
KINAN (S.O)
Iya, sama-sama. Harus semangat nggak boleh nyerah, ya!
ANA (S.O) : Siap Mbak. Sekali lagi makasih om, ya ... (Emot peluk dan cium)
KINAN (S.O) : (Emot Love)Ana langsung mengedit tulisannya sampai pukul 03.00 dini hari. Tidak lupa permohonan maaf ia tulis di akhir cerita untuk semua pembaca dan mengucapkan terima kasih kepada beberapa orang yang membantu memecahkan masalahnya.
CUT TO
Sc. 21 EXT. - HALAMAN SEKOLAH RAKA - SIANG
Ana duduk di kantin belakang sekolah menunggu anaknya pulang. Matanya fokus menatap layar hape. Sesekali ia tersenyum lega karena pembaca memaklumi bahwa ia adalah penulis pemula.
PEMBACA 1 (S.O) : Nah, kalau gini kan enak thor, 5 bulan nikah. Berarti masa iddahnya dah lewat. Semangat terus thor, lain kali kalau mau nyelipin pesan cari tokoh yang lebih masuk akal. Preman atau apa lah, jangan guru, apalagi berasal dari keluarga yang taat.
PEMBACA 2 (S.O) : Saya suka sama authornya, berani mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki semua. Kalau aku jadi author pasti akunku dah hilang. Malu (emot ngakak).
Tapi dia dengan kesatria nongol lagi dan memperbaiki semua. 10 jempol untukmu mbak author.
PEMBACA 3 (S.O) : Dilanjut ya, Mbak. Kami semua memaafkan. Alurnya semakin menarik dan tidak membosankan. Next mbak authorr! Ganbanteeee!!
Dan komentar-komentar lainnya yang membuat kepercayaan diri Ana kembali. Ana tersenyum sambil mengusap sudut mata. Tidak berapa lama anak-anak berhamburan keluar dari pagar belakang sekolah. Raka mendekati Ana.
RAKA
Ami nangis? Ayah marah-marah, ya?
Ana Berdiri dan menghapus air mata
ANA
Nggak, Nak. Ami kelilipan. Yuk, kita pulang!
Ibu dan anak itu bergegas menaiki sepeda motor dan pulang ke rumah. Dijalan Raka menceritakan semua kegiatannya di sekolah. Ana mendengarkan dengan antusias.
DISOLVE TO
Sc. 22 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - MALAM
Ana menutup pintu setelah mengantar kepergian suaminya ke toko, lalu memasuki kamar. Kedua anaknya sudah terlelap. Ana duduk di ujung ranjang dan iseng membuka ponselnya. Part demi part ceritanya selalu berhasil ia up di facebook dan mendapatkan sambutan antusias dari pembaca. Tiba-tiba ada messenger masuk. Ana membukanya.
PENA MEDIA : Assalamualaikum, Kak. Perkenalkan kami dari penerbitan pena media bermaksud ingin meminang novel Kakak yang berjudul Naik Ranjang. Tulisan Kakak sangat disukai pembaca dan kami rasa sayang kalau tidak diterbitkan. Terbitnya gratis kok Kak, malah kakak akan mendapatkan royalti 20% untuk buku yang terjual. (Emot senyum)
ANA : Waalaikumsalam, Mbak. Salam kenal balik. Wah ... senangnya, saya jadi tersanjung. Untuk sementara belum bisa jawab, Mbak. Karena cerita ini juga baru jalan di episode/part 5. Terima kasih banyak sebelumnya, Mbak.
PENA MEDIA : Oke Kak. Kami siap menunggu, semoga kita bisa menjadi rekan kerjasama nantinya, ya.
ANA : Aamiin ...
Ana sangat bahagia ada penerbit yang mau membukukan karyanya. Belum juga hilang rasa senang di hatinya, masuk lagi sebuah messenger di gawainya, segera Ana melihatnya.
BIRU LANGIT MEDIA : Assalamualaikum, Mbak. Kami dari penerbit Biru langit Media ingin mengajak kerja sama untuk menerbitkan buku mbak yang bejudul Naik Ranjang di Komunitas ...
Belum selesai Ana membaca isi chat itu, Ia langsung membuang ponselnya ke kasur dan berteriak kecil, lalu keluar kamar menuju kamar Rana. (Bahagia) Ana Berlari sambil berteriak memanggil nama Rana. Rana Kaget dan langsung keluar kamar mendekati Ana yang sudah sampai di meja makan.
RANA
Kenapa, Mbak?
Ana Menarik napas panjang, susah bicara.
ANA
Ran, anu ... itu, itu, naskah Mbak.
Rana terus Mengamati wajah Ana.
RANA
Ya, terus kenapa, Mbak?
ANA
Kamu inget cerita mbak tentang penerbit? Yang mbak pengen banget buku mbak terbit di sana.
Rana mencoba berfikir.
RANA
Yang mana, Mbak? Oh iya, penerbit biru langit?
ANA
(Mengangguk cepat)
Nah iya. Dia ... penerbit itu ... dia ...
RANA
Iya, dia kenapa?
ANA
Dia mau nerbitin cerita Mbak!! Aaaa!!!
Rana (Syok (Beat) lalu ikut berteriak.
RANA
Aaa!!! Alhamdulillah Mbaak!
Rana dan Ana terus berteriak sambil melompat-lompat berdua sambil berpegangan tangan, bahagia. Setelah malam itu, satu demi satu penerbit lainnya mulai berdatangan mengajak kerja sama Ana supaya ia mau menerbitkan buku di penerbitan mereka. Ana galau, tapi akhirnya mantap memilih satu penerbit setelah berdiskusi dengan Uni Maya dan Ana memilih Nama Pena Ana Mustofa, yang berarti Ana, anaknya Mustofa. Setiap malam Ana terus begadang untuk menyelesaikan naskah. Ayah mertua, Edi. Bahkan meminjamkan laptopnya untuk Ana. Beliau mendukung penuh cita-cita menantunya. Setiap malam Ana duduk di depan meja bulat di kamar dengan membentang ambal, lalu mengetik hingga jam 11 malam. Jika mengantuk, Ana akan tidur di bawahnya, kemudian terbangun lagi jam 01.00 malam dan melanjutkan mengetik lagi hingga pukul 04.00 pagi. Jam 5.00 subuh Ana bangun untuk salat subuh dan beraktifitas seperti biasa. Tidak jarang sang suami menegur karena sering melihat istrinya sering menguap.
CUT TO
Sc. 22 INT. DAPUR RUMAH EDI - PAGI/SIANG
Ana sedang menelepon Lia sambil memasak setelah tidak ada orang di rumah. Kecuali Noval, anak itu asik menonton film kartun di ruang keluarga. Ana duduk di kursi meja makan.
INTERCUT
LIA
Gimana? Kapan mau launching novelmu? Semuanya lancar? Mantep sama si biru?
ANA
Alhamdulillah, sejauh ini sih aman. Awal-awal dia hubungin aku besoknya aku sempet ajuin cover novel. Itu fotoku sendiri sama foto adikku. Awalnya katanya bagus, dan mau pake cover itu. tapi ....
LIA
Tapi kenapa?
ANA
Pas aku tanya lagi, sekarang katanya nggak bisa pake cover itu. Naskah udah terlanjur aku setor ke sana semua. Kalau dia bilang dari jauh hari kan aku bisa cari penerbit yang lain.
LIA
Awalnya dia mau, pas udah deal, dia jadi nggak mau. Gitu mah udah biasa. Simpen aja nanti buat cover buku lainnya.
ANA
Aku kecewa aja sih, kok nggak tepat janji. Cover lainnya? aku nggak yakin cerita aku lainnya bisa meledak kayak gini. Meski pun awalnya cerita ini kontroversial sih.
LIA
Jadiin pengalaman. Lain kali nggak ada salahnya riset lebih mateng. Kalau mau bikin tokoh yang fakir ilmu ya jangan guru kerjaanya. Profesi lain ajalah.
Ana Mengendus-endus. Seperti mencium bau sesuatu.
ANA
Bentar, aku kok kayak mencium bau gosong, ya?
LIA
Kamu nggak lagi masak’kan?
Ana tepuk jidad, langsung berlari memeriksa masakan dan mematikan kompor.
ANA
Aaa!! Masakanku gosong!!
Lia terbahak sementara Ana terduduk lesu di lantai.
CUT TO
Sc. 24 INT - KAMAR ANA - SIANG
Hari ini adalah extra part cerita ‘Naik Ranjang’ sekaligus open PO novel Ana yang berganti judul menjadi ‘Prasetyo’ dalam buku. Berdebar-debar hatinya hendak menekan tombol posting dari layar hape di akun facebooknya. Pada Aplikasi whatsaap, pihak penerbit sudah membuat group yang berisi para marketer, termasuk Ana dan admin dari pihak penerbitan. Ana memejamkan mata dan mengucap bismilah, lalu menekan tombol posting. Tidak lupa orang-orang yang dari dulu minta dikabarin kalau sudah open PO di tag namanya oleh Ana. Satu persatu beberapa pembaca berkomentar.
PEMBACA 1 (S.O) : Wah, udah tamat, ya! Terima kasih author, ceritanya asik dan banyak hikmah di dalamnya. Semoga novelnya laku keras dan sehat selalu, ya.
PEMBACA 2 (S.O) : Kok digantung sih, thor. Tapi ya udahlah, pasti authornya bahagia ceritanya jadi buku. Selamat ya thor semoga laris manis.
Ana tesenyum kecil membaca beberapa koment itu. Di lain waktu ada yang bertanya marketer khusus daerah jabodetabek. Cepat Ana men—tag nama akun marketernya. Tapi si marketer tak kunjung mampir ke sana. Akhirnya Ana memberitahu lewat group wa.
ANA : Mbak Luna aku tag di postinganku, ya, ada yang mau daerah Jakarta.
LUNA : Kasih aja nomorku. Aku lagi ada kerjaan.
Ana terdiam, dia bingung mau membalas apa. Karena dia juga sering melihat penulis lain open po buku dan para marketer gencar koment di sana mencari cari, siapa tahu ada yang mau bukunya. Sayang itu berbeda dengannya, postingannya ini sepi. Hanya ada beberapa marketer saja yang mampir. Sehingga Ana memberikan nomornya sendiri supaya dihubungi oleh si pembeli, setelah itu baru nomor pembeli diberikan ke marketer daerah masing-masing.
ANA (V.O) : Biasanya kalau penulis lain para marketer antusias koment di kolom komentar dan sebut daerahnya masing-masing. Kenapa pas aku yang open PO gini, ya? Salah aku di mana sih? Emang aku ada salah sama mereka. Kok perlakuannya beda?
CUT TO
Sc. 25 EXT. TERAS RUMAH EDI - MALAM
Ana menelepon Lia.
INTERCUT
LIA
Ya jelas bedalah. Coba lihat penulisnya, kalau penulisnya pemes jelas mereka gencar promo, gencar nongol dan lain sebagainya. Sedangkan kamu? Kamu baru, Na. Mungkin pikir mereka belum ada yang kenal sama kamu, mangkanya mereka melempem, promo juga percuma ntar nggak ada yang beli, cape’ doang.
ANA
Oh, gitu ya (Menarik napas panjang). Ternyata jual buku itu nggak semudah yang aku bayangkan. Berapapun lakunya aku pasrah aja deh. Paling aku berusaha sendiri selama masa open PO ini. Udah terbit aja aku dah seneng banget. Rencana mau nulis judul baru nih.
LIA
Dah ada ide? Tentang apa?
ANA
Muallaf. Orang cina masuk islam, Li.
LIA
Kedengarannya bagus, semoga rame dan jadi buku lagi, ya. Semangat!
ANA
Aamiin ... makasih bebs!
Setelah hari itu Ana terus menulis cerita baru, dan banyak pembaca yang suka. Hanya berselang waktu satu bulan, Ana sudah menerbitkan buku dengan judul baru. Ana memilih penerbit baru yang menurutnya lebih nyaman. Bulan berikutnya Ana menulis cerita baru dan kembali disukai pembaca, akhirnya terbit buku ketiga. Meski pun belum ada yang best seller Ana terus menulis tanpa kenal lelah.
FADE OUT/FADE IN