Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sanubari (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
17. Sekuens 7 (Bertemu Pak Rudi Lagi - Kesempatan Kedua)

SEKUENS 7

EXT. LAPANGAN - DAY

Tibalah hari Minggu. Hakim yang libur bekerja, memutuskan untuk berlari di trek lari.

Hakim berlari dengan penuh pikiran di kepalanya. Pikirannya tidak dapat hilang walaupun ia coba untuk menghapusnya.

HAKIM

(teriak)

Sialan! Sialan! Sialan!

Beberapa orang yang tengah berlari tampak aneh melihat Hakim. 

Setelah beberapa putaran dan dirasa lelah, Hakim memutuskan untuk beristirahat dan duduk di pinggir trek.

Hakim lalu meminum sebotol air putih yang ia bawa dari rumah. 

RUDI (O.S.)

Hakim?

Hakim melihat ke arah suara. Rupanya seorang bapak tua memangginya dan mendekatinya.

HAKIM

Iya?

RUDI

Saya Rudi, masih ingat?

Pak Rudi memngulurkan tangannya yang kemudian Hakim terima.

HAKIM

Oh iya, Pak Rudi yang kemarin...

Pak Rudi memotong ucapan Hakim.

RUDI

Iya, yang kolaps waktu itu..

(beat)

Untung ada kamu.

Hakim tertawa. Ia akhirnya ingat sepenuhnya Pak Rudi ini.

RUDI

Kalau enggak ada kamu, bisa-bisa saya enggak pernah bisa lagi olahraga disini.

Mereka berdua saling tertawa, Rudi pun duduk disebelah Hakim.

HAKIM

Kalau sekarang ada yang mendampingi kan pak?

RUDI

Ada.. Itu.. Pengawal saya.

Pak Rudi menunjuk ke arah seseorang yang tengah berlari juga, sementara Hakim keheranan mengetahui Pak Rudi menyewa seorang pengawal.

RUDI

Kamu waktu itu kemana? Kok langsung pulang?

HAKIM

Saya enggak enak pak sama keluarga bapak yang lain.

RUDI

Kok begitu?

Hakim terdiam mencari jawaban yang pas.

HAKIM

Saya takut pak, takut dikira melakukan yang aneh-aneh sama keluarga bapak.

Rudi terlihat memahami jawaban Hakim.

RUDI

Nggak kok, tapi saya kaget juga melihat keluarga langsung datang secara bergerombol.

Kembali mereka berdua tertawa bersama. Lalu ada jeda muncul diantara mereka.

RUDI

Kamu orang sini?

HAKIM

Bu.. Bukan pak, lebih tepatnya saya tinggal di desa Rasamala.

RUDI

(penasaran)

Dimana itu?

HAKIM

Kurang lebih 15 menit pak kalau dari sini.

Rudi mengangguk paham. Sementara Hakim melihat orang-orang yang berlari, Hakim ragu balik bertanya kepada Pak Rudi.

RUDI

Sekolah? Kuliah?

HAKIM

(ragu)

Ke.. Kerja pak.

RUDI

Oh..Saya kira masih kuliah..

(beat)

Masih muda soalnya..

Hakim mesem menerima ucapan Pak Rudi.

HAKIM

Enggak apa-apa pak.

(beat)

Dulu saya ingin kuliah, tapi saya gagal.

RUDI

Gagal? Maksudnya?

HAKIM

Saya terlalu idealis untuk mewujudkan mimpi saya masuk ke jurusan Hukum UGM.

(beat)

Bahkan saya mengikuti tiga kali seleksi masuk. Tapi tetap saja saya gagal. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk cuti karena gagal mewujudkan mimpi saya tersebut.

Rudi memahami permasalahan Hakim.

HAKIM

Lalu saya tidak tega melihat ayah dan ibu saya bekerja sementara saya tidak. Karena itulah saya bekerja di suatu pabrik untuk membantu mereka pak.

RUDI

Mungkin itu bukan takdirmu untuk kesana nak.

Hakim setuju dengan ucapan Pak Rudi. Hatinya mulai melunak menerima penyangkalan kegagalannya.

RUDI

Lalu tahun depan, mau coba lagi masuk sana?

HAKIM

Rencananya begitu pak, tapi sekarang saya coba untuk mengikuti arus yang akan membawa saya kemana.

(beat)

Yang penting tujuannya itu baik dan indah.

Pak Rudi mengeluarkan handphone dari sakunya dan menunjukkan sebuah foto kepada Hakim.

RUDI

Kalau kamu mau, coba ikuti tes calon taruna militer.

HAKIM

Taruna militer?

RUDI

Iya.

(beat)

Saya pensiunan militer, baru dapat info itu sekitar dua hari yang lalu. Mungkin kalau kamu bersedia, kamu bisa hubungi saya.

Hakim masih terdiam memikirkan segala sesuatu.

RUDI

Saya lihat fisik kamu juga bagus untuk ikut seleksi calon taruna militer.

Pengawal Pak Rudi mendatangani Pak Rudi.

PENGAWAL

Permisi ndan, Ibu telepon katanya ada tamu komandan di rumah.

RUDI

Baik. Ayo pulang.

Pak Rudi lalu berdiri, sebelumnya Pak Rudi memberikan sesuatu kepada Hakim.

RUDI

Ini kartu nama saya. Kalau kamu bersedia hubungi saja nomor saya.

Hakim ikut berdiri menerima kartu nama Pak Rudi.

RUDI

Pikirkan baik-baik ya? Ini untuk masa depanmu juga.

HAKIM

Iy.. Iya pak. Terima kasih.

RUDI

Sama-sama. Saya pulang dulu ya?

HAKIM

Iya pak, hati-hati.

Pak Rudi pun meninggalkan Hakim sendirian di pinggir lapangan.

EXT. LAPANGAN - LATER

Hakim kembali duduk di pinggir lapangan. Ia terus memperhatikan kartu nama Pak Rudi.

HAKIM

Taruna Militer ya...

INT. WARNET - CONTINUOUS

Sepulangnya dari lapang lari, hakim langsung menuju warnet untuk mencari segala informasi tentang taruna militer.

Beberapa halaman browser terbuka. Hakim serius membaca dan mencari tahu tentang dunia kemiliteran dari internet.

INT. KAMAR HAKIM - CONTINUOUS

Hakim terdiam menatap langit-langit kamarnya. Dia memikirkan tentang dunia militer yang didapatkannya tadi.

INT. PABRIK - DAY

Suasana pabrik seperti biasanya, suara-suara mesin yang berisik dan para pegawai yang lalu lalang akan kesibukkan mereka.

Hakim di posnya, mengawasi gulungan benang agar tidak kusut.

Hakim tampak melamun hingga akhirnya mesin yang diawasinya mengalami kendala.

HAKIM

Duh..

Hakim mencoba memperbaiki sebisanya, tapi ia kelihatan kesulitan.

Teman Hakim mendatanginya.

TEMAN HAKIM

Lah elu, gimana sih?

Hakim terdiam sambil mencoba membantu temannya sebisanya.

EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON

Hakim mengendarai sepeda motornya dengan tidak tenang. Dipikirannya terus saja terisi oleh ucapan Pak Rudi.

Hakim terus mengendarai motornya. Ia melewati jalan rumahnya untuk menuju ke suatu tempat.

INT. WARNET - CONTINUOUS

Printer sedang bekerja untuk mencetak lembaran dokumen. Dokumen tersebut terlihat tulisan:

FORMULIR PENDAFTARAN CALON TARUNA MILITER

Hakim nampak gelisah menunggu dokumen tercetak.

INT. KAMAR HAKIM - NIGHT

Hakim duduk di meja belajarnya sembari menatap formulir pendaftaran yang tadi sore ia cetak. 

Hakim mengerakkan jari tangannya di meja.

Ia terlihat risau untuk mengisi formulir tersebut. Dirinya masih belum yakin.

Beberapa jam kemudian, ia keluar dari kamar.

INT. RUMAH - CONTINUOUS

Hakim keluar dari kamar. Terlihat Hasan dan Nurlidya tengah melihat acara televisi. Gambarnya buram, lantaran antena televisi terkena hujan beberapa hari yang lalu. Hasan tidak bisa memperbaikinya lantaran kakinya masih sakit, sedangkan Hakim masih sibuk bekerja.

NURLIDYA

Belum istirahat nak? Besok shift pagi kan?

HAKIM

Belum bu.

Hakim mengambil gelas untuk minum.

Hakim melihat dari kejauhan Nurlidya dan Hasan yang bercengkrama dan tertawa bersama melihat acara televisi.

Hakim tersenyum penuh.

INT. KAMAR HAKIM - CONTINUOUS

Hakim duduk di kursi dan mencari pulpennya di meja belajarnya.

Hakim akhirnya mengisi formulir pendaftaran calon taruna militer tersebut.

Setelah selesai mengisi, ia mengambil kartu nama Pak Rudi dan melihatnya untuk sekilas.

Ia mencatat nomor Pak Rudi di handphonenya.

FADE OUT.

EXT. PABRIK - AFTERNOON

Hakim berjalan menuju parkiran pabrik dimana motornya terparkir. 

Sambil berjalan, Hakim membuka handphonenya. Hakim mencari kontak Pak Rudi. 

Hakim lalu meneleponnya.

HAKIM

Halo?

RUDI (O.S.)

Iya. Siapa ya?

Hakim terlihat tidak yakin.

RUDI (O.S.)

Halo?? 

(INTERCUT DENGAN RUDI DI RUMAHNYA)

HAKIM

Halo. Permisi pak, saya Hakim.

RUDI

Oh.. Iya, iya.. Hakim!

(beat)

Bagaimana Kim?

Hakim menghentikan langkahnya. Dia menarik nafas panjang.

HAKIM

Pak. Saya siap untuk ikut seleksi taruna militer.

FADE TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar