Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SEKUENS 1
EXT. DESA - DAY
Matahari mulai menaik, diikuti oleh suara-suara ayam yang berkokok bergantian.
Rintik-rintik air hujan sisa semalam turun dari ujung genting rumah.
Hari ini lebih dingin dari kemarin.
INT. KAMAR HAKIM - CONTINUOUS
Kamar Hakim tidak begitu besar. Kamarnya dipenuhi oleh poster-poster pahlawan Indonesia. Mulai dari Soekarno, Bung Tomo hingga Jenderal Soedirman.
HAKIM (17) baru saja selesai mandi. Dia menutup pintu kamarnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah.
Hakim memakai deodoran dan wewangian. Setelah itu, Hakim memakai seragamnya yang sudah tergantung rapi.
Kemudian Hakim memasukkan buku-buku yang tersusun rapi di atas meja belajarnya ke dalam tasnya.
Hakim memisahkan salah satu buku yang tengah menjadi bacaannya.
HAKIM
(tersenyum)
Terbaik memang buku ini
Terdengar suara ketukkan pintu dari luar.
NURLIDYA (O.S.)
Nak. Sarapan dulu.
HAKIM
(mengancing seragam)
Iya bu.
Setelah semuanya siap, Hakim keluar kamar sambil menenteng tas dan buku bacaannya.
INT. RUANG MAKAN - CONTINUOUS
Nurlidya (38), ibu Hakim hilir mudik dari dapur ke meja makan untuk menghidangkan sarapan.
Hakim tiba di ruang makan.
NURLIDYA
Maaf ya, ibu cuma masak ini saja.
Terlihat semangkuk sayur bayam bening dan beberapa telur dadar mengisi meja makan.
HAKIM
Enggak apa-apa kok bu.
Hakim lalu duduk dan mengambil nasi.
Hasan (40), ayah Hakim datang dari kamar dengan setelan mengajar yang sudah rapi. Lengkap memakai peci hitam di kepala.
Hasan menaruh tas hitamnya yang usang di kursi makan yang kosong.
Hasan lalu duduk disebelah Hakim.
HASAN
(mengambil nasi)
Malam ini kita makan enak kok.
HAKIM
Kok bisa?
HASAN
Iya nak, kemarin Pak Budi cerita kalau kolam ikannya lagi panen.
(beat)
Katanya ayah mau dikasih beberapa ikan oleh beliau.
Nurlidya duduk di kursi makan lalu mengambil nasi.
NURLIDYA
Alhamdulilah.
HASAN
Iya bu. Mungkin ayah pulangnya agak sorean ya? Soalnya mau ambil kesana.
NURLIDYA
Iya yah, hati-hati saja. Jarak rumah Pak Budi cukup jauh soalnya.
Hasan mengangguk setuju sambil menyantap sarapannya.
HAKIM
(bergurau)
Semoga saja dapat banyak.
NURLIDYA
Jangan gitu nak. Banyak atau sedikit, patut kita syukuri.
HAKIM
(cengegesan)
Iya bu, iya. Hakim cuma bercanda.
HASAN
(tegas)
Sudah-sudah. Lanjut sarapannya. Nanti telat.
Keluarga kecil ini pun kembali melanjutkan sarapan tanpa terdengar lagi sepatah katapun.
EXT. HALAMAN RUMAH - CONTINUOUS
Setelah selesai sarapan,Hakim dan Hasan berpamitan.
HAKIM
Hakim pergi sekolah dulu ya bu.
Hakim mencium tangan ibunya.
NURLIDYA
Hati-hati ya nak.
(mengusap rambut Hakim)
Sekolah yang benar.
HAKIM
Iya bu.
Hasan datang dari belakang sambil menuntun sepeda tuanya.
HASAN
Ayah pamit juga bu.
Nurlidya menyalami suaminya.
NURLIDYA
Iya yah. Hati-hati.
Hasan dan Hakim pun berjalan meninggalkan Nurlidya.
EXT. JALANAN DESA - CONTINUOUS
Hasan dan Hakim menemui beberapa tetangga yang sibuk dengan aktivitas paginya.
Hasan dan keluarganya bukanlah siapa-siapa di desanya. Hanya suasana desa yang dekat dan intim membuat relasi antar tetangga lebih terjaga.
HASAN
Pagi Pak Surya!
PAK SURYA
(tersenyum)
Eh. Pagi pak!
Hasan dan Hakim terus berjalan.
EXT. JALANAN DESA - LATER
Terlihat Pak Dedi, salah satu tetangga Hasan tengah memandikan burung peliharaannya.
PAK DEDI
Berangkat Pak Hasan?
HASAN
Iya Pak Dedi.
Hasan berhenti mendorong sepedanya dan melihat sejenak burung jenis murai milik Pak Dedi. Hakim mengikuti ayahnya.
Terdengar kicauan suara burung murai ketika didekati oleh Hasan.
HASAN
Wih, suaranya makin bagus ya.
PAK DEDI
Iya Pak Hasan. Saya beli lagi ini. Beda sama yang kemarin.
Hasan tersenyum.
HASAN
Wih, namanya hobi ya pak?
(beat)
Monggo dilanjut pak!
PAK DEDI
Iya iya pak.
Hasan dan Hakim kembali berjalan dan meninggalkan Pak Dedi.
CUT TO:
EXT. BATAS JALAN KE KOTA - CONTINUOUS
Suasana kali ini sepi. Hasan dan Hakim sudah melewati jembatan yang menandakan batas jalan desa dan jalan kota.
Ayah dan anak ini menjadi lebih sering mengobrol.
HAKIM
Nanti Hakim ikut ya yah nangkap ikannya?
HASAN
Enggak usah nak. Jauh kolamnya.
HAKIM
Enggak apa-apa. Kasihan ayah soalnya.
HASAN
Terima kasih nak. Tapi ayah bisa sendiri kok.
Hakim terlihat murung.
HASAN
Bantu ibu saja ya di rumah? Siapkan bahan-bahan.
HAKIM
(lesu)
Iya yah.
Beat.
HASAN
Oh iya, bagaimana persiapan UN?
Raut wajah Hakim berubah. Terlihat lebih memperhatikan.
HAKIM
(yakin)
Kurang lebih 80% yah. Hakim terus bersiap kok.
Hasan senang melihat anaknya begitu percaya diri dan yakin.
HAKIM
Kan ayah tahu, kalau target Hakim adalah masuk UGM jurusan hukum.
(beat)
Makanya Hakim harus giat belajar supaya lulus UN dengan hasil yang maksimal.
Hasan mengangguk paham, seraya membalas,
HASAN
Ayah tahu nak. Ayah dan ibu tiap malam selalu berdoa supaya apa yang kamu cita-citakan bisa tercapai.
HAKIM
Amin. Terima kasih yah.
Persimpangan jalan sudah terlihat. Ayah dan anak ini berpamitan.
HASAN
Hati-hati ya nak.
HAKIM
Iya yah. Ayah juga ya hati-hati!
Hasan mulai mengayuh sepedanya menuju tujuan meninggalkan Hakim yang harus menunggu angkot datang.
Hakim melihat ayahnya yang sudah jauh meninggalkannya.
HAKIM (V.O.)
Hakim akan bahagiakan ayah dan ibu. Hakim berjanji.
FADE IN:
EXT. JALAN RAYA - CONTINUOUS
Hasan sudah mengayuh sepedanya separuh jalan. Tenaganya menghilang seiring usia. Keringat mulai bercucuran di keningnya dan membasahi sebagian belakang bajunya.
Hasan merasa sepedanya semakin berat untuk dikayuh.
PENGENDARA MOTOR (O.S.)
(Berteriak)
Bannya bocor pak!
Hasan lalu turun dari sepeda dan mengecek ban.
HASAN
Astaghfirullah.
Sebuah paku tertancap di ban belakang sepedanya. Hasan lalu melanjutkan perjalanannya dengan menuntun sepedanya. Ia tidak mau telat mengajar.
CUT TO:
INT. ANGKOT - SAME TIME
Di dalam angkot yang terisi penuh, Hakim menyempatkan diri untuk membaca buku yang sudah ia siapkan sejak malam.
Kita fokus kepada Hakim yang sedang membaca buku.
KENEK ANGKOT (O.S.)
Ayo neng, Rambutan - Palawija
(beat)
Rambutan - Palawija.. Ayo.. Ayo.. Langsung berangkat!
Seorang penumpang masuk kedalam angkot. Suasana sesak tidak dapat dihindari.
Hakim masih membaca bukunya.
KENEK ANGKOT (O.S.)
Langsung berangkat.. Langsung berangkat..Ayo.. Ayo...
Kembali, seorang penumpang masuk kedalam angkot.
Hakim merasa situasinya sudah mulai tidak nyaman. Hakim menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas yang ia pangku.
HAKIM
(pelan)
Sudah tahu penuh. Masih saja dipaksakan masuk.
Akhirnya angkot berjalan pergi.
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA - CONTINUOUS
Setelah menuntun sepedanya cukup jauh. Hasan melihat sebuah tambal ban di pinggir jalan.
Hasan mendatanginya.
INT. TAMBAL BAN - CONTINUOUS
Tukang tambal ban selesai memeriksa kondisi ban sepeda Hasan.
TUKANG TAMBAL BAN
Bocornya sampai dalam pak.
Hasan yang jongkok disebelah tukang tambal ban memahami kondisi bannya itu.
HASAN
Kalau diganti kena berapa?
TUKANG TAMBAL BAN
40.000 Pak.
(beat)
Nanti saya kasih yang bagus sekalian.
Hasan terlihat ragu.
HASAN
Hmm..Maaf mas, kalau yang bekas ada tidak ya?
TUKANG TAMBAL BAN
Maksudnya pak?
Hasan berdiri lalu mengeluarkan dompet dan secarik uang yang tersisa didalam dompetnya.
HASAN
Saya cuma punya uang 20.000 Mas. Kalau ada ban bekas yang masih bagus, enggak apa-apa kok mas.
Tukang tambal ban lalu berdiri.
TUKANG TAMBAL BAN
Waduh. Saya enggak punya pak.
Hasan nampak cemas dan khawatir. Dia terus melihat jam tangannya.
HASAN
Begini saja mas. Mas ambil uang saya ini
(beat)
Terus sisanya saya bayar pakai ikan. Bagaimana?
TUKANG TAMBAL BAN
Ikan?
HASAN
Iya mas. Rencananya sore ini saya mau ambil ikan untuk keluarga saya. Enggak banyak sih, tapi saya bisa sisakan buat masnya juga.
Tukang tambal ban tampak bingung menjawab permintaan Hasan.
HASAN
Tolonglah mas. Saya buru-buru soalnya. Mau mengajar.
TUKANG TAMBAL BAN
Bapak mengajar dimana?
HASAN
SD Mentari Pagi mas.
Tukang tambal ban kaget dengan balasan Hasan.
TUKANG TAMBAL BAN
Mentari Pagi? Itu kan masih jauh pak?
HASAN
(pasrah)
Begitulah mas.
Tukang tambal ban nampak pilu melihat kesulitan Hasan.
TUKANG TAMBAL BAN
Baiklah pak. Akan saya kerjakan.
Hasan tersenyum senang dan menyalami tukang tambal ban itu.
HASAN
Terima kasih mas. Sekali lagi, terima kasih.
TUKANG TAMBAL BAN
Sama-sama pak.Silahkan duduk dulu.
Hasan lalu duduk di sebuah kursi panjang.
Tukang tambal ban bersiap dan mengambil beberapa alat yang dibutuhkan.
TUKANG TAMBAL BAN
(basa-basi)
Kena bocor dimana pak?
HASAN
Kurang tahu mas. Pokoknya saya ngerasa sepeda saya semakin berat dikayuh.
Tukang tambal ban mengangguk paham, sembari mulai memperbaiki ban sepeda Hasan.
TUKANG TAMBAL BAN
Sudah lama ngajar di Mentari Pagi pak?
HASAN
Kurang lebih 10 tahun mas.
Tukang tambal ban melihat sejenak ke arah Hasan sambil menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
TUKANG TAMBAL BAN
Hebat bapak bisa betah.
Hasan hanya membalas dengan senyuman lebar.
TUKANG TAMBAL BAN
Soalnya setahu saya, mengajar disana bayarannya kecil. Terus jauh lagi.
HASAN
Buat saya itu bukan masalah besar mas. Yang terpenting, saya bisa menyalurkan ilmu saya kepada anak-anak disana.
(beat)
Karena lokasi mereka juga cukup jauh.
Tukang tambal ban luluh mendengar cerita Hasan.
TUKANG TAMBAL BAN
Jarang-jarang orang sekarang punya sifat seperti bapak.
HASAN
(adem)
Mas bisa saja. Itu kan bagian tugas juga.
Terlihat tukang tambal ban sudah melepaskan ban Hasan yang bocor dari sepedanya.
HASAN
Kalau masnya sendiri? Asli sini? Atau...
TUKANG TAMBAL BAN
Saya asalnya dari ibu kota pak.
(beat)
Saya pindah kesini lantaran saya enggak kuat sama persaingan disana.
HASAN
Oh begitu.
TUKANG TAMBAL BAN
Lagian saya juga enggak sekolah tinggi-tinggi. Cuma tamatan SMP.
HASAN
(penasaran)
Mengapa tidak lanjut sekolah mas? Apa karena biaya?
TUKANG TAMBAL BAN
(menyeringai)
Bukan pak. Saya enggak suka aja sama sekolah. Saya selalu bolos.
Hasan memahami masalah tukang tambal ban ini. Hasan mencoba memberi pendapat,
HASAN
Menurut saya, mas ambil saja paket C.
(beat)
Ilmu sangat penting untuk zaman sekarang.
Tukang tambal ban hanya diam meresapi.
HASAN
Maaf ya mas. Sekali lagi, bukannya bermaksud untuk menggurui. Tapi saya yakin, masnya akan terbantu dengan ilmu-ilmu tersebut.
CUT TO: