Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THE AUTHORS
Suka
Favorit
Bagikan
2. Saling Minta Maaf

Episode 2

Sc. 7 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA/RUANG KELUARGA - SIANG

Ana sedang menelepon Lia, mencurahkan isi hati.

INTERCUT

LIA
Apa? Jadi suamimu marah besar? Dan parahnya udah seminggu nggak negor kamu?

Ana menyisihkan ingus ke tisu kuat-kuat. Ia juga menghapus air matanya.

ANA
Iya, aku bingung mau gimana lagi. Serba nggak boleh. Pengen jualan di kantin sekolah, nggak boleh. Pengen buka manisan di rumah nggak boleh. Pengen kerja kantoran nggak boleh. Sumpah aku merasa seperti burung dalam sangkar, Li. Aku juga pengen kasih keluarga aku uang.

Lia terdiam, Heran.

LIA
Emang selama ini nggak pernah kasih orang tua?
ANA
Ya, kasih. Cuma nggak enak sama dia. Aku juga pengen sedekah pake uang aku sendiri. Meskipun sekarang dengan menulis buku antologi belum ada penghasilan. Siapa tahu suatu saat aku bisa nulis novel solo dan punya penghasilan seperti yang lain.
LIA
Udahlah, untuk sementara turutin aja apa mau suami kamu. Demi rumah tangga kalian juga. Aku paham kamu punya mimpi di dunia literasi ini. Cuma mungkin belum saatnya.

Ana kembali Menangis

ANA
Aku ... (Terdiam, memejam)
Aku sakit Li waktu dia ngomong ‘Itu sertifikat kamu bisa dijual? Bisa menghasilkan uang?’ dia nggak paham bagaimana bahagianya aku saat namaku tertulis di salah satu buku antologi itu. Aku ...

Kemudian tangis Ana semakin kencang.

LIA
Na, sabar ya ... jangan nangis dong.
ANA
Aku bingung, jadi aku tuh bolehnya ngapain gitu. Semuanya nggak boleh ...

Lia Mendekatkan ponsel dan memeluknya.

LIA
Cup cup cup, sini peluk!

Ana kembali Menyisihkan ingus beberapa kali ke tisu.

ANA
Aku capek, Li. Capek banget. Capek hati, capek pikiran. Kurang sabar apa aku ngadepin dia selama ini.

Tiba-tiba terdengar suara tangisan Noval dari ruang keluarga. Ana segera menutup telepon dan memeriksa anak-anaknya.

(RUANG KELUARGA) Noval menangis sesenggukan, sementara Raka mengulum senyum. Ana mendekati Noval sambil menatap Raka tajam.

ANA
Kamu apain adeknya?
RAKA
Nggak di apa-apain kok, nangis sendiri.
NOVAL
Abang Ami, katanya nggak mau ngajak main adek lagi.
ANA
Abang nggak boleh gitu sama adek, masak adeknya nggak boleh ikut main.
RAKA
Males, cengeng sih. Dasar cengeng, dasar cengeng

Raka Menjulurkan lidah, mengolok-olok.

NOVAL
Amiii, Abang nakal, jahilin Adekk!!
RAKA
Wek-wek-wek

Sambil berjoget, dan mengolok-olok.

ANA
Ami bilang berenti kayak gitu. Abang, dosa ya!

Marah sambil memeluk noval yang mengamuk. Noval terus mengamuk dan menangis, sementara Raka terus mengganggu. Karena kesal Ana hendak menangkap Raka, tapi tak berhasil karena anak itu lebih lincah kabur keluar rumah.

ANA
Awas, ya! Nanti nggak Ami ajak ke mini market. Liat aja!!

CUT TO

Sc. 08 INT. RUMAH EDI/RUANG MAKAN - MALAM

Edi, Raka, Noval, Rana dan Ana duduk di meja makan. Mereka sedang makan malam bersama. Hari lembur hingga terlambat pulang.

EDI
Abang Raka gimana sekolahnya?
RAKA
Tadi, Abang ada pelajaran olahraga kakek. Abang suka main raket.
EDI
Kalau pelajaran hitungan, suka nggak?

Raka memasang wajah cemberut.

RAKA
Susah Kek, kalau 10+10, ngitungnya udah pake semua jari masih nggak ketemu jawabannya.
ANA
Ami kan udah sering ajarin, hitungnya pake alat hitung sempoa. Ini alatnya bukan dipake untuk berhitung malah jadi mainan bongkar pasang.
RANA
Kayaknya si Abang emang lebih tertarik sama pelajaran olahraga ya, Mbak.
EDI
Iya, udah keliatan. Sukanya main bola, main raket, main sepeda. Kalau diminta ngerjain PR sekolah tulis menulis susah kan?

Ana berkata Dengan raut kesal.

ANA
Kadang sampe nangis, Yah. Katanya capek lah, ini lah, itu lah. Ada ... aja alasannya.

Sementara mereka bicara, terlihat Noval kepalanya sudah bersandar pada meja, tertidur. Ana mendekat dan memeriksa Noval, kemudian tersenyum pada semua sambil memberikan kode dengan tangan bahwa Noval sudah pulas. Lantas membawanya masuk kamar.

CUT TO

Sc. 9 INT. KAMAR ANA - MALAM

Beberapa kali Ana memeriksa jam, suaminya belum juga pulang. Kebiasaan Noval kalau tidur tangannya selalu memegang hidung Ana, kadang sampai ia susah bernapas. Ana berusaha melepas tangan Noval sambil melihat ke layar hape, kemudian rautnya nampak bahagia.

ANA (V.O) : Wah ... ada event buku antologi lagi.

Ana Senyum, kemudian wajah itu kembali sendu.

ANA
Pasti Mas Hari marah kalau aku ikut lagi. Apa aku kirim chat saja minta maaf?

Ana segera membuka aplikasi whatsapp-nya dan mencari nomor suami. Setelah ketemu segera ia menulis pesan.

ANA : Assalamualaikum, Ayah. Kenapa belum pulang? Masih marah, ya? Ayah ... maaf kalau selama ini Ami belum bisa jadi istri yang baik untuk ayah. Masih banyak kekurangan, belum bisa membanggakan dan masih banyak lagi.

Berhenti mengetik, menangis sesaat, kemudian lanjut menulis.

ANA (COND'T)
Terima kasih selama ini ayah sudah jadi ayah dan suami yang baik untukku dan anak-anak. Sudah menjadi pelengkap kekuranganku dan sabar menghadapiku. Sekali lagi maaf ya Ayah. Apalagi aku belum bisa melakukan apa pun untuk keluarga ini. Mohon maaf ... sekali.

Ana terus menangis, menutup mulut dengan sebelah tangan. Tidak berapa lama chatnya centang dua, yang tadi berwarna abu-abu kini sudah berwarna biru.

CUT TO

Sc. 10 INT. TOKO HARI - MALAM

Hari sedang mengelas badan sepeda motor, lalu berhenti dan menghisap rokoknya. Tanpa sengaja ia melihat lampu ponselnya menyala di etalase toko. Hari berdiri, lalu mengambil ponsel, melepas kaca mata dan membuka chat. Setelah membacanya, ia mendongak ke atas, lalu mematahkan kepalanya ke kiri dan kanan, karena pegal. Hari duduk di sudut. Tiba-tiba ingat beberapa tahun yang lalu.

FLASH BACK TO

Sc. 11 EXT/INT. RUMAH EDI/RUMAH BUYUT - SIANG

Hari baru saja sampai di rumah,tapi rumah sepi. Ia memeriksa kamar dan ruangan lain, tapi tak ada Ana hingga terdengar suara tangis anak di rumah sebelah, rumah buyut Tinah (p/86). Hari keluar dan mendekat ke rumah itu, lewat jendela dilihatnya Ana sedang mengganti pakaian Tinah yang sudah pikun, sedangkan Noval yang masih balita menangis karena terjatuh ke lantai.

ANA
Sayang, Nak. Sebentar lagi, ya. Ami lagi gantiin pakaian uyut. Kasihan.

Ana secara bergantian menoleh ke Tinah dan Noval. Hari Tersenyum, masuk menyusul Ana ke dalam, lalu menggendong Noval.

HARI
Kenapa nangis anak Ayah? Aminya lagi gantiin pakaian uyut, Nak.

Ana Masih sibuk mengganti pakaian Tinah.

ANA
Ayah? Kapan pulang?
HARI
Barusan, nyariin Ami nggak ada di rumah, ternyata di sini.
ANA
Abis suapin Mbah. Kok bau asem, ternyata pup di celana jadi gantiin popok dulu sekalian. Eh malah Noval nangis.
HARI
Kakeknya anak-anak sudah pulang makan siang?

Ana telah selesai mengganti pakaian Tinah dan kini sibuk mengompres tubuh nenek dari suaminya itu.

ANA
Sudah jam 11 siang tadi Ayah pulang makan siang.

Kini dia sudah selesai dan bersiap membawa ember berisi pakaian kotor Tinah ke rumah.

CUT TO

(Rumah Edi) Di lain waktu, setelah Ning (Ibunya Hari) dan buyut Tinah (Ibunya Edi) meninggal dunia. Ana sempat juga mengurus kakek Mudra (L/89) dari suaminya yang lumpuh karena terjatuh (Ayah dari Edi). Saat itu Hari juga pulang untuk makan siang. Terlihat Ana memakai masker, sarung tangan dan membawa ember berisi air sabun saat membukakan pintu untuk Hari.

HARI
Ami ngapain?
ANA
Lagi bersihin kotoran uyut Ayah. Tadi uyut Nggak mau pake pispot pas buang air besar, jadi kotorannya kececeran di lantai. Kasihan kalau nggak dibersihin. Kan risih dan bau.

Wajah Hari berubah sendu. Ia membingkai wajah istrinya dengan telapak tangan, lalu mencium kening Ana cukup lama.

HARI
Makasih ya, Mi. Hanya Allah yang bisa membalas semua. Ayah (Edi) begitu bahagia memiliki menantu seperti Ami.

Ana tertawa melihat sikap suaminya, terlihat dari matanya yang menyipit.

ANA
Ayah, biasa aja. Ami anggap ini jembatan untuk Ami belajar mengurus orang tua kandung Ami nanti, kalau suatu saat mereka sudah tua.

Hari memeluk Ana erat.

HARI
Makasih ya Sayang.

FLASH BACK CUT TO

Sc.12. INT. TOKO HARI/RUMAH EDI - MALAM

Hari menunduk mengingat semua itu. Ia memperhatikan ponselnya lama, lalu mengetik balasan untuk Ana.

HARI : Waalaikumsalam. Segala sesuatu itu tidak perlu ngucapin makasih. Ami istri yang baik kok. Hanya saja Ayah minta lebih perhatikan anak-anak. Jangan sibuk dengan dunia Ami sendiri. Ami tidak perlu jadi siapa pun. Ayah tetap bangga punya istri seperti Ami bagaimana pun keadaan Ami.

(Rumah Edi) Ana semakin kencang menangis setelah membaca balasan pesan dari suaminya.

Cut To

Sc. 13 INT. RUMAH EDI/KAMAR ANA - SUBUH

Bangun dari tidur Ana tidak menemukan anaknya. Ana duduk dan mengucek mata, lalu samar-samar terdengar suara azan dari Mushola dan ia tersenyum. Bergegas bangun dan berwudhu lalu salat.

HARI
Abang sama Adek, main di kamar kakek, ya!
NOVAL dan RAKA
Siap Ayah!

Kemudian berlarian ke kamar sang kakek. Hari masuk ke kamar dan mendapati Ana tidur di atas sajadah masih memakai mukena. Ia duduk di dekat Ana, memperhatikan wajahnya yang terlelap. Mengusap kepala istrinya dan mengangkat tubuh Ana ke kasur

HARI (V.O) : Maaf, sayang sering bikin kamu nangis.

Ana Terbangun dan kaget melihat Hari sudah berbaring di sampingnya.

ANA
Ayah?

Hari tersenyum, berdiri dan mematikan lampu. Sehingga semua nampak gelap.

HARI(S.O)
Boleh, Mi?
ANA (S.O)
Sekarang, Yah?
HARI (S.O)
Masak besok? Mi, maafin Ayah, ya.
ANA (S.O)
Ami, juga, Yah. Maaf ya.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar