ESTABLISH SIANG HARI.
90. EXT. TUKANG BATAGOR PINGGIR JALAN - SIANG
Risya memandangi sepiring batagor yang ada di hadapannya.
ANDIN
Udah lah Ris, mendingan sekarang kamu makan dulu!..
RISYA
Harusnya, di siang hari kaya gini, aku lagi makan batagor bareng sama Mahesa. Tapi sekarang.-
Muka Risya mendadak sedih, Andin pun ikut sedih.
ANDIN
Kamu jangan sedih gitu dong, aku jadi ikutan sedih. Tapi mau gimana lagi, jalannya udah harus kaya gini. Sabar ya Ris..
Risya ngangguk, Andin mengusap-ngusap bahu Risya.
CUT TO:
91. EXT/INT. KOST’AN MAHESA – SIANG
Mahesa membuka pintu dan kaget melihat kedatangan Regi.
MAHESA
Dari mana Abang tahu aku disini?..
REGI
Itu nggak penting!..
MAHESA
Untuk apalagi Abang cari aku? Kalau untuk maksa aku kembali ke Risya, kayanya enggak!..
REGI
Sa, ini semua salah Abang. Jadi Abang mohon, jangan bawa Risya dalam masalah ini. Risya nggak tahu apa-apa!..
Mahesa malah tersenyum ngeledek.
REGI
Risya sangat mencintai kamu, jadi tolong cintai dia lagi! Tolong jangan buat dia semakin hancur. Dan Abang juga mohon, kamu pulang dan kembali kuliah. Jangan karena Abang, kamu harus kehilangan semua kebahagiaan dan semua yang telah menjadi milik kamu..
Mahesa makin tersenyum puas, seolah menertawakan Regi.
MAHESA
(Menggumam) Bulshit..
REGI
Maafin Abang, kalau Abang nggak bisa jadi sosok kakak yang baik buat kamu. Pulang Mahesa! Kapan pun kamu ingin kembali, pintu rumah akan selalu terbuka..
Dengan sedih Regi pergi meninggalkan Mahesa. Seketika suasana hati Mahesa berubah, dan tanpa terasa air mata Mahesa menetes.
INSERT: Mahesa membayangkan kejadian-kejadian di masa lalu. Semua kejadian yang dilalui bersama Regi.
MAHESA
Apa aku terlalu angkuh? Apa aku terlalu egois? Maafin aku Bang. Aku nggak bisa jadi adik yang baik untuk Abang. Aku selalu mengecewakan Abang, aku nggak pernah menghargai setiap jerih payah yang Abang lakukan selama ini untuk aku. Aku sayang sama Abang, aku sayang sama Risya. Dan dengan kejadian ini aku sadar, aku memang nggak layak berada di antara orang-orang baik seperti kalian..
Mahesa tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
92. EXT. AREA PERKEBUNAN TEH – PAGI
Regi sedang bersama Risya melihat pemandangan di sekeliling perkebunan. Tiba-tiba Regi batuk-batuk, dan ia mencoba menutupnya dengan tangan. Namun Regi dibuat sedikit tertegun sekaligus menghentikan langkahnya, melihat di tangannya terdapat bercak darah. Tapi Regi mencoba menyembunyikan itu dari Risya.
RISYA
Abang kenapa? Abang sakit?..
REGI
Enggak kok Ris. Abang nggak kenapa-kenapa. Tenggorokkan agak gatel aja..
Regi membersihkan telapak tangannya ke bagian belakang celana.
Risya tersenyum lega. Mereka kembali melanjutkan langkah.
RISYA
Keindahan pemandangan di depan aku, membuat hati ini terasa nyaman banget..
Risya tersenyum kemudian memejamkan matanya sambil melentangkan tangan dan menikmati hembusan angin.
Diam-diam Regi menatap wajah cantik Risya.
REGI (V.O)
Tuhan... tahan hati ini. Kenapa saat ada di dekatnya, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku? Buang cinta ini Tuhan! Karena mencintainya, adalah kesalahan terbesar dalam hidupku..
Ternyata di tempat yang sama ada Nisa yang berdiri cukup jauh dari tempat Regi dan Risya berada. Nisa yang berniat ingin menemui Regi di perkebunan untuk mengantar makanan, malah harus melihat Regi sedang berduaan dengan Risya.
NISA (V.O)
Walaupun waktu terus berlalu,
Aku akan tetap setia untukmu
Di antara tumpukan rindu
Ditemani ribuan laraku
Tapi aku akan selalu menantimu
Aku masih setia untuk jiwamu,
Meski aku selalu ditemani rasa jenuhku
Penat dan pahitnya resahku
Dalam gelisah yang tak menentu
Namun, aku masih tetap setia menunggumu,
Terkadang aku membayangkan
Kau berdiri di ujung jalan itu
Menunggu kedatanganku
Lalu mengatakan balasan cinta untukku
Dan sampai kini, aku masih setia mengharapkanmu,
Meski luka harus menemani setiap hariku
Dan gelisah yang selalu membuat ku tak menentu
Akan tetapi cintaku takkan pernah mau untuk beranjak
Masih tetap kokoh berdiri tegak
Dan aku tetap setia untukmu,
Hingga jantungku berhenti berdetak
CUT TO:
93. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - SORE
Langkah Regi membawanya berjalan menuju lemari baju, dan mengambil sebuah amplop coklat yang berisi hasil tes kesehatannya.
CUT TO FLASHBACK:
94. INT. RUANGAN DOKTER - SIANG
Regi melakukan tes kesehatan untuk yang kedua kalinya. Kita lihat Regi dan Dokter sedang membicarakan hasilnya.
REGI
Tolong jelasin! Apa yang terjadi sama aku Dok?..
DOKTER
Dari awal saya sudah ingatkan kamu, untuk secepatnya menjalankan kemoterapi. Sekarang sel kankernya sudah menyebar dan menginjak stadium akhir..
REGI
Stadium akhir Dok? Secepat itu?..
Dengan berat hati Dokter meng-iyakannya. Regi semakin terpukul.
DOKTER
Dan ada satu hal lagi dari tes kesehatan kamu yang tidak saya duga..
REGI
Apa Dok?..
DOKTER
Dari hasil tes itu menyatakan, kalau di tubuh kamu terdapat satu sel kanker lagi..
REGI
Lagi?..
DOKTER
Iya. Kanker darah stadium 2..
Regi mendadak terdiam mendengar kabar buruk itu.
BACK TO REAL:
95. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - MALAM
Kini kedua tangan Regi menggenggam secarik kertas yang berisi hasil kesehatannya. Sambil duduk di atas tempat tidurnya, Regi menatap kosong kertas itu.
REGI
Kenapa 2 penyakit ganas itu harus bersarang di tubuhku? Begitu besarkah salahku, Tuhan? sehingga Kau hukum aku seperti ini..
Regi menundukkan kepalanya.
CUT TO:
ESTABLISH KANTOR MAJALAH PAGI.
96. INT. KANTOR MAJALAH (RUANGAN BOS) - PAGI
Nampak Risya duduk berhadapan dengan Rian. Risya dibuat tak menentu oleh tatapan tak biasa Sang bos kepadanya.
RIAN
Risya... apa yang terjadi? Kenapa beberapa minggu terakhir ini kamu tidak mengisi kolom sajak di majalah kita? Kamu tahu? Pembaca pada komplain!..
Risya terdiam.
RIAN
Pokoknya saya nggak mau tahu, untuk edisi minggu depan. Kamu harus isi lagi kolom itu, dengan sajak atau puisi buatan kamu. Mengerti Risya!..
RISYA
(Ragu) Iiii-- iya Kak..
RIAN
Ya sudah, kamu boleh kembali!..
Risya beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari ruangan Rian.
CUT TO:
97. INT. KANTOR MAJALAH (DEPAN RUANGAN BOS) - PAGI
Saat Risya keluar dari ruangan, ternyata Andin telah menunggunya di samping pintu. Kini mereka berjalan perlahan meninggalkan ruangan atasannya itu.
ANDIN
Pasti kak Rian marah lagi yah?..
Risya hanya mengangguk.
ANDIN
Lagian kamu sih. Kenapa coba kolom sajak itu malah dikosongin? Bukannya kamu sendiri yang buat adanya kolom itu di majalah kita..
RISYA
Ya lagian siapa coba yang pengen kolom sajak itu kosong saat majalahnya terbit? Aku juga nggak pengen Din..
ANDIN
Terus, kenapa nggak kamu isi? Apa kamu lagi nggak ada ide untuk bikin sajak atau puisi, gara-gara lagi patah hati? Tapi setahu aku sih, biasanya orang yang lagi broken heart itu, suka jago banget bikin kata-kata puitis..
RISYA
Mau lagi patah hati atau enggak, itu nggak ngaruh. Karena dari awal, aku emang nggak bisa bikin puisi atau sajak-sajak kaya gitu, Andin..
ANDIN
Maksudnya? Nggak bisa gimana? Terus yang sering kamu posting?..
RISYA
Ya ampun Din. Itu bukan aku yang buat. Aku kan pernah cerita sama kamu, kalau aku sering dikirim sajak-sajak cinta gitu. Iya kan?..
ANDIN
Jadi sajak-sajak itu bener-bener bukan buatan kamu?..
Risya mengangguk.
ANDIN
Ya, berarti banyak dong. Terus kenapa udah dua edisi ini kamu nggak postingin itu?..
RISYA
Masalahnya... sajak-sajak itu udah habis. Yang dulu-dulu selalu aku buang, dan sekarang orang misterius itu nggak pernah ngirim sajak-sajak cintanya lagi buat aku..
ANDIN
Terus gimana dong?..
RISYA
Aku juga nggak tahu. Siap-siap aja kak Rian marah sama aku. Apalagi kalau sampe dia tahu sajak-sajak itu bukan aku yang buat. Kelar deh semuanya..
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
98. EXT. RUMAH REGI – DEPAN RUMAH - PAGI
Terlihat Risya menunggu Regi sambil duduk di atas motornya, yang terparkir tepat di depan rumah Regi. Tak lama Regi keluar dan berjalan menghampiri Risya dengan wajah yang lesu.
RISYA
Yuk Bang!..
Risya beranjak dari duduknya. Namun tiba-tiba Risya heran melihat wajah Regi yang pucat.
RISYA
Bang... Abang baik-baik aja kan?..
REGI
Emm... iya Ris. Abang baik-baik aja kok..
RISYA
Abang yakin?..
Regi mengangguk dengan senyum penuh keyakinan.
RISYA (COND’T)
Ya udah kalau gitu..
Pada saat Regi hendak naik ke motor Risya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan Regi langsung jatuh pingsan.
Risya kaget bercampur khawatir, ia yang masih berdiri di samping motor langsung mendekati Regi yang sudah tergeletak di bawah.
RISYA
Ya ampun, Bang Regi. Bang... bangun Bang! Bang Regi, bangun!!..
CUT TO: