Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALANAN DESA - AFTERNOON
Sepulangnya dari sekolah, sambil membawa piala, Hakim terus meyakinkan ibunya bahwa ini modal bagus untuk mewujudkan cita-citanya.
HAKIM
Hakim yakin, dengan prestasi ini, Hakim bakal masuk UGM bu!
NURLIDYA
Berdoa saja terus ya nak! Takdir itu enggak akan kemana-mana kok.
HAKIM
Pasti bu! Hakim juga berterima kasih kepada ayah dan ibu yang senantiasa mendoakan Hakim juga.
Nurlidya tersenyum lebar mendengar ucapan anaknya.
Beberapa langkah berjalan, Hakim dan Nurlidya berjumpa dengan perkumpulan ibu-ibu yang tengah berbincang di sore hari.
Nampak ada Ibu Sulastri.
IBU DESI
Dari mana nih Mbak Nur?
Langkah Hakim dan Nurlidya berhenti untuk menanggapi panggilan Ibu Desi.
NURLIDYA
Habis ngantar Hakim ke sekolahnya bu..
IBU DEDI
(bingung)
Lah, kok bu Lurah nggak nganter si Ikbal?
NURLIDYA
Hakim dapat hadiah siswa berprestasi bu.
(beat)
Jadinya saya dipanggil pihak sekolah untuk menemaninya.
Beberapa ibu-ibu lantas memberikan ucapan selamat kepada Hakim, terlihat Ibu Desi melihat piala milik Hakim dan ikut memegangnya.
Ibu Sulastri nampak tidak senang.
SULASTRI
Gimana enggak berprestasi?
(beat)
Orang ujian nasionalnya saja sudah bocor kok.
IBU DINA
Masa sih bu?
IBU DESI
Masa sih?
Ucapan Ibu Sulastri memancing obrolan ibu-ibu lain. Hakim lalu menolak tuduhan tidak berdasar Ibu Sulastri dan balik bertanya,
HAKIM
Kalau ujiannya sudah bocor, kenapa Ikbal tidak bisa berprestasi seperti saya?
SULASTRI
(menaik)
Lah buat apa? Toh anak saya enggak pernah ikut nyontek kok.
Nurlidya mencengkram tangan Hakim dan mengajaknya pulang.
NURLIDYA
Ehmm.. Ibu, ibu, saya pamit duluan ya. Ada tugas lain... Mari ibu, ibu.
IBU DINA
Iya Bu Nur.
IBU DEDI
Hati-hati Bu Nur.
Ibu-ibu lain menjawab ucapan pamit dari Nurlidya, tetapi Ibu Sulastri hanya terdiam membuang muka.
Hakim melihat Ibu Sulastri dengan tajam. Rasanya Hakim ingin memukul Ibu Lurah yang angkuh ini.
CUT TO:
INT. RUANG MAKAN - NIGHT
Nurlidya menceritakan kejadian sore kepada suaminya. Lalu memarahi Hakim.
NURLIDYA
Ibu Sulastri itu bos ibu. Kamu enggak sepantasnya berkata seperti tadi.
HASAN
Ibumu benar nak. Kamu sepatutnya menjaga norma.
Hakim tidak terima dengan tuduhan orang tuanya.
HAKIM
Kok jadi Hakim yang salah?
(beat)
Ibu lurah saja iri melihat pencapaian Hakim.
NURLIDYA
Ibu paham nak, tapi kamu enggak sepatasnya berperilaku begitu.
HAKIM
(kesal)
Hakim itu ingin menunjukkan kepada dia, mentang-mentang suaminya punya jabatan, anaknya kalah saing, jadi seenaknya menuduh orang yang tidak-tidak!
Hakim lari masuk kedalam kamarnya. Hasan dan Nurlidya terdiam mencoba memahami.
CUT TO BLACK.