Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
107. EXT. TERAS DEPAN RUMAH NISA - MALAM
Nampak Risya sedang berdiri di depan rumah sambil menatap teras rumahnya.
RISYA
Risya menghela nafas panjang. Langkahnya membawa ia berjalan menuju ujung teras rumahnya. Pandangannya menatap langit malam yang hanya berhiaskan bulan tanpa bintang.
RISYA
Semua itu kembali muncul dalam pikiran Risya, terutama kebersamaan-kebersamaan dan semua kenangan bersama orang yang sangat ia cintai.
RISYA
CUT TO:
ESTABLISH MALAM HARI.
108. EXT. TERAS DEPAN RUMAH REGI - MALAM
Regi dan Risya sedang duduk di depan teras rumah, sambil menatap ke arah langit malam yang penuh dengan hiasan bulan sabit dan bintang-bintang.
RISYA
REGI
Risya tersenyum, tapi terlihat gelisah
REGI
RISYA
REGI
RISYA
REGI
Risya menganggukkan kepalanya.
REGI
Risya diam sejenak.
RISYA
Regi langsung terdiam, hatinya terasa sakit. Namun tatapannya masih terfokus pada wajah Risya, tanpa gadis itu tahu.
REGI (V.O)
RISYA
REGI
Risya mengangguk.
REGI
RISYA
Regi tersenyum.
REGI
Risya tersenyum lega.
RISYA
REGI
RISYA
Risya menceritakan pertemuannya dengan Nisa, begitu pula Regi yang menceritakan siapa Nisa kepada Risya. Di malam yang sunyi ini, mereka membuat malam menjadi terasa hangat saat saling bertukar cerita.
CUT TO:
109. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - MALAM
Regi berjalan menuju meja kerja. Ia duduk di kursi, lalu tangannya meraih sebuah buku. Namun tiba-tiba sesuatu terjatuh, sebuah kertas kecil berwarna biru, yang bertuliskan.
TEKS : ‘Tak mengapa jika harus sendiri, karena aku tidak butuh seseorang yang menemani, bila hanya untuk menyakiti.’
Seketika Regi kembali mengingat, sesuatu yang berhubungan dengan kertas kecil itu.
CUT TO FLASHBACK:
110.EXT. AREA PERKEBUNAN - SIANG
Saat itu Nisa sedang duduk sendirian di bawah sebuah pohon, tempat dimana Nisa sering menyendiri saat berada di perkebunan. Regi menghampiri Nisa yang saat itu sedang menulis sesuatu. Regi berharap Nisa sudah tidak lagi marah kepadanya. Mengetahui kedatangan Regi, Nisa langsung beranjak pergi. Dan tanpa terasa Nisa menjatuhkan kertas itu. Regi yang menyadari itu memutuskan untuk membawa dan menyimpannya.
BACK TO REAL:
111.INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - MALAM
Regi semakin memandangi kertas itu dengan tatapan tak biasa.
INSERT: Kebersamaannya dengan Nisa pun kembali terbayang dalam benaknya. Apalagi saat mereka saling mengetahui kalau Nisa memiliki perasaan cinta kepadanya. Meski Regi tidak bisa membalasnya, tapi Nisa masih tetap setia di samping Regi. Memberikan waktunya, memberikan semangat, bahkan memberikan sesuatu yang tak sepantasnya ia dapatkan dari Nisa.
Regi meneteskan air mata.
REGI
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
112. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - PAGI
Regi mencoba bangun dari tidurnya, namun badannya terasa lemas. Rasa sakit mulai hebat menyerangnya. Sebisa mungkin Regi menahan, kedua tangannya sampai memegang erat pinggir tempat tidur saat mencoba melawan rasa sakit yang semakin tak tertahan.
REGI (V.O)
Setelah berhasil melawan rasa sakitnya, Regi mampu mengangkat sebagian tubuhnya dari atas tempat tidur. Saat dalam posisi duduk, Regi kembali batuk-batuk. Dan lagi-lagi menyisakan bercak darah di telapak tangannya.
Nisa berdiri di depan pintu kamar yang sudah terbuka, ia dibuat kaget dengan apa yang ia lihat. Dengan wajah paniknya, Nisa berlari menghampiri Regi sambil membawa makanan di dalam sebuah susunan rantang.
NISA
Nisa meletakkan rantang di lantai.
REGI
NISA
Tak ingin membuat Nisa semakin khawatir. Regi langsung meraih tisu yang ada di samping tempat tidurnya. Dan segera menghapus bercak darah di telapak tangannya.
REGI
Regi membersihkan darah di tangannya.
Nisa hanya memandang wajah pucat Regi, diiringi tetesan air mata yang berjatuhan.
CUT TO:
ESTABLISH RUMAH REGI.
113. INT. RUMAH REGI (RUMAH REGI) - PAGI
Dengan penuh rasa sayang, Nisa menyiapkan makanan untuk Regi, bahkan sampai menyuapinya. Meski makanan itu susah masuk ke dalam perut Regi, karena mungkin selera makan yang menurun dan rasa mual yang muncul, membuat Regi susah untuk menelan. Namun Nisa tidak menyerah, gadis itu terus mencobanya dengan perlahan
Setelah itu, Nisa memberikan obat untuk Regi. Lalu Nisa menyuruhnya untuk beristirahat. Dengan setia Nisa berada di samping Regi sampai matanya terpejam.
Diam-diam Nisa menatap wajah Regi yang tengah terlelap. Nampaknya Nisa ingin sekali menyentuh bahkan mengelus pipi Regi. Namun, keraguan berhasil mengurungkan niatnya.
NISA (V.O)
(PAUSE)
Seketika air matanya menetes, menyadari itu Nisa langsung menghapusnya.
Perlahan Regi membuka matanya. Regi tersenyum saat menatap Nisa yang masih setia berada di sampingnya. Tiba-tiba kedua tangan lemah Regi meraih kedua tangan Nisa, dan menatap wajah Nisa penuh perasaan.
Kini Nisa pun menatap tepat ke arah Regi, dengan tangan yang sedikit gemetar saat berada di dalam genggaman Regi.
REGI
Seketika air mata Nisa kembali menetes, usai Regi mengatakan itu. Perlahan Regi melepaskan tangan Nisa dari genggamannya. Dengan tangan lemahnya, Regi mencoba menghapus air mata yang membasahi pipi Nisa.
REGI
Regi meraih tangan Nisa dan mengelusnya lembut, penuh kasih.
REGI
Air mata Nisa kembali berjatuhan. Dengan pegangan tangannya yang melemah, Regi menghapus air mata di pipi Nisa.
REGI
Tak sepatah kata pun yang keluar dari mulut Nisa, usai mendengar semua yang terucap dari mulut Regi.
Regi bangun dari posisi tidurnya.
REGI
Nisa langsung memeluk Regi sambil menangis. Regi pun memeluk erat Nisa.
REGI
Regi meneteskan air mata.
Nisa hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja. Air matanya semakin deras menetes.
CUT TO: