Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SEKUENS 4
TEXT ON SCREEN: HARI PENGUMUMAN SBMPTN
EXT. BATAS JALAN KE KOTA - AFTERNOON
Hakim berjalan seorang diri menuju kota. Hari ini adalah hari pengumuman test SNMPTN (seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
INT. ANGKOT - CONTINUOUS
Hakim duduk di angkot yang sepi. Hakim gelisah apakah dirinya bisa masuk ke UGM, sesuai dengan cita-citanya.
INT. WARNET - CONTINUOUS
Hakim menatap layar komputer. Cemas dan risau.
HAKIM
Bismillah...
Hakim mengetik nomor identitasnya kemudian menekan enter.
INT. WARNET - LATER
Hakim terkejut bukan main melihat halaman browser yang sudah terbuka.
Tulisan di halaman browser: ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SNMPTN
HAKIM
(bingung)
Hah?
Hakim berulang kali merefresh halaman pengumuman ujian. Namun hasilnya tetap saja tidak berubah.
HAKIM
Nggak mungkin.. Ini nggak mungkin..
(beat)
Masa predikat nilai tinggiku tidak membantu banyak?
INT. ANGKOT - CONTINUOUS
Di dalam angkot, perjalanan pulang. Hakim terdiam dan merenung. Dia menyesal akan kegagalannya di seleksi SNMPTN.
CUT TO:
INT. RUANG MAKAN - NIGHT
Di ruang makan. Hasan dan Nurlidya terus menyemangati Hakim yang sedari tadi irit bicara.
Mata Hakim memerah menahan tangis kekecewaan.
HASAN
Tidak apa-apa nak. Ayah tahu usahamu.
(beat)
Mungkin itu bukan takdir Tuhan.
NURLIDYA
Iya nak, ibu setuju dengan ayah. Jangan disesali berlebih ya.
Hakim memikirkan cara lain untuk masuk ke UGM.
HAKIM
Sebenarnya ada ujian lain yah, bu. Namanya SBMPTN.
(beat)
Tapi.. Ada biayanya..
Hasan mendekati Hakim.
HASAN
Sebagai orang tua yang ingin melihat cita-cita dan impian anaknya tercapai, jangan pernah kamu pikirkan masalah biaya nak.
(beat)
Ayah dan ibu memiliki tabungan yang uangnya mungkin bisa kamu gunakan.
HAKIM
(sumringah)
Benarkah?
HASAN
Benar nak. Gunakanlah untuk masa depanmu.
Hakim memeluk Hasan lalu menangis sedu.
HAKIM
Maafkan Hakim yang sudah merepotkan ayah dan ibu. Hakim berjanji, Hakim akan belajar lebih giat untuk membayar kepercayaan ayah dan ibu ini.
Hasan menyeka air mata Hakim yang turun.
HASAN
Iya nak, ayah paham. Impianmu itu nomor satu. Wujudkanlah.
Nurlidya ikut memeluk dan menengkan Hakim.
FADE OUT.
INT. KAMAR HASAN - MIDNIGHT
Malam hari selesai Shalat malam, Hasan dan Nurlidya menghitung tabungan yang mereka punya.
Mereka memisahkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan uang untuk seleksi Hakim.
Hasan memegang tangan Nurlidya agar percaya kepada anaknya.
Nurlidya mencoba terlihat bahagia.
CUT TO:
INT. RUMAH IBU SULASTRI - DAY
Nurlidya mengepel lantai rumah Sulastri. Sementara Sulastri duduk manis di sofa menatap layar handphonenya.
NURLIDYA
Mas Ikbal kemana bu?
SULASTRI
Ke sekolah Nur.
(beat)
Memang anakmu enggak ke sekolah?
NURLIDYA
Enggak bu. Memangnya ada apa ya?
Sulastri kali ini fokus memandangi Nurlidya yang mengepel.
SULASTRI
Ngurus SNMPTN Nur. Anakku diterima Universitas di Medan.
Nurlidya menghentikan sejenak mengepel lantai.
NURLIDYA
Medan? Jauh juga ya bu.
SULASTRI
Memang, tapi ya yang namanya takdir Nur. Orang enggak ada yang tahu kan?
Sulastri kembali menatap layar handphonenya.
SULASTRI
Lumayan loh Universitas Negeri.
Nurlidya hanya mengangguk. Lalu melanjutkan mengepel lantai.
SULASTRI
Anakmu memang enggak ngurus SBMPTN?
NURLIDYA
Hak.. Hakim gagal masuk bu.
SULASTRI
(congkak)
Ikbal itu lebih cerdas dan paham. Dia tidak mau memaksakan kehendaknya.
(beat)
Jadi enggak perlu masuk lima besar nilai tertinggi, toh Ikbal sudah bisa masuk universitas negeri.
Nurlidya hanya bisa terdiam mendengar ucapan majikannya itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
SULASTRI
Saya sih bersyukur Ikbal masuk negeri. Biayanya jauh lebih murah Nur!
Nurlidya mempercepat gerakan mengepel lantai.
CUT TO:
INT. RUANG MAKAN - NIGHT
Makan malam, tidak biasanya Nurlidya membuka pembicaraan di tengah-tengah makan.
NURLIDYA
Ikbal lolos universitas negeri di Medan nak.
HASAN
Ikbal anaknya Pak Lurah?
NURLIDYA
Ya, anaknya Ibu Sulastri.
HAKIM
(ketus)
Wajar dia masuk, orang saingannya sedikit.
Hasan tidak setuju dengan ucapan Hakim.
HASAN
Jangan gitu nak, ini semua takdir Tuhan. Manusia hanya bisa merencanakan.
HAKIM
(angkuh)
Tapi memang kenyataannya kok yah. Percuma, saingannya sedikit.
(beat)
Hakim pun kalau daftar jurusan hukum kesana, pasti bakal ke terima.
Nurlidya melihat Hakim dengan tidak wajar.
NURLIDYA
Lalu kenapa kamu tidak masuk kesana kalau saingannya sedikit?
HAKIM
Ibu... Hakim kan sudah berjanji kepada diri sendiri. UGM adalah tujuan Hakim.
(beat)
Hakim enggak mau kemana-mana selain kesana.
Situasi makan malam mendadak panas.
NURLIDYA
Tapi kamu harus ingat apa kata ayah tadi nak. Manusia merencanakan, Tuhan menentukan.
Hakim mengalah. Lalu melanjutkan makan malamnya lagi. Dia terdiam sembari memendam kekesalannya.
CUT TO: