Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KELAS SEKOLAH - CONTINUOUS
Hakim mengikuti pembelajaran dengan serius. Segala sesuatu yang dirasa penting ia catat di bukunya.
PAK GURU (O.S.)
Apa ada pertanyaan?
HAKIM
(mengangkat tangan)
Saya pak!
Riski, teman sebangku Hakim berbisik,
RISKI
Ah elah, ngapain nanya sih Kim. Tambah lama aja.
Hakim menghiraukan bisikkan Riski dan mulai bertanya.
CUT TO:
INT. RUMAH SULASTRI - SAME TIME
NURLIDYA
Assalamualaikum.
Terlihat Sulastri membukakan pintu rumahnya.
SULASTRI
Waalaikumsalam.
Nurlidya melenggang masuk ke dalam rumah Sulastri.
SULASTRI
Nur, di belakang aquarium kayaknya ada bangkai tikus Nur. Tolong dibuang ya?
(beat)
Soalnya tadi saya nyuruh bapak, cuma dia lagi buru-buru.
Sulastri lalu duduk di kursi sofa.
NURLIDYA
Baik bu.
Sulastri, adalah istri dari lurah di desa ini. Panggilan lainnya adalah Ibu lurah.
Sulastri mempekerjakan Nurlidya sebagai pembantu harian dan buruh cuci dari hari Senin hingga Jumat.
CUT TO:
INT. KELAS SEKOLAH - CONTINUOUS
Situasi kembali ke dalam kelas Hakim.
Rafli, ketua kelas dimana Hakim berada, membagikan hasil ulangan mata pelajaran Bahasa Inggris kepada teman-temannya.
RAFLI
Jangan lupa, yang nilainya dibawah 75, segera perbaiki.
(beat)
Ibu Diana tidak bisa masuk kelas karena sedang rapat. Tapi beliau tunggu hasil yang di remedial sampai waktu istirahat.
Riski sudah mendapatkan hasil ulangannya.
RISKI
Mantap! Aku enggak remedial. 90!
Hakim hanya tersenyum melihat tingkah Riski.
RAFLI
Kim, Hakim. Kamu banyak nanya ke guru, tapi nilai ancur terus.
Rafli memberikan hasil ulangan Hakim. Hakim mendapatkan nilai 50.
Hakim menghiraukan Rafli yang sudah berjalan menjauh dan mulai mengerjakan remedialnya.
RISKI
Kim, kim. Kan udah aku bilang, nyontek aja ke si Dafa. Dia tuh jago bahasa Inggrisnya.
(beat)
Buktinya aku nyontek dia dapet 90.
HAKIM
Enggaklah ki. Kalau begitu caranya, aku enggak akan tahu kemampuanku seberapa.
RISKI
Kamu emang udah kelewat jujur Kim. Susah ah.
Riski tidak melanjutkan obrolannya karena sudah tahu sifat Hakim yang idealis.
CUT TO:
INT. RUMAH SULASTRI - CONTINUOUS
Sambil menyetrika, Nurlidya diajak ngobrol oleh Sulastri yang sibuk bermain Facebook di handphonenya.
SULASTRI
Gimana kabar Hakim Nur?
NURLIDYA
Baik bu.
SULASTRI
Ngomong-ngomong, dia sudah menentukan pilihan mau lanjut kemana?
NURLIDYA
Sudah bu.
Sulastri mencari posisi duduk yang dirasa enak.
SULASTRI
Saya cuma mau pesan, jangan membebani anakmu Nur.
(beat)
Si Ikbal, pilihannya itu lanjut ke manajemen UI atau enggak UNDIP.
Nurlidya masih terdiam mengikuti pembicaraan sambil menyetrika.
SULASTRI
Tapi saya sebagai orang tuanya, cuma bisa berdoa dan tidak memaksakannya. Bisa-bisa Ikbal stres bila saya paksa harus masuk kesana.
Nurlidya mengangguk setuju.
SULASTRI
Lagipula universitas sekarang kan levelnya sudah sama. Mau negeri, atau swasta, sudah rata.
(beat)
Banyak kok pelamar kerja dari swasta ya ada, dari negeri ya juga ada.
NURLIDYA
Benar bu.
SULASTRI
Semoga deh, anak-anak kita diterima dimanapun pilihan mereka dan bisa belajar baik disana.
Nurlidya mengamini ucapan Sulastri.
FADE IN:
INT. RUMAH - EVENING
Hari sudah menjelang malam, Hakim sudah duduk manis di depan televisi tabung berukuran 29 inch. Seperti biasa Hakim menyaksikan berita-berita yang ada di layar kaca.
HAKIM
Nggak adil banget! Korupsi 200 miliar cuma dihukum 3 tahun?
Ia selalu kesal sendiri lantaran melihat ketimpangan hukum di Indonesia. Oleh karenanya, seperti namanya, Hakim, ia bercita-cita menjadi seorang Hakim yang terpandang dan adil di Indonesia.
Adzan maghrib berkumandang, ayahnya Hasan pulang di waktu yang bersamaan.
HAKIM
Ayah sudah pulang.
Hasan memberikan sekantung keresek berisikan ikan kepada Hakim.
HASAN
Kasih ikan ini ke ibumu.
HAKIM
Baik yah.
Hakim lalu pergi ke dapur untuk menemui ibunya.
INT. RUANG MAKAN - NIGHT
Makan malam berlangsung khidmat. Dua buah ikan nila berukuran sedang, beberapa tempe dan tahu dan sambal habis dilahap keluarga kecil ini.
Setelah semua lauk habis, Hasan membuka obrolan,
HASAN
Maaf ya bu, nak, ikannya tadi ada empat. Tapi ayah kasih ke tukang tambal ban.
HAKIM
(penasaran)
Buat apa memangnya yah? Kok dikasih?
HASAN
Ban sepeda ayah bocor tertusuk paku nak.
(beat)
Ayah tidak membawa uang tadi, jadinya ayah bayar sebagian dengan memberi ikan ke tukan tambal tersebut.
NURLIDYA
(khawatir)
Kok bisa sih yah?
HAKIM
Iya kok bisa?
HASAN
(sabar)
Ya mungkin sudah nasibnya ya.
HAKIM
Tapi ayah enggak kenapa-napa kan?
HASAN
Enggak kok nak. Sudah-sudah, bantu ibumu cuci piring ya?
HAKIM
Baik yah.
CUT TO: