Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sanubari (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
11. Sekuens 5 (Kegagalan Hakim - Kesempatan Terakhir Hakim)

SEKUENS 5

INT. WARNET - AFTERNOON

TEXT ON SCREEN: HARI PENGUMUMAN SBMPTN

Dengan menarik nafas panjang, Hakim mengetikkan nomor pendaftaraan di halaman pengumuman SBMPTN.

Setelah terisi, Hakim menekan tombol enter.

Tulisan di halaman Browser: ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SBMPTN

Hakim terdiam melihat tulisan itu muncul. Matanya memerah.

INT. TOILET UMUM TERMINAL - CONTINUOUS

Hakim menangis tersedu. Ia gagal menjawab keraguan semua orang, termasuk orang tuanya yang sudah membiayai biaya SBMPTN.

Hakim menangis lebih keras sambil menendang-nendang pintu toilet. Tidak ada seorang pun yang peduli.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Saat makan malam, Hasan, Nurlidya dan Hakim saling terdiam. Hasan dan Nurlidya sudah tahu jika anaknya tidak lulus SBMPTN. 

Hakim yang terlihat gelisah, mengeluarkan pendapatnya yang sedari tadi ada di dalam kepalanya.

HAKIM

Yah, Bu. Boleh Hakim minta uang lagi?

HASAN

Untuk apa nak?

HAKIM

Untuk.. Untuk.. Ikut seleksi Mandiri.

(beat)

Itu adalah cara terakhir untuk Hakim bisa masuk ke UGM.

Hasan dan Nurlidya berhenti makan. Mereka saling menatap.

HAKIM

Seleksi ini diadakan UGM sendiri. Hakim janji, Hakim lolos yang satu ini.

HASAN

Butuh berapa memangnya?

Hakim menyebutkan nominal pembiayaan. Raut wajah Hasan dan Nurlidya terlihat tidak yakin.

HAKIM

Hakim sadar itu mahal. Tapi itu semua sudah Hakim hitung dengan seksama. Bahkan sudah Hakim kurang-kurangi.

Hasan dan Nurlidya masih terlihat ragu.

HAKIM

Ba.. Bagaimana yah? Bu?

HASAN

Ayah setuju saja, ayah bisa meminjam uang dari koperasi. Karena jujur ayah dan ibu tidak punya uang sebanyak itu saat ini.

Hakim terlihat iba, Nurlidya cemberut.

NURLIDYA

Ibu tidak setuju yah.

Beat.

NURLIDYA

Begini ya nak, mungkin dari sekarang kamu bisa pertimbangkan universitas yang lain... Universitas di kota yang jaraknya enggak jauh dari desa kita kan bagus juga.

Hakim memegang tangan Nurlidya.

HAKIM

Bu, mimpi Hakim itu masuk UGM. Hakim sangat bersungguh-sungguh akan hal itu. Hakim mohon, bantulah Hakim mewujudkannya.

Nurlidya masih terdiam menampik.

Hakim berdiri dan bersimpuh pada Nurlidya.

HAKIM

Bu. Sekali ini saja, Hakim mohon. Hakim janji, Hakim akan mengganti uang itu nantinya.

Dengan cepat Nurlidya membangunkan anaknya.

NURLIDYA

Nak, nak. Jangan begini.

Hakim lalu memeluk Nurlidya sambil meneteskan air mata.

HAKIM

Hakim sadar, Hakim belum bisa membahagiakan ayah dan ibu.

(beat)

Mungkin dengan cara inilah Hakim bisa mewujudkannya.

Nurlidya akhirnya luluh dengan ucapan Hakim, ia menghapus air mata Hakim yang jatuh.

NURLIDYA

Baik, baik. Ibu menyetujuinya. Ibu akan coba membantu mencari pinjaman untukmu.

Hakim tersenyum bahagia. Walau sadar beban dipundaknya jauh lebih berat dari sebelumnya.

CUT TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar