Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Episode 5
Sc. 26 EXT. TOKO MANISAN - SIANG
Wajah Ana berbinar saat membaca informasi dari dua penerbit yang berbeda. Ini pertama kalinya Ana mendapatkan bayaran dari hasil menulisnya. Ana langsung menarik uang yang baru saja di transfer oleh penerbit dan mampir ke toko manisan, untuk membelanjakan berbagai macam sembako untuk dibagikan ke orang-orang yang lebih membutuhkan di sekitarnya.
Ana Berpikir. Melihat itu si penjual tersenyum.
Penjual bergegas memanggil pelayannya untuk menyiapkan semua.
Setelahnya Ana dan Rana pergi menaiki sepeda motor untuk membagikan sembako-sembako tersebut.
CUT TO
Sc. 27 EXT. RUMAH PARA TETANGGA - SORE
Sepeda motor berhenti di samping rumah yang terbuat dari papan yang sudah tak layak huni. Ana turun dengan membawa sekantung sembako di tangan diiringi Rana.
Ana berdiri di depan pintu.
Tergopoh keluar dari dalam rumah, tetangga Ana yang bernama Bik Unah (p/45) membuka pintu.
Setelah pintu terbuka, Ana mengajak bersalaman.
Tersenyum ramah.
Rana bersiap membidik Ana dan Bik Unah dengan ponselnya. Mendengar Bik Unah yang kurang percaya diri, baik Ana dan Rana sama-sama tersenyum.
Rana dan Ana Saling pandang, lalu tertawa bersamaan, bahkan diiringi tawa Bik Unah juga. Tidak berapa lama Bik Unah sudah siap dengan wajahnya yang sudah dilapisi bedak.
Ana langsung bersiap, dan mendekat, tidak berapa lama Ana kembali mengulurkan sembako pada Bik Unah. Bik Unah menoleh ke arah kamera seraya tersenyum dan ... cekrek! (Beat)
Rana dan Ana kembali membagikan sembako ke rumah tetangga lainnya yang memang layak menerima bantuan. Berbagai doa dan ucapan terima kasih mengalir dari bibir mereka untuk Ana. Ana berharap semoga rejeki dari menulis yang didapatnya berkah dunia dan akhirat.
CUT TO
Sc. 28 INT. RUMAH EDI/RUANG MAKAN - MALAM
Semua anggota keluarga sedang makan bersama di meja makan. Termasuk Hari yang pulang lebih cepat.
Ana Gelisah, berulang melirik suaminya. Takut ketahuan kalau masih suka menulis.
Wajah Hari mulai memerah, menahan marah.
Rana dan Edi tertawa. Sementara Ana berulang menatap wajah suaminya. Hari telah selesai makan.
Ana bergegas mengikuti langkah kaki suaminya menuju keluar rumah. Ana hanya diam, tidak berani mengatakan apa-apa.
Sambil menatap kepergian Hari dengan wajah manyun.
CUT TO
Sc. 29 INT. RUANG KELUARGA - SORE
Ana sedang menemani Noval menonton TV sambil bermain ponsel. Tiba-tiba ada chat WA masuk, terlihat nama Uni Maya di layarnya.
Sedang asik berbalas pesan, Noval mendekat menatap ibunya.
Sibuk dengan hapenya. Tak kunjung dihiraukan Noval mengambil bantal dari kamar kakeknya, lalu kembali mendekati ibunya. Setelah dekat, Noval memukul wajah Ibunya begitu saja dengan bantal, kesal. Ana Berkedip beberapa kali sambil menatap Noval.
Wajah polos menatap ibunya.
SOUND (Suara jangkrik)
Setelah hari itu satu persatu penulis diajak bergabung ke group itu. termasuk Lia, Ana mengajak sahabatnya itu bergabung di sana, mengingat Lia juga ingin suatu hari menjadi sorang penulis. Setiap kali ada yang open PO buku mereka pasti saling membantu untuk promosi. Share cerita penulis lainnya di wall facebook masing-masing supaya bisa saling bertukar pembaca. Anggota yang tadinya hanya empat kini menjadi 13 orang. Setiap penulis pun memiliki genre tulisannya masing-masing. Mulai dari horor, teenlit, romantis, ada juga yang lebih ke dakwah dan lain sebagainya. Lengkap sudah personil mereka.
CUT TO
Sc. 30 INT. RUMAH EDI - MALAM
Ana mengembuskan napas kasar, suaminya tidak marah, tapi sekarang lebih pendiam. Iseng dia membuka wall facebooknya. Perlahan pembaca dari sabang sampai marauke mulai mengenalnya. Status di wall pribadi juga selalu ramai. Puas melihat wall sosial media, Ana beralih membuka group ‘Author Kece’
Akhirnya semua saling berbalas pesan di sana, tidak jarang Ana tersenyum sendiri saat membaca obrolan yang tak tentu arah. Puas berbagi cerita di group. Ana kembali membuka akun facebooknya. Mengetik apa saja yang ada di kepala, lalu menguploadnya di group Komunitas.
CUT TO
Sc. 29 EXT. PASAR TRADISIONAL - PAGI
Rana dan Ana nampak kesusahan membawa dua keranjang belanjaan di pasar tradisional. Suasana cukup sesak karena ramai pengunjung. Setiap hari minggu Ana dan Rana belanja untuk keperluan seminggu di rumah.
Ana Mengelap keringat di dahi.
Rana menjauh. Tiba-tiba terdengar suara musik dari arah kanan, kemudian suara seseorang bernyanyi. (Sound Lagu Rhoma Irama Nasib Orang Buta) Ana berdiri dan melihat ke arah kanan. Terlihat seorang pengemis bernyanyi. Pria tanpa pakaian dan tanpa kaki. Matanya juga buta dan tangannya tak sempurna, duduk di tengah keramaian. Ia membawa salon kecil dan memegang mic berwarna hitam. Suaranya indah memecah keramaian pasar. Ana mendekat, kemudian berdiri tak jauh darinya.
Ana memperhatikan pengemis itu sampai ia selesai bernyanyi, kemudian mendekat. Sampai di depan pengemis, Ana Membungkuk, lalu memasukkan uang 20ribu (Beat)
Menjauh dan kembali ke tempat semula. Bosan menunggu Rana, Ana mengeluarkan hape dari dompet, lalu mengotak atik sesuatu.
Membuka aplikasi facebook dan mengecek ceritanya. Terlihat angka 2000 like dan ratusan komentar.
Ana mengedit judul pada ceritanya. Yang awalnya Cinta Raja berganti menjadi Pelakor Bermartabat.
Tiba-tiba Rana sudah ada di sampingnya membawa bungkusan di tangan.
Rana hanya tertawa. Mereka beriringan menuju ke parkiran sambil bersusah payah membawa dua keranjang yang penuh sayuran. Sampai di parkiran Rana langsung mengeluarkan sepeda motor dari area parkir dan membayar, sementara Ana menunggu. Saat sedang menunggu seorang pria yang berjualan ikan di dekatnya menyapa.
Rana datang mendekat dan berdiri setelah men-standar-kan sepeda motornya. Ana tertegun manatap si penjual ikan.
Ana dan Rana langsung buru-buru menuju ke sepeda motor, lalu Rana sibuk menyusun semua letak kantung dan keranjang supaya mereka bisa pulang tanpa ada belanjaan yang tertinggal.
Perlahan Ana menaiki sepeda motor bagian belakang. Si penjual ikan tersenyum saat melihat Ana yang nampak seperti orang ketakutan. Perlahan sepeda motor mereka menjauh dari sana.
CUT TO