Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. PERPUSTAKAAN KOTA - DAY
Hakim belajar giat di perpustakaan kota. Hakim membaca semua buku dan mencerna segala isinya.
Hakim juga menulis intisari yang dia dapatkan di buku yang dia baca.
HAKIM
Dulu posisiku persis seperti ini. Diremehkan juga.
(beat)
Tapi aku bisa menjawabnya dengan juara lima.
Hakim menghentikan tulisannya untuk beristirahat sebentar. Wajahnya penuh dengan ambisi dan tekad yang kuat.
FADE IN:
INT. WARUNG HAJI FIRMAN - AFTERNOON
Sepulangnya dari perpustakaan kota, Hakim sejenak mampir di warung Haji Firman untuk sekedar jajan dan ngopi.
Hakim duduk di kursi yang tersedia, Hakim pun mencoba berbaur dengan beberapa orang yang ada.
Terlihat Haji Firman berjalan mendatangi Hakim lalu duduk persis disebelahnya.
HAJI FIRMAN
Kata Ikbal lu kagak lolos UGM?
Setelah meneguk kopinya, Hakim menjawab ucapan Haji Firman.
HAKIM
Iya Pak Haji.
HAJI FIRMAN
Lah tapi kenapa dia bisa lolos?
(beat)
Padahal setahu gue yang berprestasi kan elu?
HAKIM
Dia keterima di Medan Pak Haji. Bukan di UGM.
HAJI FIRMAN
(ngotot)
Iye gue tahu. Tapi maksud gue kalau elu berprestasi, harusnya elu juga bisa masuk otomatis dong?
Sambil mengunyah roti, Hakim menjawab.
HAKIM
Saingan Hakim lebih berat daripada saingannya Ikbal Pak haji.
Haji Firman bingung mencerna ucapan Hakim.
HAJI FIRMAN
Gimane sih? Kok gue bingung ama sistem pendidikan sekarang.
(beat)
Ribet amat! Kagak kayak gue jaman dulu.
Hakim memutar badannya untuk lebih fokus berbicara menatap Haji Firman.
HAKIM
Jadi gini Pak Haji.
(beat)
Jurusan yang si ikbal pilih itu punya kuota yang banyak, tapi peminatnya jurusannya masih sedikit.
HAJI FIRMAN
Lah kok bisa gitu?
HAKIM
Ya jelas bisalah Pak Haji! Orang jurusannya baru muncul dan nggak terkenal.
Tanpa diduga, beberapa orang yang ada di warung ikut mendengarkan cerita Hakim.
HAKIM
Wajar dong ya kalau si Ikbal ini masuk? Cerdasnya si Ikbal ya itu, yang penting universitas negeri. Tapi masalah jurusannya sama lulusannya nanti mau jadi apa, dia sih bodoh amat.
Haji Firman dan beberapa orang yang ikut mendengar mulai memahami cerita Hakim.
PAK ROMLI
Berarti secara nggak langsung, si Ikbal ini ambil jalur mudah. Begitu?
Hakim mengangguk setuju.
HAKIM
Betul pak! Kasarannya bisa dibilang seperti itu.
CUT TO:
INT. KELAS - DAY
Hakim dan murid-murid yang berasal dari seluruh SMA yang ada di daerahnya mengikuti seleksi SBMPTN.
PENGAWAS (O.S.)
10 menit lagi.
Walau sudah selesai mengerjakan soal, Hakim berulang kali memeriksa jawabannya dengan ketelitian tingkat tinggi.
Hakim begitu yakin dengan jawabannya lantaran dirinya yang sudah belajar giat diperpustakaan kota.
HAKIM (V.O.)
Pasti aku lolos.
EXT. RUMAH - NIGHT
Hakim tiba di rumahnya. Terlihat Hasan sedang mengelap sepedanya.
HAKIM
Assalamualaikum...
HASAN
Walaikumsalam.... Masuk!
Hakim merasa ada yang berbeda dari ayahnya.
INT. RUANG MAKAN - LATER
Hakim duduk di kursi ruang makan. Nurlidya dan Hasan duduk persis disebelahnya.
NURLIDYA
Kamu itu ngomong apa sama orang-orang?
HAKIM
(bingung)
Ngomong? Ngomong apa ya bu?
NURLIDYA
Jangan pura-pura nak! Ibu malu tahu!
HAKIM
Bu. Hakim beneran nggak tahu.
(beat)
Ini ada apa sih?
HASAN
Kamu cerita ke orang-orang termasuk Haji Firman kalau si Ikbal katanya ambil jalur mudah. Iya?
HAKIM
Oh itu... Memang kenyatannya kok yah.
(beat)
Memangnya salah?
Nurlidya memukul meja makan lalu berbicara dengan nada menaik.
NURLIDYA
Kamu itu enggak sepantasnya bicara seperti itu! Tadi Ibu Sulastri sama suaminya datang kesini. Mereka enggak terima kalau anaknya disebut seperti itu!
Hakim membalas dengan suara yang keras juga. Suasana ruang makan makin memanas.
HAKIM
Bu! Apa yang Hakim katakan kepada mereka semua itu benar. Kenapa ibu malah marah?
NURLIDYA
Masalahnya Ibu Sulastri itu majikan ibu! Kamu kok tidak mengerti sih?
HASAN
(teriak)
Cukup!
Suasana ruang makan hening sesaat. Hakim yang terlihat kesal, lalu kembali bicara.
HAKIM
Ingat ya bu! Kita bayar ucapan ibu lurah yang sombong itu. Hakim bakal lolos UGM. Ingat itu bu!
Hakim lantas berdiri dari kursi dan berjalan menuju kamar.
NURLIDYA
Hakim! Hakim! Ibu belum selesai.
Hasan menarik tangan Nurlidya. Menenangkannya.
INT. KAMAR HAKIM - LATER
Hakim melempar tasnya ke atas kasur. Mengunci pintu kamarnya.
HAKIM
Ibu lurah sialan! Enggak mau kalah banget jadi orang!
Hakim lalu melompat tidur ke atas kasur dan tertidur.
INT. KAMAR HASAN - SAME TIME
Hasan menenangkan Nurlidya yang menangis. Hasan memeluk istrinya dengan erat.
CUT TO BLACK.