Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Skrip Sajak Cinta Terakhir
Suka
Favorit
Bagikan
4. PART 4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

31. INT- RUMAH REGI – RUANG MAKAN - PAGI

Tampak Regi dan Mahesa kompak jalan beriringan menuju ruang makan. Belum juga selesai menuruni anak tangga dan sampai di tempat makan, mereka tampak kaget.

RISYA (O.S)

Selamat pagi.

Regi dan Mahesa kembali menuruni anak tangga. Setelah sampai di meja makan, pandangan mereka berkeliaran melihat seluruh isi meja makan yang penuh dengan makanan. Terlihat Risya berdiri di samping meja sambil tersenyum.

MAHESA

Ris, itu?..

Risya mengangguk, lalu tersenyum. Regi dan Mahesa bahagia. Mereka bergegas duduk, sudah tidak sabar untuk memulai sarapan istimewa ini. Secara bergantian Risya menyajikan nasi ke atas piring untuk Mahesa dan juga Regi.

RISYA

Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu sama Bang Regi harus ngahabisin semuanya! Aku udah bela-belain bangun awal untuk nyiapin ini lho..

Tangan Regi meraih piring yang berisi masakan khas yang menjadi menu andalan Risya, ayam suir bumbu pedas.

REGI

Tenang aja Ris, Abang pastiin nggak akan ada makanan yang tersisa..

Risya tersenyum mendengar Regi begitu antusias. Tidak mau kalah, Mahesa merebut piring itu dari tangan Regi, sebelum sempat mengambil sedikit pun untuk Regi tuangkan ke atas piringnya.

REGI

Esa!..

MAHESA

Apalagi yang satu ini, alamat disapu abis..

Mahesa tersenyum sambil menuangkan beberapa sendok daging suir ke atas piringnya, sebelum Regi kembali merebut makanan yang menjadi favorit mereka dari tangan Mahesa. Risya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat ulah mereka.

RISYA

Udah-udah! Kok jadi berebut gitu sih!..

Mahesa dan Regi tersenyum malu. Tak mau berlama-lama, mereka mulai menyantap sarapan special pagi ini.

CUT TO:

32. EXT. KANTOR MAJALAH – BAGIAN DEPAN - PAGI

Motor yang dikendari Mahesa bersama Risya baru tiba di depan kantor majalah. Suasana kantor belum terlalu ramai, hanya terlihat beberapa orang berjalan memasuki area kantor.

MAHESA

Makasih, Sayang..

Risya mulai beranjak turun dari motor Mahesa, lalu membuka helm yang masih menghiasi kepalanya.

RISYA

Justru aku yang makasih, karena kamu udah mau nganterin aku..

Risya memberikan helm yang ia pegang kepada Mahesa.

MAHESA

Udah seharusnya putri cantik itu dianterin, biar nggak ada yang godain..

RISYA

Ahh kamu, udah mulai bisa mengombal deh..

Risya sedikit malu. Mahesa tersenyum.

MAHESA

Ris, kayanya nanti sore aku nggak bisa jemput kamu deh. Soalnya jadwal kuliah hari ini padat banget. Nggak apa-apa kan?..

Sementara tangan Mahesa sedang sibuk menggantungkan tali helm ke bagian depan motor.

RISYA

Iya, nanti aku bisa pulang sendiri kok..

MAHESA

Pokoknya makasih yah buat sarapannya. Istimewa banget. Masakan kamu emang paling enak, sering-sering deh kaya gitu!..

Goda Mahesa lagi sambil mencubit manja pipi Risya.

RISYA

Ahh maunya kamu itu mah..

Mahesa tertawa kecil, Risya tersenyum. Tiba-tiba kedua tangan Mahesa meraih kedua tangan Risya. Dengan sedikit mengelus pelan telapak tangan Risya, Mahesa memandang Risya penuh rasa cinta.

MAHESA

Aku-lah sebait kata. Yang tak terangkai dalam syair. Kadang garang, kadang indah. Jika bola matamu membaca, sudah pasti jelas terlihat. Akulah tempat mengurai cinta dan luka. Namun, takkan terlupa ikrar cintaku. Yang akan selalu ada di dalam jiwaku. Meski tak pantas, tolong jadikan aku sang pujangga di hatimu..

Risya tertegun, ia cukup tersentuh. Kedua bola matanya berkaca-kaca tanpa ia sadari.

MAHESA

Aku bukan penyair. Bahkan puisi aku nggak seindah dibanding puisi-puisi dari si pengagum misterius itu. Tapi rasa cintaku nggak bisa ku tuangkan dalam kata, nggak bisa ku ucapkan dalam kalimat, bahkan nggak bisa berbentuk sehingga dapat terlihat. Namun aku berharap kamu dapat merasakan, betapa tak terbatasnya cintaku padamu. Risya Salsabilla... ku mohon! Jangan ada siapa pun diantara kita! Karena aku nggak mau kehilangan kamu di dalam hidupku..

Kali ini air mata Risya menetes. Kedua tangan Risya melepas genggaman Mahesa, dan berganti dengan memeluknya. Risya tersenyum bahagia.

RISYA

(berbisik) Kita adalah cinta, dan selamanya akan tetap cinta..

Mahesa tersenyum bahagia dan semakin mendekap erat Risya.

Perlahan mereka melepaskan pelukan. Suasana romantis membuat mereka lupa, kalau sekarang mereka sedang berada di depan kantor majalah dan banyak orang berlalu-lalang. Karena posisi kantor majalah bersebelahan dengan kantor lain, beberapa orang sempat menyaksikan adegan romantis mereka bak sebuah scene di film korea. Risya dan Mahesa hanya tersenyum, untuk sedikit menutupi rasa malu karena masih menjadi pusat perhatian.

ANDIN

Cie... pagi-pagi udah melow aja..

Goda Andin yang baru masuk ke area kantor. Karena Andin sempat menyaksikkan apa yang dilakukan Mahesa dan Risya. Sementara kedua tangan Mahesa menyapu sisa air mata yang masih membasahi pipi Risya sambil tersenyum.

MAHESA

Jangan nangis! Nanti make-upnya luntur..

Goda Mahesa yang malah menghasilkan ekspresi cemberut dari bibir Risya.

MAHESA

Ya udah kalau gitu aku pergi dulu. Dah sayang..

Mahesa sambil memutar kunci kontak motornya lalu menghidupkan mesinnya.

RISYA

Hati-hati Sa!..

Risya melambaikan tangan kanannya. Mahesa membalasnya, lalu pergi meninggalkan area kantor.

RISYA

Yuk ahh, masuk!..

Ajak Risya pada Andin sambil membalikkan badan mereka. Sambil berjalan menuju pintu masuk, Andin kembali menggoda Risya karena kejadian tadi.

CUT TO:

35. EXT. AREA PARKEBUNAN - SIANG

Regi ditemani Nisa sedang mengawasi petani-petani yang sedang panen sayuran. Di tengah kesibukkan mereka, tiba-tiba Regi mengeluh kesakitan di bagian dada. Nisa yang berada tepat di dekat Regi, langsung menyadari itu.

NISA

Kang... Akang baik-baik aja?..

REGI

Iya Nis. Akang baik-baik aja kok..

Tapi Regi seperti berusaha menahan rasa sakit.

NISA

Kalau Akang lagi kurang fit mah, mendingan istirahat dulu aja atuh yuk!..

Regi mengangguk. Nisa langsung membawa Regi mendekati sebuah pohon, lalu mereka duduk untuk beristirahat sejenak. Tanpa sengaja Regi melihat bola mata cantik Nisa berbinar.

REGI

Ngeliatin orang tanpa ijin itu dendanya 100 ribu per-menit loh ya!..

Goda Regi yang cukup membuat Nisa salah tingkah.

NISA

Ihhh apaan sih Kang? Masih aja bisa becanda..

Nisa semakin tak menentu, karena mencoba menutupi rasa cemasnya. Seolah tak ingin membuatnya semakin khawatir, Regi beranjak dari duduknya dan mengangkat tubuh yang sebenarnya masih merasakan sakit.

REGI

Yuk! Katanya pengen cepet selesai?..

NISA

Tapi Kang-

Ucapannya terpotong saat tangan kanan Regi menyentuh tangan kiri Nisa, lalu menggenggam dan mengajaknya pergi.

Seketika Nisa mematung, lagi-lagi sentuhan yang Regi berikan berdampak hebat pada perasaannya. Sampai saat mereka kembali ke aktivitas semula, Nisa masih terfokus pada laki-laki gagah di depannya yang kembali sibuk mengawasi para petani.

NISA (V.O)

Inginku abadikan senyummu
Yang begitu indah menghiasai wajahmu
Sentuhanmu mampu membungkam lisanku
Sampai ku tak tahu apa yang saat ini menimpaku
Secara tak sadar kau mengenalkan aku dengan kasihmu
Karena itu, aku bisa merasakan kembali rindu
Aku bahkan ingin selalu ada di dekatmu
Agar dapat selalu melihat tatapan matamu
Jangan sampai kebersamaan ini berlalu
Biarkan aku selalu dilanda rasa rindu
Karena merindukanmu adalah kenikmatan terindah
Yang ingin selalu kurasakan di setiap waktuku   

CUT TO:

36. INT. RUMAH RISYA (KAMAR RISYA) - SORE

Pintu kamar Risya terbuka, Chika masuk lalu menghampiri Risya yang sedang asik nonton drakor.

CHIKA

Kak, ada tamu tuh di luar!..

RISYA

Siapa De?..

Pandangan Risya masih fokus melihat drakor.

CHIKA

Nggak tahu, katanya tamu penting. Udah Kakak temui aja sana!..

RISYA

Kok nggak diajak masuk aja, sih?..

CHIKA

Tamunya nggak mau diajak masuk Kak..

RISYA

Emch, ganggu aja deh..

Keluh Risya sambil beranjak dan melangkah keluar dari kamarnya. Chika pun mengikuti.

CUT TO:

37. INT/EXT. RUMAH RISYA (RUANG TENGAH/TERAS DEPAN) - SORE

Sambil ngomel-ngomel Risya tetap berjalan menuju pintu depan.

RISYA

Ganggu deh. Udah mah punya pacar nggak peka, pake ngajak ribut segala, eh ada tamu yang sok penting banget lagi. Nyebelin kan?..

Cika yang masih mengikuti, tetap diam mendengarkan ocehan Risya, seakan-akan tidak peduli dengan apa yang dikeluhkan Sang kakak.

Saat Risya membuka pintu, tiba-tiba ia dikagetkan dengan seseorang yang tergulai lemas dan jatuh pingsan di hadapannya. Dan ternyata orang itu adalah Mahesa.

RISYA

Mahesa...

Spontan Risya menyangga tubuh Mahesa dan perlahan terduduk, kemudian Risya meletakkan kepala Mahesa di pangkuannya. Risya panik.

CHIKA

Kak Esa kenapa, Kak?..

Chika langsung mendekati Risya dengan wajah panik.

RISYA

Kakak juga nggak tanu. (ke Mahesa) Sa... bangun! Esa!..

Risya mencoba menepuk pelan pipi Mahesa beberapa kali.

RISYA

Sa, bangun dong. Kamu kenapa? Jangan buat aku khawatir kaya gini, aku mohon. Bangun dong, Sa! Esa bangun!..

Saking paniknya Risya sampai menangis.

Tiba-tiba muncul setangkai bunga mawar putih tepat di hadapan Risya.

MAHESA (O.S)

Happy Anniversary..

Mahesa perlahan bangun dari posisi terbaringnya sambil melemparkan senyum kepada Risya.

RISYA

Iiihhh... Esa!..

CHIKA

Cie... cie...

Risya cemberut bahkan sampai menangis, karena ternyata Mahesa dan Chika sengaja ngerjain Risya. Tak mau membuat Risya bersedih terlalu lama, Mahesa langsung menghapus air mata yang membasahi pipi Risya, lalu menatap wajahnya penuh cinta.

MAHESA

Mungkin, aku nggak bisa kasih kilau dunia seperti mereka. Karena aku hanya malam tanpa bintang. Namun, dengan sinar redup yang kupunya, aku akan berusaha untuk selalu menerangi gelap malammu. Bagiku, hadirmu bagai pelangi. Langitku yang dulu kelabu. Kini berubah menjadi sangat indah. Jangan pernah engkau biarkan. Langit indahku tercampakkan. Jangan biarkan mendung kembali datang. Hingga akhirnya menutupi hati yang tengah berdendang..

Risya dibuat bengong, seakan tak percaya. Jika Mahesa kembali memberikan sebuah puisi untuknya.

MAHESA

Tepat 3 tahun yang lalu. Kita memutuskan untuk saling mengenal lebih jauh. Dan tak terasa kita masih saling mengenal dan saling memiliki sampe sejauh ini. Berbagai warna cerah dan kelabu telah mewarnai perjalanan cinta kita. Maafkan aku yang masih belum bisa menjadi yang terbaik untuk kamu. Tapi sungguh, aku bahagia bisa mengenalmu, dan aku sangat beruntung bisa memilikimu. Happy Anniversary, Sayang. Aku mencintaimu..

RISYA

Happy Anniversary, Sayang... aku juga mencintaimu..

Risya meraih bunga mawar putih yang masih ada di tangan Mahesa, lalu memeluk erat Mahesa. Mahesa langsung tersenyum dan memeluk erat Risya.

RISYA

(berbisik) Aku pikir kamu lupa..

Mahesa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

CHIKA

Ekhem... terus aja terus! Jangan dilepasin! anggap aja aku nggak ada!..

Ledek Chika kepada Mahesa dan Risya yang masih awet dalam posisi berpelukan. Mendengar sindiran kecil Chika, perlahan Mahesa dan Risya melepaskan pelukan mereka, sambil tersenyum ke arah Chika yang memasang wajah cemberut, dan tak lama langsung berubah tersenyum.

MAHESA

Tapi makasih ya Chik udah bantuin Kakak..

Mahesa mengacungkan jari jempol tangannya kepada Chika. Chika membalasnya dengan mengacungkan jari jempolnya sambil tersenyum.

RISYA

Awas aja ya kalian!..

Mahesa dan Chika hanya tersenyum sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah mereka secara bersamaan. Risya kembali tersenyum, karena bagaimana pun kebahagiaan kini benar-benar menghiasi hatinya. Mahesa tersenyum sambil menatap wajah Risya lalu memeluknya kembali.

Dan kali ini Chika hanya geleng-geleng melihat ulah mereka sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Tapi Mahesa dan Risya malah tertawa melihat Cika, yang ternyata masih bisa melihat mereka dari sela-sela jari-jemarinya. Chika tersenyum malu saat menyadarinya.

Mahesa dan Risya melangkah mendekati Chika, lalu memeluknya. Mereka bertiga pun bahagia bersama.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar