Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
74. EXT/INT. JALANAN PERKEBUNAN (DALAM MOBIL) – SIANG
Di dalam mobil yang dikendarai ayahnya, Nisa duduk di depan sambil membaca sebuah kertas berisi sajak.
TEKS:
Kepada gadis pecinta senja
Ku ucapkan ribuan kata maaf
Yang tak bisa langsung ku ucap
Sungguh ku tak bermaksud menciptakan luka
Yang ‘kan membekas di dalam sukma
Sungguh aku sangat menyesali
Sesuatu yang telah melukai hati
Aku tak ingin terus melihatmu menangis
Kumohon maafkan aku wahai gadis manis
Perlahan Nisa melipat kertas itu menjadi 2 bagian. Sesekali pandangan Ayah Nisa memperhatikan wajah Nisa.
AYAH NISA
Pandangan Ayah Nisa tetap fokus mengendarai mobilnya.
NISA
AYAH NISA
NISA
Nisa tidak bisa menahan ucapannya, diiringi tetesan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
Ayah Nisa kaget, sampai-sampai memberhentikan begitu saja laju mobilnya. Terlihat pandangan penuh amarah yang terpancar dari mata Ayah Nisa.
AYAH NISA
Nisa kaget usai mendengar ucapan Sang ayah. Seketika rasa sesal muncul dalam hatinya.
NISA
Rengek Nisa sambil merebahkan tubuhnya di bahu Ayahnya sambil menagis.
NISA
AYAH NISA
Nisa hanya menangis.
CUT TO:
75. EXT. SEBUAH DANAU - SIANG
Regi dan Risya sedang naik bebek-bebekan, yang membawa mereka tiba di sebuah tempat yang ada di tengah-tengah danau, yang terkenal dengan sebutan ‘Batu Cinta’.
Risya menulis nama Mahesa di batu itu.
Regi cukup sedih melihatnya.
REGI (V.O)
CUT TO:
76. EXT. SEBUAH BUKIT - SIANG
Regi dan Risya terlihat sedang asik main layangan bersama di atas bukit. Kali ini sedikit tawa tercipta menghiasi wajah cantiknya, bila sesekali layangan yang Risya terbangkan terbawa angin dan akan terjatuh. Hal semacam itu ternyata mampu menghasilkan tawa bagi mereka.
Diam-diam Risya memandang wajah Regi, yang sedang fokus memainkan layangan yang saat itu mereka terbangkan.
RISYA (V.O)
Regi menoleh dan tersenyum saat melihat Risya tersenyum kepadanya. Mereka kembali meneruskan main layangan bersama-sama.
Mobil yang dikendarai Nisa melewati jalanan perkebunan, pandangannya tidak sengaja melihat Regi yang sedang bersama Risya bermain layangan di atas bukit. Nisa pun memberhentikan laju mobilnya. Dari balik kaca mobil, Nisa memandang Regi yang sedang bahagia bersama Risya.
NISA (V.O)
Nisa kembali menghidupkan mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
CUT TO:
77. EXT. SEBUAH TEMPAT INDAH DI PINGGIR JALAN - SIANG
Mahesa duduk di pinggir jalan, suasananya cukup nyaman untuk duduk santai, karena pandangan mata bisa sedikit dimanjakan dengan keindahan pemandangan alam.
CUT TO FLASHBACK:
78. EXT. SEBUAH TEMPAT INDAH DI PINGGIR JALAN - SIANG
(TEMPAT YANG SAMA DENGAN SCENE 77)
Saat itu hubungan Mahesa dan Risya baru 1 minggu. Dalam perjalanan pulang dari kampus, mereka memutuskan singgah di tempat ini, hanya untuk duduk santai sambil ngemil.
MAHESA
Mahesa meneguk minuman kaleng yang sedang ia pegang. Sementara Risya sedang asik menyantap snack yang ada di tangannya, sejenak berhenti. Usaha yang dilakukan sekarang hanya tinggal mengunyah, untuk menghabiskan snack yang masih tersisa di mulutnya.
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
Risya mengangguk sambil tersenyum.
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
Risya pun jadi tersenyum.
RISYA
MAHESA
Mahesa meletakan jari telunjuknya di lesung pipi Risya.
RISYA
MAHESA
Mahesa mengetuk telunjuknya 2 kali ke pipi Risya yang ada lesung pipinya.
MAHESA
RISYA
Risya ketawa lalu menyantap kembali snacknya.
BACK TO REAL:
79. EXT. SEBUAH TEMPAT INDAH DI PINGGIR JALAN - SIANG
Mahesa nampak sedih saat harus kembali mengenang moment-moment indah yang selama ini ia lewati bersama Risya.
MAHESA
Mata Mahesa berkaca-kaca.
CUT TO:
80. INT/EXT. RUMAH NISA/DEPAN RUMAH - SORE
Pintu terbuka. Regi yang berdiri membelakangi pintu, langsung membalikkan badannya dan melempar senyuman untuk Nisa.
Mengetahui yang datang Regi, Nisa langsung membalikkan badannya dan hendak menutup kembali pintu rumahnya. Namun dengan sigap kedua tangan Regi menahannya.
REGI
NISA
Mengetahui Nisa akan kembali masuk, Regi langsung meraih tangan Nisa. Perlahan Regi mengajak Nisa duduk di kursi yang ada di teras depan rumah, meski Nisa terlihat tidak nyaman dengan sikap Regi terhadapnya.
REGI
Namun Nisa masih diam membisu.
REGI
NISA
REGI
Nisa kembali terdiam, padahal Regi sangat menantikan sesuatu terucap dari mulutnya.
REGI
Tiba-tiba kedua tangan Nisa meraih tubuh Regi dan memeluknya cukup erat, diiringi tetesan air mata.
NISA
Perlahan Nisa melepaskan dekapan tangannya dari tubuh Regi. Kini kedua matanya yang bergelinang air mata menatap Regi penuh kesedihan.
NISA
Nisa menangis.
REGI (V.O)
Regi meraih tubuh Nisa dan menjatuhkan ke pelukannya. Regi berharap dekapannya mampu meredakan kesedihan dan menenangkan hatinya.
CUT TO: