Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
43. EXT. AREA PERKEBUNAN (SISI LAINNYA) - SIANG
Mahesa dan Risya sedang berjalan berdampingan. Namun Risya terlihat memasang muka bete.
MAHESA
RISYA
Risya cemberut.
MAHESA
Tapi Risya hanya diam.
MAHESA
Mahesa sedikit memohon kepada Risya yang masih membuang muka.
MAHESA
Risya yang memasang ekspresi datar mendadak tersenyum, ketika mendengar Mahesa.
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
RISYA
MAHESA
Risya menggelengkan kepala.
MAHESA
Risya semakin berseri mendengar lanjutan puisi Mahesa.
MAHESA
Mahesa langsung melemparkan senyum kepada Risya yang kini sudah tidak memasang wajah cemberut.
MAHESA
RISYA
MAHESA
Risya mencubit hidung Mahesa.
RISYA
Mereka pun tertawa bersama.
MAHESA
Mahesa mencubit manja hidung Risya.
RISYA
MAHESA
Mahesa langsung mengangkat tubuh Risya dan membawanya menuju motor yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri saat itu.
CUT TO:
44. EXT. PERKEBUNAN – KANTOR REGI - SORE
Regi dan Nisa sedang berada di depan kantor perkebunan, mereka bersiap untuk pulang.
NISA
Regi yang akan menaiki sepeda, malah meletakkan kembali sepeda itu di samping pohon, dan melangkah perlahan mendekati Nisa, yang berdiri tepat 5 langkah dari posisi Regi.
REGI
NISA
REGI
NISA
REGI
Regi sambil tersenyum. Nisa pun membalas senyum Regi.
REGI
Nisa mengangguk.
NISA (V.O)
Regi cukup heran melihat Nisa melamun.
NISA
Nisa mencoba mengabaikan kata hatinya, dengan melangkah sambil melambaikan tangan kepada Regi.
REGI
Nisa menghentikan langkah dan kembali membalikkan badannya ke arah Regi.
REGI
Nisa tersenyum sambil mengangguk. Regi tersenyum. Nisa kembali melangkah diiringi rona kebahagiaan. Begitu pula Regi, yang berjalan menuju tempat sepedanya terparkir dengan senyuman.
CUT TO:
ESTABLISH MALAM HARI.
45. INT. SEBUAH RESTORAN - MALAM
Regi dan Nisa sudah berada di sebuah restorant, namun Regi telihat kaku saat bersama Nisa, begitu pula Nisa yang mendadak bingung untuk memulai obrolan dengan Regi.
NISA/REGI
Mereka jadi salah tingkah, saat menyadari apa yang baru saja mereka lakukan.
NISA
REGI
Tapi Nisa malah garuk-garuk kepala.
REGI
REGI
Regi tersenyum melihat tingkah Nisa yang tidak seperti biasanya. Dengan sikap seperti itu, cukup membuat mereka bingung. Sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan acara makan malam, sesuai inti pertemuan mereka kali ini, kerena kebetulan pesanan mereka baru saja tiba.
Tidak terasa 60 menit sudah berlalu, makan malam sambil ngobrol-ngobrol santai, membuat waktu berlalu begitu cepat. Meski sebenarnya masih ingin bertahan lebih lama lagi, namun waktu mengharuskan Nisa untuk pulang.
CUT TO:
46. EXT. SEBUAH RESTORAN (PARKIRAN) - MALAM
Saat Regi dan Nisa berjalan menuju parkiran, kedua tangan Regi sibuk mengorek tas selendang kecil yang ia kenakan. Regi mengambil sebuah amplop, diantara kedua amplop yang ada di dalam tas Regi.
REGI
Regi sambil menyodorkan amplop ke hadapan Nisa. Yang secara otomatis mengentikan langkah Nisa, dan memandang aneh amplop itu.
REGI
Nisa mengambil amplop itu.
NISA
REGI
Nisa mengangguk sambil memasukan amplop merah jambu itu ke dalam tas kecil miliknya, dan kembali berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum.
CUT TO:
ESTABLISH RUMAH NISA MALAM.
47. INT. RUMAH NISA (KAMAR NISA) – MALAM
Sambil berdiri menghadap ke jendela kamar yang masih terbuka, Nisa sedang membaca kertas yang diberikan Regi tadi.
TEKS:
Meski dalam mimpiku
Aku ingin selalu bersamamu
Meski tak selalu bertemu
Aku ingin selalu merindu
Meski hanya dalam angan
Aku ingin bisa melukiskan
Dengan berbagai warna cintaku
Tuk indahkan langit senjamu
Meski di dalam semu
Senyummu selalu kutunggu
Pengobat rindu di hati
Penawar rasa hampa dan sepi
Meski hanya dalam imajinasi
Kuingin kau jadi belahan jiwa ini
Meski hanya sebatas mimpiku
Kuingin kau jadi permaisuriku
Nisa senyum-senyum membaca isi surat dari Regi, yang ternyata sebuah sajak.
NISA
Nisa tersenyum lega sambil menatap kertas sajak itu dengan hati yang berbunga-bunga.
CUT TO:
ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
48. INT. RUANG TENGAH - PAGI
Langkah Regi terlihat cepat saat menuruni anak tangga, dengan tangan yang dipenuhi beberapa lipatan kertas.
MAHESA
Spontan Regi menoleh ke arah Mahesa, yang saat itu duduk di meja makan untuk menyantap nasi goreng sebagai menu sarapannya.
REGI
Regi bergegas pergi. Dan tanpa sadar satu dari beberapa lipatan kertas yang Regi pegang tadi, terjatuh di lantai tak jauh dari tempat Mahesa duduk.
MAHESA
Mahesa tersenyum sambil geleng kepala.
MAHESA
Mahesa kembali melanjutkan sarapannya. Tapi baru saja Mahesa mengangkat sendoknya, sesuatu terlihat mengalihkan pandangannya. Mahesa beranjak dari duduknya. Mahesa berjalan menuju lipatan kertas milik Regi yang terjatuh tanpa Regi sadari. Mahesa mengambil kertas tersebut dan membuka lipatannya. Namun tiba-tiba mimik wajah Mahesa benar-benar berubah setelah melihat dan membaca kertas itu.
CUT TO:
49. EXT/INT. RUMAH REGI (RUANG MAKAN/PINTU DEPAN) - PAGI
30 menit sudah berlalu, Mahesa masih saja duduk di ruang makan. Namun piring yang berisi sarapannya benar-benar masih belum berubah.
Tokk, tokk, tokkk. Terdengar suara ketukan pintu.
Mahesa beranjak dari duduknya, dengan langkah tak bersemangat Mahesa berjalan menuju pintu rumah. Pada saat Mahesa membuka pintu, ternyata yang bertamu adalah Risya. Dengan wajah ceria Risya menyapa Mahesa.
RISYA
Namun Mahesa malah memasang ekspresi wajah kecut.
MAHESA
Risya merasa aneh, karena Mahesa menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Setelah itu Mahesa langsung masuk dan menutup pintu rumahnya. Risya kaget.
RISYA
Risya benar-benar tidak mengerti dengan sikap Mahesa saat itu.
CUT TO:
50. INT. KANTOR MAJALAH (RUANGAN RISYA) - SIANG
Risya terlihat tidak fokus bekerja. Andin merasa heran melihat Risya seperti itu. Andin berjalan menghampiri Risya di meja kerjanya.
ANDIN
RISYA
ANDIN
RISYA
ANDIN
RISYA
ANDIN
Risya hanya menggelengkan kepala.
CUT TO:
51. MONTAGE
A. Pada saat Regi sedang fokus bekerja, lagi-lagi ia mengeluh kesakitan.
B. Regi memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Setelah melakukan tes, Regi tampak ngobrol cukup serius dengan dokter yang memeriksanya.
CUT TO:
ESTABLISH MALAM HARI.
52. INT. RUMAH RISYA (KAMAR RISYA) - MALAM
Nampak Risya duduk di teras depan rumah sambil melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Suasana hati Risya malam ini sedang kurang baik, itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang datar, dan tatapan matanya yang kosong. Suara pintu terbuka, Chika datang.
CHIKA
Cika berjalan menghampiri dan duduk di samping Risya. Risya hanya tersenyum menjawab sapaan adiknya, sedangkan pandangannya tetap lurus ke arah langit malam.
CHIKA
Cika memberikan secarik kertas kepada Risya. Risya mengambilnya.
CHIKA
RISYA
CHIKA
Chika langsung bungkam, keceplosan.
Risya menatap wajah adiknya dengan raut muka yang datar diiringi dengan tatapan yang sedikit tajam. Chika malah tersenyum dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.
CHIKA
Chika cengengesan. Risya tersenyum kemudian mengelus-ngelus rambut Chika.
CHIKA
Risya hanya diam. Tapi bukan berarti Risya tidak peduli, hanya Risya sendiri pun bingung harus memberikan jawaban apa. Kini kedua bola mata indahnya beralih menatap pada secarik kertas yang ia pegang.
CUT TO: