Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
99. INT. RUMAH REGI – KAMAR REGI - PAGI
Regi terbaring di atas tempat tidur, setelah sebelumnya Risya memanggil dokter dan memeriksa keadaan Regi.
Risya tampak setia menunggu Regi yang masih belum siuman dengan pandangan tak biasa. Tidak lama menunggu, Regi mulai membuka matanya. Regi memandang Risya sambil tersenyum. Sementara Risya menatap sinis.
RISYA
REGI
RISYA
Risya cukup membentak, diiringi air mata yang menetes.
REGI
RISYA
Regi hanya diam membisu.
RISYA
Risya menangis tersedu-sedu. Tak tega melihat gadis yang sangat ia cintai menangis, Regi mencoba menghapus air mata Risya.
REGI
Tapi Risya sama sekali enggan menatap Regi. Regi hanya tersenyum saat melihat Risya membelakanginya sambil menangis tersedu-sedu. Regi berusaha bangun dari tidurnya. Saat sudah dalam posisi duduk, tangan Regi meraih tangan Risya.
REGI
Risya kembali membalikkan badannya ke arah Regi.
RISYA
Risya sambil menghapus air matanya. Tapi air mata kesedihan tak bisa ia bendung, semakin mencoba menahannya malah semakin menetes.
Kali ini Regi pun tak bisa menahan air matanya, dan langsung memeluk Risya. Meskipun mencoba tegar, namun Regi sendiri masih belum bisa mempercayai kalau penyakit parah itu benar-benar menyerang tubuhnya.
RISYA
REGI
Risya mulai mengangkat tubuhnya dari pelukan Regi sambil menghapus air matanya.
RISYA
Regi mengangguk sambil tersenyum kecil.
Risya beranjak dan melangkah meninggalkan Regi dengan raut wajah sedihnya.
REGI
Langkah Risya terhenti, ia langsung membalikkan badannya dan kembali memandang ke arah Regi.
REGI
Tapi Risya hanya diam dan kembali membalikkan badannya, lalu melangkah keluar dari kamar Regi.
CUT TO:
100. EXT. RUMAH NISA (HALAMAN) – SORE
Nisa ditemani Ayahnya sedang duduk santai di kursi taman, yang terdapat di halaman depan rumahnya yang cukup luas. Mereka sedang menyantap teh hangat ditemani sepiring pisang goreng.
NISA
AYAH NISA
NISA
AYAH NISA
Seketika wajah Nisa langsung ditekuk. Rasa sesal benar-benar muncul dalam hati Nisa.
AYAH NISA
Nisa hanya diam.
AYAH NISA
NISA
AYAH NISA
NISA
AYAH NISA
Nisa menganggukkan kepalanya.
Ayah Nisa hanya tersenyum, sambil mengelus-ngelus rambut Nisa yang saat ini masih berada di dalam pelukannya.
CUT TO:
101. EXT. KOST’AN MAHESA – SORE
Mahesa langsung memasang wajah betenya ketika membuka pintu, karena sudah ada Risya berdiri di depannya.
MAHESA
RISYA
MAHESA
Mahesa menarik tangan Risya. Namun Risya menolak.
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
Mahesa langsung membuka pintu, kemudian masuk dan menutup kembali pintu kamarnya.
RISYA
Risya kesal.
Ternyata Mahesa masih berada di balik pintu. Muka kesal penuh amarah sangat jelas terlihat dari wajahnya.
MAHESA (V.O)
Mahesa meneteskan air mata.
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
102. EXT. AREA PERKEBUNAN - PAGI
Nisa terlihat begitu bersemangat datang ke perkebunan. Nisa mencoba mencari keberadaan Regi. Pandangannya berkeliaran kesana-kemari, namun tetap saja orang yang dicari tidak ia temui. Nisa pun mencoba bertanya ke beberapa pekerja perkebunan yang ia temui, namun mereka tak ada yang tahu keberadaan Regi.
NISA
PETANI
NISA
Petani itu hanya menggelengkan kepala.
NISA
PETANI
Petani itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Dengan sedikit perasaan bingung, Nisa masih berdiri sambil memikirkan Regi.
NISA
Nisa jadi khawatir.
CUT TO:
103. EXT. MINI MARKET - SIANG
Saat Nisa mengendari mobil tanpa tujuan, ia tidak sengaja melihat Risya. Yang baru saja duduk di atas motor matic yang terparkir di depan mini market.
Nisa langsung menghentikan laju mobilnya. Lalu keluar dari mobilnya dan menyebrangi jalan menghampiri Risya yang sedang menyalakan mesin motornya.
NISA
Spontan Risya langsung mematikan mesin motornya dan membuka helm yang telah menghiasi kepalanya.
RISYA
NISA
Risya mengangguk.
CUT TO;
104. EXT. SEBUAH CAFFE OUTDOOR - SIANG
Nisa sengaja memilih tempat makan out door agar lebih enak untuk ngobrol santai bersama Risya.
RISYA
NISA
Risya tersenyum.
NISA
RISYA
NISA
Risya yang tahu keadaan Regi langsung diam.
NISA
Risya terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan Nisa.
RISYA
NISA
Melihat ekspresi wajah khawatir Nisa, Risya pun menjadi yakin untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Nisa.
RISYA
Nisa semakin terlihat cemas dan begitu menunggu.
RISYA
NISA
RISYA
Ekspresi wajah Nisa langsung berubah, gadis itu terlihat syok.
NISA
Risya mengangguk.
Kali ini Nisa tidak bisa berkata apa-apa, seketika air matanya menetes. Hatinya terasa hancur usai mendengar itu.
Risya sendiri tidak menyangka, jika Nisa bisa sampai sesedih ini saat mengetahui apa yang sedang menimpa Regi.
CUT TO:
105. EXT. AREA PERKEBUNAN (BUKIT) – SORE
Regi sedang berdiri sendirian di atas bukit.
REGI (V.O)
Regi teriak.
REGI
Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahunya dari belakang. Spontan Regi menoleh ke arah samping.
NISA
REGI
NISA
Pandangan Regi beralih menatap wajah Nisa.
Menyadari itu pandangan Nisa pun beralih. Hingga mereka saling bertatap muka.
NISA
REGI
NISA
Regi merasa aneh dengan sikap Nisa. Regi menatap wajah Nisa, yang semakin terlihat penuh kekhawatiran. Pada saat Regi hendak berkata, tiba-tiba kedua tangan gadis itu meraih tubuh Regi dan memeluknya cukup erat diiringi tangis.
REGI
Perlahan Nisa melepaskan pelukannya dan menatap wajah Regi dengan jarak yang cukup dekat.
REGI
NISA
REGI
NISA
Nisa menangis.
Regi terdiam sejenak. Lalu kedua tangan Regi menghapus air mata di pipi Nisa, dan tersenyum.
REGI
Regi memeluk Nisa yang masih menangis tersedu-sedu.
CUT TO:
106. MONTAGE
A. Hari terus berganti. Hampir setiap hari, Risya selalu menantikan sajak-sajak dari pengagum rahasianya. Entah itu pagi, siang, sore ataupun malam. Bahkan Risya sampai mengeceknya langsung, ke tempat-tempat dimana sajak misterius itu sering ditemukan. Seperti di teras depan rumah, pot bunga, atau jendela. Namun hasilnya tetap sama, sajak itu memang tidak ada.
B. Sesekali Risya menanyakan kepada Chika, karena selain Risya, adiknya-lah yang sering menemukan saja-sajak misterius itu. Tapi Chika hanya menggelengkan kepala saat Risya menanyakan itu. Dan ibu Risya pun mengakatakan hal yang sama, saat Risya mempertanyakan mengenai sajak itu.
C. Karena menghilangnya sajak misterius itu, membuat Risya lagi-lagi mendapat teguran dari Rian. Sebab minggu ini Risya tidak memberikan puisi atau sajak, dan majalah mereka terpaksa harus terbit tanpa kolom sajak lagi, yang sangat disukai oleh para pembaca.
D. Satu minggu telah berlalu, namun semua tak ada yang berubah. Keadaan tetap sama seperti hari-hari sebelumnya yang Risya lalui. Tanpa Mahesa, dan tanpa kertas sajak.
CUT TO: