Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Skrip Sajak Cinta Terakhir
Suka
Favorit
Bagikan
5. PART 5
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

38. EXT. RUMAH RISYA (HALAMAN BELAKANG) – MALAM

Sebuah speaker kecil memutar lagu Ed Shareen, judul ‘Perpect’.

Halaman belakang rumah Risya telah disulap menjadi sebuah caffe dadakan yang hanya memiliki 1 meja dan 2 kursi. Dan berhiaskan lampu kecil warna-warni saja. Risya dan Mahesa duduk berhadapan. Meski hanya 2 piring nasi goreng dan 2 gelas orange jus menghiasi meja, namun suasana terasa begitu romantis.

MAHESA

Sayang... meskipun biasa aja, tapi anggap special, ya!..

RISYA

Iiihhh maksa banget..

MAHESA

Iya-in dong!..

RISYA

Nggak mau..

Mahesa malah memasang wajah cemberut, sementara Risya malah tersenyum.

RISYA

Aku becanda kok..

Risya mengelus punggung tangan Mahesa.

Sementara Mahesa mengajak Risya beranjak dari duduknya untuk berdansa dengannya. Risya terlihat begitu bahagia. Meskipun serba sederhana, namun malam ini benar-benar terasa special dan istimewa bagi Risya.

RISYA

Sa... makasih banget. Aku nggak tahu harus bilang apalagi. Sumpah ini special banget. Makasih udah bikin aku bahagia. Aku nggak tahu harus ngebalesnya kaya gimana..

MAHESA

Gampang kok Ris..

RISYA

Gimana?..

Lantunan lagu masih terus berjalan, namun tiba-tiba Mahesa menghentikan dansa mereka. Tatapan Mahesa mulai berubah, kali ini Mahesa menatap Risya penuh rasa cinta.

MAHESA

Nggak perlu ngerasa beruntung... cukup nggak nyesel punya aku, itu udah bisa bikin aku bahagia..

Mahesa mencium tangan Risya. Risya terharu.

RISYA

Mahesa...

Mata Risya berkaca-kaca.

MAHESA

Yah, yah, yah, kok berkaca-kaca, sih? Awas jangan sampe nangis!..

RISYA

Lagian kamu abis makan apaan, sih? Kok mendadak romantis gini..

Mahesa hanya tersenyum, dan Risya membalasnya. Merasa belum cukup, Mahesa mendaratkan sebuah kecupan di kening Risya. Lalu mereka kembali melanjutkan dansa dengan hati yang berbunga-bunga, ditemani lagu romantis milik Ed Shareen yang masih setia menemani moment special mereka malam ini, yang sengaja diputar berulang-ulang.

CUT TO:

39. EXT. TENGAH SAWAH (SEBUAH GUBUK) - SIANG

Risya dan Mahesa sengaja pergi ke hamparan sawah yang luas. Mereka duduk di sebuah gubuk kecil di tengah-tengah sawah. Tiba-tiba Risya yang sedang tiduran di pangkuan Mahesa mendadak bersin-bersin.

MAHESA

(nada manja) Sayangnya aku lagi sakit ya?..

RISYA

Enggak kok, ini paling karena anginnya cukup kenceng aja..

MAHESA

Coba aku periksa dulu..

Mahesa meletakkan telapak tangannya di kening Risya, dilanjutkan mengecek denyut nadinya.

RISYA

Hemmm... ceritanya lagi memamerkan keahlian nih?..

Goda Risya. Namun Mahesa terlihat memasang wajah serius.

MAHESA

Kayanya pacar aku lagi terkena penyakit langka deh..

RISYA

Maksud kamu?..

Risya kaget, sambil beranjak dari pangkuan Mahesa.

RISYA

Aku beneran nggak apa-apa lho Sa!..

Risya mencoba menutupi perasaannya, yang mendadak takut usai mendengar ucapan Mahesa. Namun tatapan Mahesa malah semakin terasa berbeda dirasakan Risya.

MAHESA

Sayang... tapi ini beneran!..

Risya semakin ketakutan.

MAHESA

Kayanya kamu emang lagi terserang penyakit rindu stadium akhir deh sama aku..

Mahesa tersenyum sambil mencolek ujung hidung Risya.

RISYA

Iiihhhh Esa, becanda lagi deh!..

Risya kesal sambil memukul pelan Mahesa. Mahesa hanya tertawa sambil merangkul tubuh Risya, lalu kembali menikmati suasana santai di pesawahan.

MAHESA (V.O)

Ketika aku tak berada di sampingmu
Bukan berarti aku tidak bersamamu
Ingat, hatiku selalu bersamamu
Merindukanmu adalah kemampuanku,
Meski kita jarang bertemu
Namun aku tetap selalu mencintaimu
Mecintaimu adalah inginku
Takkan pernah ku menduakanmu
Walau terpisah jarak dan waktu
Memilikimu adalah dambaku
Meski tempat sering terpisah
Namun hati takkan terpisah
Cinta adalah berbagi
Walau ada di dua raga
Tapi setiap pasangan hanya memiliki satu hati
Dan setulus hatiku,
Kupasrahkan semua untukmu
Karena aku sangat menyayangimu                                   

CUT TO:

40. EXT. AREA PERKEBUNAN – SORE

Regi dan Nisa sedang berjalan menelusuri jalanan perkebunan Teh. Kali ini mereka tidak sedang bekerja. Hari ini mereka memang sengaja meluangkan waktu, hanya untuk jalan-jalan berdua sambil ngobrol santai.

NISA

Bakal rindu banget suasana kaya gini..

Sambil berjalan Nisa menyentuh daun-daun Teh dari pohon-pohon yang berbaris di sampingnya.

REGI

Nggak kerasa yah, sebentar lagi kamu bakal kembali ke Bogor..

NISA

Iya Kang. Padahal Nisa udah betah banget disini. Jadi males balik lagi ke kampus..

Nisa terus melangkah menelusuri jalanan lurus di tengah ratusan pohon Teh.

Sementara langkah Regi mendadak terhenti. Tangannya memetik setangkai pucuk daun Teh, lalu Regi kembali mensejajarkan langkahnya dengan Nisa. Tanpa sepengetahuan Nisa, Regi langsung menyelipkan daun Teh yang tadi dipetik, di sela-sela telinga kiri Nisa.

Seketika tangan Nisa langsung memegang sesuatu yang ada di telinganya, dan memandang ke arah Regi.

REGI

Kalau aja itu bunga... kamu pasti terlihat lebih cantik..

NISA

Iiihh apaan sih Akang, berarti aku nggak cantik dong? Makasih!..

Nisa sedikit cemberut sambil mempercepat langkahnya.

REGI

Ehh... nggak gitu. Nis..

Regi berusaha mengejar dan membujuk Nisa. Nisa tidak benar-benar marah. Karena saat Regi mengerjarnya, Nisa malah berlari sambil ketawa-ketawa. Regi berusaha untuk terus mengejarnya. Ketika mereka saling kejar-kejaran di jalanan perkebunan, tiba-tiba Nisa kepeleset. Dengan sigap Regi memegang tangannya. Tapi mereka malah terjatuh bersama-sama, sambil terguling-guling di jalanan yang cukup menurun dalam posisi bersebelahan.

Saat berhenti, posisi Nisa tepat di atas pangkuan Regi. Dan mereka saling bertatap mata cukup lama. Saat mereka saling menyadari, Regi dan Nisa terlihat malu sendiri. Mereka langsung beranjak dan berdiri sambil membersihkan pakaian mereka yang kotor, seakan saling menutupi sikap mereka yang sebenarnya malu.

Sepertinya Nisa ingin mengucapkan sesuatu, tapi ia malah diam-diam memandang wajh Regi.

NISA (V.O)

Terkesima aku, saat mendengar detak jantungmu. Tesipu aku, saat kamu memandangku, dan aku malu. Seketika aku membisu, saat mata ini memandangi indah wajahmu. Tak inginku jauh darimu. Karena di sampingmu memberi kenyamanan bagiku. Ijinkan aku selalu bersamamu. Menghabiskan waktu berdua denganmu. Meski kau bukan milikku. Tapi sungguh, tak inginku jauh darimu..

CUT TO:

41. INT. RUMAH REGI (RUANG MAKAN) - MALAM

Regi dan Mahesa sedang makan malam bareng. Tapi Maheha heran, saat melihat Regi hanya diam sambil memainkan makanan yang ada di piringnya.

MAHESA

Bang Regi kenapa sih? Dari tadi makanannya cuma diaduk-aduk nggak jelas gitu..

REGI

Kamu makan duluan aja deh! Abang lagi nggak nafsu makan..

Regi beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan meja makan menuju kamar.

MAHESA

Abang gue kenapa yah? Nggak kaya biasanya..

Mahesa menggelengkan kepala dan merasa sedikit heran.

CUT TO:

ESTABLISH AREA PERKEBUNAN SIANG.

42. EXT. AREA PERKEBUNAN - SIANG

Regi dan Risya berjalan berdua menelusuri jalanan kecil di tengah-tengah perkebunan Teh. Risya sedang menemani Regi memantau petani-petani bekerja, tiba-tiba saja mata Risya kelilipan.

RISYA

Aduh..

Risya menggesek matanya kanannya.

REGI

Kenapa Ris?..

RISYA

Kelilipan Bang..

REGI

Jangan digesek, nanti mata kamu merah. Sini (wajahnya menghadap wajah Risya) maaf yah..

Regi mendekati wajah Risya, memegang pinggir mata dan meniup ke arah mata Risya yang kelilipan.

Selang beberapa meter dari posisi mereka, Nisa melangkah begitu bersemangat. Namun senyum yang tercipta dari bibir Nisa musnah begitu saja, langkahnya langsung terhenti saat melihat Regi dan Risya bersikap cukup mesra. Nisa hanya berdiri mematung sambil menatap ke arah Regi yang sedang mengobati mata Risya yang terkena debu.

REGI

Gimana? Masih sakit?..

RISYA

Udah nggak terlalu. Makasih Bang..

Regi ngangguk sambil tersenyum, kemudian melanjutkan kembali langkah mereka yang sempat terhenti karena insiden kecil tadi.

Sementara Nisa, ia memilih membalikkan badannya dan pergi. Nampaknya Nisa tak ingin berlama-lama menyaksikan kebersamaan Regi dan Risya, ia takut perasaan cemburu yang timbul di hatinya tumbuh semakin besar.

REGI

Em... gimana hubungan kamu sama Esa?..

RISYA

Baik-baik aja Bang. Em... Bang, aku boleh cerita tentang sesuatu nggak sama Abang?..

Regi mengangguk. Meski dengan pandangan yang masih sibuk memantau sekeliling perkebunan, namun telinganya masih tetap setia mendengarkan Risya.

RISYA

Abang masih ingat sama sajak-sajak misterius yang waktu itu pernah aku ceritain?..

REGI

Emmm iya... Abang masih ingat. Emangnya kenapa dengan sajak itu?..

RISYA

Aku masih nggak ngerti aja sama orang misterius itu. Udah berjalan hampir 1 tahun orang itu mengirim sajak-sajak cinta buat aku. Tapi sampe saat ini, aku belum tahu siapa dia? Dan apa maksud dari sajak-sajak yang dia kirim ke aku?..

REGI

Mungkin, itu cara dia untuk mengagumi kamu Ris..

Risya tertegun, mendadak berbagai macam anggapan muncul di dalam pikirannya. Namun, Risya mencoba menepis itu semua.

RISYA

Ya mungkin, tapi nggak kaya gini juga caranya Bang..

REGI

Iya sih. Tapi itu karena mungkin dia tahu, kalau kamu udah punya pacar Ris. Jadi memang lebih baik bagi dia, kalau kamu nggak tahu siapa dia..

Risya menghela nafas panjang, seperti tak puas dengan jawaban Regi.

RISYA

Di satu sisi, aku seneng. Karena ada orang yang sampe segitunya mengagumi aku. Tapi di sisi lain, aku ngerasa takut. Aku takut bila sewaktu-waktu sajak-sajak itu bisa jadi perusak hubungan aku sama Esa..

Regi mendadak terdiam diiringi langkahnya yang terhenti. Begitu juga Risya yang menghentikan langkahnya mengikuti Regi. Pandangan Regi beralih ke arah Risya yang terlihat gelisah.

REGI

Percaya Ris! semua pasti baik-baik aja..

RISYA

Tapi aku yakin Bang. Orang misterius itu nggak akan cukup mengungkapkannya hanya lewat sajak. Bisa aja suatu saat dia muncul di tengah-tengah aku dan Mahesa. Dia pasti akan menghancurkan semuanya. Itu yang benar-benar aku takutin Bang..

Kali ini Regi benar-benar bungkam, dia seperti telah kehabisan kata untuk menjawab kegelisahan Risya.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar