Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sanubari (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
9. Sekuens 4 (Kegagalan Hakim - Keberhasilan Ikbal)

SEKUENS 4

TEXT ON SCREEN: HARI PENGUMUMAN SBMPTN

EXT. BATAS JALAN KE KOTA - AFTERNOON

Hakim berjalan seorang diri menuju kota. Hari ini adalah hari pengumuman test SNMPTN (seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

INT. ANGKOT - CONTINUOUS

Hakim duduk di angkot yang sepi. Hakim gelisah apakah dirinya bisa masuk ke UGM, sesuai dengan cita-citanya.

INT. WARNET - CONTINUOUS

Hakim menatap layar komputer. Cemas dan risau.

HAKIM

Bismillah...

Hakim mengetik nomor identitasnya kemudian menekan enter.

INT. WARNET - LATER

Hakim terkejut bukan main melihat halaman browser yang sudah terbuka.

Tulisan di halaman browser: ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SNMPTN

HAKIM

(bingung)

Hah?

Hakim berulang kali merefresh halaman pengumuman ujian. Namun hasilnya tetap saja tidak berubah.

HAKIM

Nggak mungkin.. Ini nggak mungkin..

(beat)

Masa predikat nilai tinggiku tidak membantu banyak?

INT. ANGKOT - CONTINUOUS

Di dalam angkot, perjalanan pulang. Hakim terdiam dan merenung. Dia menyesal akan kegagalannya di seleksi SNMPTN.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Di ruang makan. Hasan dan Nurlidya terus menyemangati Hakim yang sedari tadi irit bicara.

Mata Hakim memerah menahan tangis kekecewaan.

HASAN

Tidak apa-apa nak. Ayah tahu usahamu.

(beat)

Mungkin itu bukan takdir Tuhan.

NURLIDYA

Iya nak, ibu setuju dengan ayah. Jangan disesali berlebih ya.

Hakim memikirkan cara lain untuk masuk ke UGM.

HAKIM

Sebenarnya ada ujian lain yah, bu. Namanya SBMPTN.

(beat)

Tapi.. Ada biayanya..

Hasan mendekati Hakim.

HASAN

Sebagai orang tua yang ingin melihat cita-cita dan impian anaknya tercapai, jangan pernah kamu pikirkan masalah biaya nak.

(beat)

Ayah dan ibu memiliki tabungan yang uangnya mungkin bisa kamu gunakan.

HAKIM

(sumringah)

Benarkah?

HASAN

Benar nak. Gunakanlah untuk masa depanmu.

Hakim memeluk Hasan lalu menangis sedu.

HAKIM

Maafkan Hakim yang sudah merepotkan ayah dan ibu. Hakim berjanji, Hakim akan belajar lebih giat untuk membayar kepercayaan ayah dan ibu ini.

Hasan menyeka air mata Hakim yang turun.

HASAN

Iya nak, ayah paham. Impianmu itu nomor satu. Wujudkanlah.

Nurlidya ikut memeluk dan menengkan Hakim.

FADE OUT.

INT. KAMAR HASAN - MIDNIGHT

Malam hari selesai Shalat malam, Hasan dan Nurlidya menghitung tabungan yang mereka punya.

Mereka memisahkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan uang untuk seleksi Hakim.

Hasan memegang tangan Nurlidya agar percaya kepada anaknya.

Nurlidya mencoba terlihat bahagia.

CUT TO:

INT. RUMAH IBU SULASTRI - DAY

Nurlidya mengepel lantai rumah Sulastri. Sementara Sulastri duduk manis di sofa menatap layar handphonenya.

NURLIDYA

Mas Ikbal kemana bu?

SULASTRI

Ke sekolah Nur.

(beat)

Memang anakmu enggak ke sekolah?

NURLIDYA

Enggak bu. Memangnya ada apa ya?

Sulastri kali ini fokus memandangi Nurlidya yang mengepel.

SULASTRI

Ngurus SNMPTN Nur. Anakku diterima Universitas di Medan.

Nurlidya menghentikan sejenak mengepel lantai.

NURLIDYA

Medan? Jauh juga ya bu.

SULASTRI

Memang, tapi ya yang namanya takdir Nur. Orang enggak ada yang tahu kan?

Sulastri kembali menatap layar handphonenya.

SULASTRI

Lumayan loh Universitas Negeri.

Nurlidya hanya mengangguk. Lalu melanjutkan mengepel lantai.

SULASTRI

Anakmu memang enggak ngurus SBMPTN?

NURLIDYA

Hak.. Hakim gagal masuk bu.

SULASTRI

(congkak)

Ikbal itu lebih cerdas dan paham. Dia tidak mau memaksakan kehendaknya.

(beat)

Jadi enggak perlu masuk lima besar nilai tertinggi, toh Ikbal sudah bisa masuk universitas negeri.

Nurlidya hanya bisa terdiam mendengar ucapan majikannya itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.

SULASTRI

Saya sih bersyukur Ikbal masuk negeri. Biayanya jauh lebih murah Nur!

Nurlidya mempercepat gerakan mengepel lantai.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Makan malam, tidak biasanya Nurlidya membuka pembicaraan di tengah-tengah makan.

NURLIDYA

Ikbal lolos universitas negeri di Medan nak.

HASAN

Ikbal anaknya Pak Lurah?

NURLIDYA

Ya, anaknya Ibu Sulastri.

HAKIM

(ketus)

Wajar dia masuk, orang saingannya sedikit.

Hasan tidak setuju dengan ucapan Hakim.

HASAN

Jangan gitu nak, ini semua takdir Tuhan. Manusia hanya bisa merencanakan.

HAKIM

(angkuh)

Tapi memang kenyataannya kok yah. Percuma, saingannya sedikit.

(beat)

Hakim pun kalau daftar jurusan hukum kesana, pasti bakal ke terima.

Nurlidya melihat Hakim dengan tidak wajar.

NURLIDYA

Lalu kenapa kamu tidak masuk kesana kalau saingannya sedikit?

HAKIM

Ibu... Hakim kan sudah berjanji kepada diri sendiri. UGM adalah tujuan Hakim.

(beat)

Hakim enggak mau kemana-mana selain kesana.

Situasi makan malam mendadak panas.

NURLIDYA

Tapi kamu harus ingat apa kata ayah tadi nak. Manusia merencanakan, Tuhan menentukan.

Hakim mengalah. Lalu melanjutkan makan malamnya lagi. Dia terdiam sembari memendam kekesalannya.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar