Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR HAKIM - DAY
Hari libur, Hakim membersihkan kamarnya. Hakim menyapu segala sudut kamar dan membuang beberapa barang yang ia rasa tidak perlu.
Hakim membersihkan meja belajarnya. Bahkan hingga lacinya.
Sesaat Hakim menemukan sebuah lembaran print tentang pendaftaran UGM.
Hakim melihat kertas itu dengan serius. Mendadak ia menghentikan kegiatan bersih-bersih kamarnya dan duduk di kasurnya sambil melihat selebarannya terus.
Hakim termenung, mendadak kata hatinya bercabang. Apakah terus di militer atau mencoba seleksi tes UGM yang akan dilaksanakan bulan depan.
INT. RUMAH - DAY
Hakim keluar dari kamarnya untuk membuang beberapa sampah yang dihasilkan dari kamarnya.
Terlihat di ruang tengah sudah tersusun kotak nasi berisikan nasi kuning dan beraneka ragam lauk nya.
Hakim juga melihat sepucuk kertas bertuliskan,
SYUKURAN HAKIM PRATAMA ATAS KELOLOSAN SELEKSI MILITER
Hakim tersenyum sendiri. Ia lalu berjalan keluar, membuang sampah.
EXT. RUMAH - LATER
Setelah membuang sampah di tempat sampah, Hakim melihat ayahnya yang tengah mengobrol dengan Pak Dedi.
HASAN (O.S.)
Hakim!
Hakim melambaikan tangan kepada Hasan.
PAK DEDI (O.S.)
Hakim, selamat ya!
Hakim tersenyum menjawab ucapan selamat dari Pak Dedi itu. Setelah itu ia kembali masuk rumah.
INT. RUMAH - LATER
Sebelum masuk ke dalam rumah, ia melihat ke dapur. Ibunya tersenyum sendiri ketika memasak. Tidak ada raut lelah dari wajah ibunya Hakim.
Hakim ikut tersenyum.
INT. KAMAR HAKIM - NIGHT
Hakim tiduran di kasurnya. Ia menatap langit-langit rumahnya..
HAKIM
Aku tidak pernah melihat orang tuaku sebahagia ini seperti sekarang.
(beat)
Mereka benar-benar bahagia melihatku lolos seleksi itu.
Hakim kemudian berdiri dan duduk di kursi meja belajarnya. Selebaran UGM nya masih tersimpan di meja.
HAKIM
Tak sepatutnya aku menghancurkan kebahagian mereka lagi.
(beat)
Aku tidak mau jatuh di lubang yang sama.
Hakim lantas menaruh selebaran itu di sebuah buku yang kemudian bukunya ia simpan di dalam lemari.
Hakim yakin akan langkahnya ini.
CUT TO:
TEXT ON SCREEN: DUA MINGGU KEMUDIAN
INT. JALANAN DESA - DAY
Jalanan desa pagi hari ini benar-benar ramai. Terlihat beberapa warga mengarak Hakim untuk masuk ke sebuah mobil minibus yang akan mengantarkannya ke akademi.
Beberapa warga terkesima akan keberhasilan Hakim, namun tidak bagi sebagian orang. Salah satunya Ibu Sulastri yang melihat Hakim dari kejauhan bersama ibu-ibu yang lain.
SULASTRI
Halah, ngapain sih orang-orang pada nganterin gitu? Kayak Hakim mau pergi Umrah saja.
IBU DINA
Ih bu lurah.. jarang-jarang loh di kampung kita ada lulusan militer kayak Hakim.
(beat)
Jadi wajar aja warga kayak begitu.
Ibu Sulastri terlihat tidak setuju dengan ucapan Ibu Dina.
IBU DEDI
Besok, besok kalau Hakim pulang, saya mau ajak kenalin anak saya ah.
IBU DINA
Si Astri?
IBU DEDI
Iya dong Bu Ded. Umur mereka kan gak kepaut jauh juga.
IBU DINA
Ih ngimpi aja ya bu, saya duluan yang bakal kenalin Hakim duluan ke keponakkan saya.
Ibu Sulastri tidak senang dengan perdebatan kedua tetangganya memutuskan untuk pergi.
Situasi kembali kepada Hakim yang bersiap masuk kedalam mobil.
Terlihat Haji Firman menghentikan langkah Hakim.
HAJI FIRMAN
Kim selamat ye. Nggak nyangka gue.
Hakim menerima salam tangan dari Haji Firman.
HAKIM
Sama-sama Pak Haji, ini juga berkat doa dari Pak Haji kok.
Haji Firman tersenyum bangga sembari menepuk Hakim dengan keras.
INT. JALANAN DESA - LATER
Akhirnya Hakim tiba di depan mobil yang akan mengantarnya.
HAKIM
Yah, Bu. Hakim pamit dulu ya? Doakan Hakim sukses ya?
Hakim menyalami kedua orang tuanya.
NURLIDYA
Iya nak. Hati-hati ya nak.
HAKIM
Iya bu, selalu.
(beat)
Yah, Hakim pulang nanti, ayah harus sudah sembuh ya? Nanti Hakim ajak ayah olahraga.
Hasan tersenyum gembira mendengar gurauan Hakim sambil menahan air mata haru.
HASAN
Iya nak.. Iya..
Hakim masuk ke dalam mobil. Lalu meninggalkan mereka semua.
INT. MOBIL - CONTINUOUS
Hakim melihat ke arah belakang, terlihat orang-orang masih merayakan kepergiannya walau mobil sudah menjauh pergi.
Hakim tersenyum. Ia merasa dirinya sudah mampu menjawab keraguan beberapa orang.
Hakim menang.
EXT. RUMAH - DAY
TEXT ON SCREEN: SATU TAHUN KEMUDIAN
Suasana berubah, keluarga kecil ini membangun sebuah warung makan kecil dirumahnya yang bernama,
WARUNG MAKAN HAKIM.
Adapun Nurlidya sebagai penjual. Sudah enam bulan lamanya Nurlidya tidak bekerja di ibu Sulastri, lantaran sikapnya yang makin hari makin tidak bisa ia terima.
IBU DINA
Bu Nur. Nasi rames satu ya.
NURLIDYA
Iya Bu Din, sebentar ya.
Nurlidya mempersiapkan pesanan milik Ibu Dina.
IBU DINA (O.S.)
Bu Nur sudah dapat kabar belum?
NURLIDYA
Dapat kabar apa Bu Din?
IBU DINA
Itu lho, Ibu lurah ngegosippin anaknya Bu Nur lagi.
Nurlidya tersenyum mendengar ucapan Ibu Dina.
NURLIDYA
Gosipin apa lagi bu?
IBU DINA
Itu tuh.. Katanya Hakim cepat naik pangkat lantaran bayar orang dalem.
Nurlidya tertawa sambil geleng-geleng kepala mendengar gosip murahan itu.
NURLIDYA
Bu Dina, bu Dina.. Uang dari mana coba Hakim bisa bayar orang dalem?
(beat)
Toh saya bangun warung ini juga pinjem dari koperasi. Kan ibu Dina yang nganterin saya dulu.
IBU DINA
Iya ya Bu.. Emang Bu lurahnya aja yang iri ya?
Nurlidya tersenyum sembari meneruskan pesanan Ibu Dina.
THE END