ESTABLISH PERGANTIAN HARI.
1 MINGGU KEMUDIAN.
10. INT. KANTOR MAJALAH (RUANG BOS) — SIANG
Risya membuka pintu, di dalam sudah terlihat ada Andin dan RIAN.
RISYA
Permisi Kak, Kakak manggil aku?..
RIAN
Iya Ris..
RISYA
Ada apa ya Kak?..
RIAN
Ada kabar gembira Ris. Akhirnya penjualan majalah kita minggu ini mengalami peningkatan lagi..
RISYA
Serius kak?..
Risya bahagia dan tak percaya. Rian mengangguk.
ANDIN
Semua ini berkat artikel yang kamu buat keren-keren Ris..
RIAN
Apalagi dengan tambahan 1 halaman khusus untuk sajak.. Menurut survei, hampir semua pembaca menyukai kolom sajak itu..
ANDIN
Iya Ris, mereka bener-bener seneng dengan warna baru yang kita berikan di majalah ‘BINTANG’ edisi minggu ini..
RIAN
Jadi aku harap, setiap majalah ‘BINTANG’ terbit. Kolom untuk sajak atau puisi itu harus tetep ada. Kamu siap kan Ris untuk mengisi kolom itu dengan karya kamu setiap minggunya?..
Risya langsung bengong.
RISYA
Karya aku.. (pause) Em, iya Kak..
Risya tersenyum canggung seperti bingung dengan perkataannya sendiri.
CUT TO:
11. EXT. PERKEBUNAN — PAGI
Nisa duduk bersandar di sebuah pohon besar, Nisa terlihat sedang sibuk menulis sesuatu. Melihat itu Regi tersenyum lalu menghampiri.
REGI
Sendiri aja nih?..
Regi menghampiri Nisa dan duduk di samping Nisa.
NISA
Eh Kang Regi..
REGI
Serius banget deh kayanya..
Regi menengok ke wajah Nisa sambil tersenyum, lalu memberikan 1 botol minuman dari 2 botol yang Regi genggam.
Nisa menghentikan aktivitasnya. Lalu ia meraih botol minuman yang Regi berikan.
NISA
Nuhun, Kang..
Nisa tersenyum. Regi membalas diiringi anggukkan kepala.
REGI
Kirain udah pulang, ternyata masih disini. Sendirian lagi, nggak apa-apa kan Akang temenin?..
NISA
Enggak apa-apa atuh Kang. Malah Nisa seneng. Sekalian ada yang bisa kasih masukan buat ini..
Nisa lalu menyodorkan secarik kertas ke Regi. Dengan senang hati Regi merainya, lalu membacanya. Sambil menunggu, Nisa meneguk minuman yang tadi Regi berikan.
Tidak lama kemudian. Regi telah selesai membacanya, Nisa langsung menyimpan botol minumannya ke atas rumput.
NISA
Gimana, Kang?..
REGI
Rernyata kamu jago bikin puisi juga ya. Akang baru tahu lho. Ini puisinya bagus banget, Nis. Puisi indah si gadis pecinta senja..
NISA
Ahh, Akang mah bisa aja. Aku baru belajar. Jangan dulu dipuji gitu, entar malah kepedean lagi..
Nisa tersenyum malu. Regi tersenyum menanggapinya. Suasana sempat hening, saat Regi memberikan kertas puisi itu kembali kepada Nisa, dan Nisa meraihnya.
REGI
Akang pikir omongan orang-orang perkebunan itu nggak bener. Ternyata setelah Akang buktiin... calon penerus perkebunan emang sering duduk sendiri di bawah pohon sebelum matahari tenggelam, hanya untuk melihat senja..
NISA
Ohh, ya? Sampe segitu kah mereka memperhatikan Nisa, Kang?..
Regi mengangguk. Nisa tersenyum sambil menatap ke arah langit.
NISA
Tapi hari ini, senja tidak menampakkan keindahannya..
Nisa sedikit kecewa, sambil memandang langit sore yang mendung. Suasana kembali hening untuk beberapa detik.
REGI
Kenapa kamu menyukai senja?..
NISA
Nggak tahu, Kang. Nisa sendiri tidak bisa mendefinisikan itu..
Tiba-tiba hujan gerimis turun. Nisa sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tas yang tergeletak tepat di sampingnya. Sementara Regi, ia malah membuka kemeja yang ia kenakan. Lalu ia bentangkan ke atas untuk melindungi kepala Nisa dari air hujan.
Menyadari itu, seketika Nisa memandang wajah Regi. Senyum yang Regi berikan ke Nisa seketika membekukan pandangannya. Perasaan Nisa bergetar, sehingga jadi salah tingkah. Nisa tak mampu memandang wajah Regi semakin lama. Nisa berpaling malu, kini Nisa hanya menatap tetesan air hujan.
NISA (V.O)
Ingin kusapu awan yang kelabu. Agar mendung cepat berlalu. Hitam yang menghiasi langitku. Harus sirna dari angkasa hatiku. Ku tak ingin terus terpuruk. Tolong bangunkanku dari mimpi buru. Tuk hidupkan kembali gejolak di dada. Pada jiwa yang tengah mati rasa. Biarkan kedua bola mata itu terus menatapku. Tuk hidupkan kembali rasaku yang membeku.
NOTE: Jika sajak yang dibaca Nisa terlalu panjang bisa diganti jadi teks, atau sesuaikan saja.
CUT TO:
12. INT. KAMAR MAHESA - SORE
Regi menghampiri Mahesa yang asik main game di kamarnya. Tanpa basa-basi, Regi langsung mematikan game yang sedang Mahesa mainkan. Mahesa cukup kesal.
MAHESA
Bang, apa-apaan sih?! Ganggu kesenengan orang aja deh..
Regi memberikan secarik kertas kepada Mahesa
REGI
Jelasin sama abang?!..
Mahesa membacanya. Tapi ia malah diam, terlihat cuek dan santai
REGI
Abang dapet itu dari temen dan dosen kamu. Kemana aja kamu seminggu ini? Kenapa kamu sama sekali nggak masuk kuliah?..
MAHESAA
Aku lagi males kuliah aja Bang..
REGI
Males? Apa yang membuat kamu males? Bilang sama abang! Apa uang yang Abang kasih kurang? atau apa?
Mahesa hanya diam.
REGI
Ini bukan saatnya untuk kamu bermalas-malasan. Semangat untuk masa depan Mahesa. Raih mimpi yang selama ini ingin kamu wujudkan. Gapai semua itu Sa!!..
MAHESA
Untuk apa Bang?! Sekarang nggak ada alasan lagi untuk aku mewujudkan semuanya..
REGI
Kok kamu ngomong gitu sih?..
MAHESA
Udah deh Bang, nggak usah sok-sok atur hidup aku. Toh nggak ada yang peduli sama aku. Meskipun cita-cita aku terwujud, nggak akan ada yang merasa bangga dengan aku. Dari pada aku terpaksa menjalaninya, lebih baik nggak sama sekali. Bukan lebih baik seperti itu, iya kan Bang?..
Mahesa meletakan stick game yang ia pegang, kemudian beranjak mengambil tas yang tergeletak di atas tempat tidur dan pergi. Regi hanya diam.
CUT TO:
13. EXT. AREA PERKEBUNAN - SIANG
Mahesa berjalan menelusuri jalanan kecil perkebunan, kemudian ia berdiri di atas bukit sambil memikirkan peristiwa di masa lalu.
CUT TO FLASHBACK:
14. EXT. JALANAN KOTA JAKARTA - SIANG
Suasana di salah satu jalan cukup ricuh. Terlihat sekumpulan anak SMA sedang tauran. Dan salah 1 diantara mereka adalah Mahesa.
CUT TO:
15. INT. RUANG TENGAH RUMAH MAHESA - SIANG
Saat tiba di rumah yang cukup mewah. Mahesa dimarahi Mama dan Papa tirinya gara-gara tauran. Mahesa terlihat gugup, ketakutan, sambil menundukan kepalanya di depan kedua orang tuanya.
PAPA
Seperti ini kelakuan anak kamu! Bener-bener memalukan!! (ke Mahesa) Mau jadi apa kamu?! kalau kerjaannya berantem terus seperti itu. bikin malu aja, dasar anak nggak tahu diri!!..
Papa beranjak, lalu pergi meninggalkan Mahesa dan Mama.
MAMA
Kamu udah bikin malu Mama di depan papa kamu Esa! Kamu bener-bener bukan anak yang patut dibanggakan..
Mahesa hanya diam.
MAMA
Apa bisa kamu meraih cita-cita kamu menjadi seorang dokter? Kalau seandainya kelakuan kamu seperti ini terus? Jangan pernah bermimpi! Mama bener-bener malu punya anak seperti kamu..
MAHESA
Kalau Mama malu punya anak kaya aku, oke Mah. Aku akan pergi dari rumah ini..
MAMA
Pergi sana! Mama nggak butuh kamu!..
Dengan kesal dan sedih Mahesa pergi. Tangan seseorang menahan bahu Mahesa. Dia adalah Regi yang terlihat kesal. Regi membawa Mahesa kembali menghampiri Mama.
REGI
Kalau Mama usir Esa. Itu sama aja Mama menginginkan aku pergi dari rumah ini juga!..
MAMA
Kenapa kamu ngomong seperti itu Gi? seharusnya kamu nggak perlu membela anak nggak berguna kaya dia!..
REGI
Inget Mah! Esa itu adik aku, anak kandung Mama juga. Aku nggak ngerti deh, kenapa semenjak papa pergi dan Mama mengenal laki-laki itu, Mama bener-bener udah jauh berbeda, Mama berubah..
Mama hanya diam.
REGI
Sekarang mama pilih! Pilih kita atau laki-laki itu?!..
Mama diam dan terlihat bingung.
REGI
Aku udah bisa nebak. Mama pasti lebih milih laki-laki itu dibanding kita. Ayo Sa! Kita pergi! Kehadiran kita sudah tidak diinginkan lagi di rumah ini..
Dengan kecewa Regi membawa Mahesa pergi. Mama sama sekali tidak melakukan pencegahan, Mama terlihat bingung.
BACK TO REAL:
16. EXT. AREA PERKEBUNAN - SORE
Ternyata Regi juga membayangkan hal yang sama, atas apa yang telah terjadi padanya dan Mahesa beberapa tahun yang lalu.
REGI
Abang ngerasa gagal mendidik kamu Sa..
Regi terdiam sejenak dengan pandangan lurus ke perkebunan.
REGI
Andai aja kamu tahu, semua ini Abang lakuin demi kamu. Abang pengen kamu bisa buktiin sama mama. Kalau kamu bisa. Kamu nggak seperti apa yang mama bilang..
CUT TO:
17. EXT. JALANAN (SEKITARAN PERKEBUNAN) - SORE
Kita lihat Regi sedang berjalan sendirian di perkebunan yang sudah sepi. Tiba-tiba ia tidak sengaja melihat seorang gadis sedang menangis.
REGI
Nisa?..
Langkah Regi membawanya semakin mendekati gadis yang duduk bersedih di bawah sebuah pohon, untuk meyakinkan perkiraannya, jika dia adalah Nisa.
REGI
Nisa, kamu kenapa?..
Menyadari kedatangan Regi, Nisa langsung mendekap erat Regi sambil menangis.
NISA
Kang Regi...
REGI
Hey, kamu kenapa?..
Perlahan Nisa melepaskan dekapannya. Sementara Regi mencoba menghapus air mata yang membasahi pipi Nisa.
REGI
Cerita sama Akang, Nis!..
CUT TO:
18. EXT. SEBUAH BUKIT - SORE
Regi dan Nisa sudah duduk bersebelahan. Setelah cukup tenang, Nisa mulai menceritakan penyebab kesedihannya kepada Regi.
NISA
Jadi tadi itu-
CUT TO FLASHBACK:
19. EXT. JALANAN KECIL PERKEBUNAN - SIANG
Adegan yang diambil sesuai dengan cerita yang Nisa tuturkan.
NISA (O.S)
Tadi siang, Nisa nggak sengaja ketemu sama mantan pacar Nisa, dia kaya bahagia banget sama perempuan yang udah menghancurkan hubungan kita. Padahal, jauh sebelum melanjutkan pendidikan di Bogor, dia sangat mendukung Nisa. Dia bahkan rela jika harus menjalani hubungan jarak jauh, dan akan tetap setia menunggu Nisa. Tapi ternyata semua itu hanya ucapan manis yang keluar dari mulutnya aja. Baru 2 bulan Nisa kuliah di Bogor, laki-laki itu udah punya perempuan idaman lain.
(pause)
Karena kejadian itu pula, Nisa menutup diri untuk mencintai atau dicintai. Nisa takut apa yang terjadi dalam kisah percintaan Nisa dulu, akan terulang kembali. Dan kenapa Nisa harus melihat laki-laki itu lagi Kang?..
BACK TO REAL:
20. EXT. SEBUAH BUKIT - PERKEBUNAN - SORE
Regi terlihat sedih mendengar cerita Nisa. Regi beranjak dari duduknya, dan kini berada tepat di hadapan Nisa. Meski sedikit canggung, Regi mencoba menghapus air mata di pipi Nisa.
REGI
Jangan nangis! Suatu saat dia akan menyesal telah meninggalkan kamu. Masih banyak yang lebih baik, yang pastinya mampu membahagiakan kamu lebih dari dia. Percaya itu, Nis! Kamu perempuan yang baik, dan laki-laki seperti itu tidak pantas untuk kamu..
NISA
Tapi masih ada yang tidak bisa lepas, Kang. Dan ini lebih berat dari sekedar kenangan..
REGI
Akang tahu, itu pasti tentang perasaan. Meskipun pikiran telah berhasil melupakan, belum tentu hati melakukan hal yang sama. Tapi Akang yakin, Nisa pasti bisa melewatinya..
Nisa hanya tersenyum sambil mengangguk.
REGI (V.O)
Sekarang Akang tahu alasan kenapa Nisa masih sendiri. Bukan karena sombong, atau terlalu memilih. Tapi Nisa memang sengaja menutup hati, agar luka baru tak lagi tercipta..
Mendengar ucapan Regi padanya, dan mimik yang Regi tunjukkan saat ini, malah membuat Nisa bengong. Nisa tidak bisa berhenti memandang wajahnya.
NISA (V.O)
Ya Allah.. tatapan apa itu? Tatapan yang semakin menjerumuskan aku pada suatu rasa yang tak biasa..
Nisa semakin salah tingkah.
NISA (V.O)
Aku ingin memikirkanmu dalam ruang sempit
Lewat tempat yang tak diketahui orang
Agar aku leluasa mengekspresikan pikiran
Atau mungkin perasaan
Aku ingin mengenalmu lebih jauh
Walau lewat sebuah cerita singkat
Yang mungkin kau pikir hanya obrolan biasa
Entah mengapa di mataku kau selalu memukau
Yang tanpa sadar mampu memikat hatiku
Dari mana perasaan ini ada?
Mungkinkah berawal dari sebuah tatapan mata?
Di hadapanmu mungkin aku malu mengakuinya
Namun, ku harap kau bisa membaca isi hatiku
Bahwa perlahan pintu hati ini kembali terbuka karenamu
NOTE: Jika sajak terlalu panjang untuk VO bisa diganti jadi teks, sesuaikan saja. Begitu seterusnya.
CUT TO: