Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
TEXT ON SCREEN: DUA BULAN KEMUDIAN
INT. KAMAR RUMAH SAKIT - AFTERNOON
Hakim melihat Hasan yang tengah tertidur pengaruh obat. Hakim merasa iba lantaran kaki kanan ayahnya yang masih di gips.
Lima hari sebelumnya, Hasan mengalami kecelakaan. Rem sepeda tuanya blong. Sehingga Hasan masuk ke dalam parit di dekat jalan batas desa. Hasan mengalami luka dan kaki kanannya patah.
NURLIDYA
Assalamualaikum...
HAKIM
Waalaikumsalam...
Nurlidya masuk ke ruangan tempat Hasan dirawat. Hakim berdiri dari kursi lalu mencium tangan ibunya.
NURLIDYA
Bagaimana ayah?
HAKIM
Baru saja tadi diberi obat bu.
(beat)
Mungkin pengaruh obat, jadinya bapak tertidur.
Nurlidya duduk di kursi yang sebelumnya Hakim duduki sambil mengusap wajah suaminya.
NURLIDYA
Nggak apa-apa. Biarkan istirahat.
Hakim melihat kedua orang tuanya dengan perasaan bersalah karena tidak dapat membantu apa-apa.
NURLIDYA
Sudah sana pulang, mandi.
HAKIM
Iya bu.
NURLIDYA
Di meja ada lauk, dimakan ya?
HAKIM
Iya bu. Terima kasih.
Hakim menyalami Nurlidya lalu berjalan keluar ruangan.
Hakim terdiam melihat perhatian ibunya kepada ayahnya. Dia merasa gagal menjadi anak yang bisa membantu orang tuanya.
Hakim menutup pintu.
EXT. JALAN RAYA - CONTINUOUS
Hakim pulang dengan jalan kaki. Walau jarak dari rumah sakit ke rumahnya cukup jauh.
Hakim gelisah akan pikiran di kepalanya yang menumpuk. Dirinya bingung harus melakukan apa.
EXT. PABRIK - LATER
Hakim berjalan melewati pabrik PT. Buana Mendata, sebuah pabrik tekstil.
Hakim berhenti sejenak lantaran dua truk besar keluar dari gerbang pabrik tersebut.
Ketika truk sudah keluar Hakim melanjutkan langkahnya lagi.
Tidak jauh, ia kembali berhenti karena melihat tulisan spanduk berukuran sedang yang terpasang pada gerbang pabrik.
DIBUTUHKAN SEGERA, PEGAWAI KONTRAK PT. BUANA MENDATA. TANPA PENGALAMAN DIPERBOLEHKAN. LANGSUNG LAMPIRKAN CV.
INT. RUANG MAKAN - CONTINUOUS
Hakim selesai menyantap lauk yang tersedia dirumah. Setelah itu Hakim terdiam cukup lama.
Hakim memikirkan tentang lowongan kerja yang ia lihat sepulangnya tadi.
Hakim merasa itu adalah sebuah peluang baginya.
INT. KAMAR RUMAH SAKIT - NIGHT
Hakim membicarakan apa yang ada dipikirannya sedari tadi kepada orang tuanya.
Yaitu melamar pekerjaan di pabrik.
HAKIM
Dengan begitu, Hakim bisa setidaknya membantu keuangan ayah dan ibu.
Hasan nampak mengikuti arah pembicaraan anaknya, namun Nurlidya yang terlihat khawatir.
NURLIDYA
Ibu masih memiliki tabungan kok nak. Jangan khawatir.
HAKIM
Tapi bu, mumpung Hakim tengah menganggur seperti ini, kan tidak ada salahnya membantu.
Hasan masih termenung.
HAKIM
Jadi bagaimana?
NURLIDYA
Entahlah nak, ibu tidak setuju.
Hakim menarik napas panjang. Dia kecewa gagasannya kali ini ditolak.
HAKIM
Baiklah.
(beat)
Hakim permisi ke toilet dulu.
Dengan murung, Hakim keluar dari kamar rumah sakit.
HASAN
Bu, tabungan kita tidak cukup banyak saat ini.
NURLIDYA
Tapi yah, ibu enggak mau melihatnya seperti itu. Dia anak yang pintar yah.
Hasan pun mengatur posisi duduknya agar lebih nyaman.
HASAN
Ayah tahu bu. Tapi niat Hakim baik. Dia pasti akan banyak belajar tentang pengalaman hidup disana.
Nurlidya masih terdiam merenung.
HASAN
Bu, ibu kan dengar sendiri tadi siang dokter bilang, ayah bisa normal kembali selama kurun waktu tiga bulan.
(beat)
Ayah kira kita bisa meminta bantuan anak kita untuk kali ini..
NURLIDYA
(menghela napas)
Baiklah. Ibu setuju..
Hasan dan Nurlidya itu lalu menunggu anaknya datang.
CUT TO: