Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
114. KAMAR REGI – RUMAH REGI - MALAM
Tampak Nisa dan Regi sedang menonton televisi. Mereka duduk berdampingan sambil bersandar ke ujung tempat tidur, di atas karpet yang memiliki bulu yang tebal.
Perlahan-lahan Regi menyandarkan kepala Nisa ke bahunya. Menyadari itu, Nisa benar-benar bahagia.
NISA (V.O)
Namun tiba-tiba sesuatu menetes ke atas lengan Nisa yang saat itu berada di pangkuan Regi. Spontan Nisa menoleh ke arah lengannya, ternyata itu darah. Nisa langsung beranjak dari bahu Regi dan menatap ke arah wajah Regi. Menyadari hidung Regi me-ngeluarkan darah, Nisa langsung mengambil tisu, lalu menghapus darah di hidung Regi.
Mendapat perlakuan seperti itu, Regi malah bengong. Regi seperti belum mempercayai, jika saat ini dia telah memiliki seseorang yang akan selalu ada menemaninya dalam keadaan apapun. Termasuk dalam keadaan seperti sekarang ini.
Sementara Nisa, ia masih sempat melemparkan senyum untuk Regi, di saat sedang berusaha membersihkan darah yang cukup banyak keluar dari hidungnya.
Sudah banyak tisu yang Nisa gunakan untuk membersihkan darah di hidung Regi. Saat Nisa kembali mengambil tisu untuk membersihkan darah yang sedikit masih menghiasi hidung Regi, tiba-tiba Regi menghentikan gerak tangan Nisa.
Regi menatap wajah Nisa penuh perasaan, cukup lama Regi menatap wajah gadis itu, tiba-tiba air matanya menetes. Regi langsung meraih dan menjatuhkan Nisa ke pelukan Regi.
REGI
Kali ini Nisa yang meneteskan air mata, sambil memeluk erat tubuh Regi.
NISA
REGI
Nisa mengangguk. Perlahan-lahan mereka pun melepas pelukan mereka sambil saling melempar senyum. Tangan Regi bergerak menyentuh pipi Nisa untuk menghapus air mata di pipinya.
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
115. EXT. KOST’AN MAHESA - PAGI
Pagi sekali Risya berkunjung ke kost’an Mahesa. Risya mengetuk pintu kamar Mahesa berkali-kali, tapi Mahesa tidak keluar. Risya mengetuknya semakin keras dan cepat. Hingga akhirnya pintu terbuka dan Mahesa pun keluar.
MAHESA
RISYA
Mahesa malah ketawa.
MAHESA
Risya tidak percaya Mahesa berkata sepetti itu.
RISYA
Mahesa terlihat memasang wajah angkuhnya yang semakin membuat Risya merasa sangat kesal.
RISYA
Dengan kesal Risya pergi. Mahesa hanya diam terpaku.
CUT TO:
116. EXT. PINGGIR JALAN YANG INDAH – SIANG
Saat mengendarai mobilnya menuju perkebunan, tidak sengaja Nisa meliha Risya duduk di pinggir jalan, di atas rumput hijau yang tidak terlalu tinggi, tepat di samping sebuah motor matic yang di parkir di pinggir jalan.
Mobil Nisa semakin mendekati, ia langsung mematikan mesin mobilnya tepat di samping motor.
NISA
Nisa langsung mencabut kunci kontak mobilnya, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Setelah pintu mobilnya tertutup, perlahan Nisa berjalan menghampiri Risya.
NISA
Tegur Nisa saat sudah di samping Risya. Tapi Risya tidak menjawab. Nisa duduk di samping Risya. Nampaknya Risya memang sedang memikirkan sesuatu. Nisa menyentuh pundah Risya.
NISA
Risya menoleh meski hanya memberi senyum kecil penuh kebimbangan.
NISA
Tapi Risya masih bungkam, tangannya hanya bermain rumput. Satu demi satu ia cabut lalu dibuang begitu saja tanpa tujuan.
RISYA
Risya melemparkan rumput kecil di tangannya, lalu bertepuk pelan untuk membersihkan telapak tangannya yang sedikit kotor terkena tanah yang menempel pada rumput tadi.
NISA
RISYA
NISA
RISYA
Risya semakin terpuruk, begitu pun Nisa. Nisa memang tahu Regi sakit, tapi ia tidak tahu kalau penyakit Regi sudah separah itu.
Risya melihat ke arah Nisa, diam-diam ia memperhatikan raut wajah Nisa yang terlihat begitu khawatir dan cemas.
RISYA
NISA
Nisa meneteskan air mata.
RISYA
NISA
Nisa menangis. Risya langsung merangkul lalu mendekap tubuh Nisa, sambil mengelus bahu Nisa untuk sedikit menenangkannya.
CUT TO:
117. EXT/INT. RUMAH REGI - SIANG
(INI ADALAH MIMPI MAHESA)
Langkah Mahesa mendadak pelan, saat mulai memasuki halaman rumahnya. Suasana rumah yang ramai membuatnya heran. Apalagi saat melihat ada bendera kuning terselip di sela-sela tiang rumahnya, semakin membuat Mahesa tak mengerti.
Meski perlahan, namun langkahnya kini semakin membawa Mahesa mendekati pintu rumah. Beberapa pasang mata memandangnya dengan tatapan penuh rasa iba.
PELAYAT
Seseorang yang baru keluar dari dalam rumah Regi dan berpapasan dengan Mahesa itu mencoba menenangkan, sambil mengelus bahunya.
MAHESA
Namun dari banyak orang yang ada di dekat Mahesa, tak satu pun yang menjawab pertanyaannya.
MAHESA
Dengan langkah cepat Mahesa langsung masuk ke dalam rumah. Betapa kagetnya saat Mahesa melihat seseorang terbujur kaku di tengah kerumunan orang-orang. Mahesa semakin mendekati tubuh yang tertutup oleh kain putih itu, kemudian duduk di sampingnya. Perlahan Mahesa membuka kain yang menutupi bagian wajah. Betapa kagetnya saat Mahesa melihat wajah pucat di balik kain itu, yang ternyata Regi.
MAHESA
BACK TO REAL: