Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
18. #18 REUNI (BAGIAN 131-143)

18.


131. INT. RUMAH LISSA - SORE


Empat orang (Kun, Arsan, Mita, dan Lissa) kelihatan duduk gelisah dengan pikiran masing-masing. 


FX suara ketukan.


Semua menoleh, ternyata Debri.


DEBRI (CONT'D)
Muka pada ketarik lem? Serius amat? Nih, Makanan. Sengaja gue pisahin buat kalean. San, mana katanya ada soda, gue gak beli tadi.


Lima orang duduk di meja makan, empat makan dengan menu nasi kotak yang dibawa Debri. Sedangkan di depan Debri sendiri ada segelas minuman soda.


Mita
Ngerasa lumayan capek naik tangga. Jujur ni ngingetin aku sama seseorang yang seneng ngewakilin aku buat pergi ke tempat tinggi dan gak bisa kujangkau. Katanya kalau dia dah sampai di puncak, itu sama ja kita yang ke sana bareng-bareng.

Lissa
Bicara soal lelah, kita mesti ingat satu orang yang dah matiin dan bongkar lift, mungkin biar aku gak banyak pergi, terutama pas malem. Lagian di sini gak lebih dari lima lantai. Anggap ja lagi latihan harian. Tiap hari, dia ngebuat aku tahu gimana rasanya lewatin lorong-lorong itu, dan di saat yang sama, aku nyadar kalo di sana gak ada sapa-sapa. Aku sendirian.


(Visualnya tone gambar menjadi full abu termasuk Lissa yang sedang berjalan di lorong, kecuali di ujung lorong ada bu Alani menunggu dengan efek tubuhnya seperti agak transparan dan seperti ada kobaran api transparan berwarna abu gelap sesuai warna bajunya yang hitam. Di lain waktu warna bajunya putih begitu juga kobaran apinya (yang berwarna hanyalah bu Alani). Ada sesuatu yang dia katakan saat Lissa persis sedang berjalan di depannya. Suara bu Alani double/ganda)


Bu Alani
Ayahmu dah pergi selamanya.


Lissa terus melanjutkan langkahnya walau dengan tubuh agak bergetar seolah dia sedang berusaha keras pura-pura tak pernah melihat ada siapa-siapa sebelumnya.


MITA
Kun, kakak ngerti pergi ke sana bahaya, bisa-bisa jauh lebih ngeri dari dikejar pembunuh. Kalau sampai ketangkep bakal disiksa dulu. Tapi kakak gak punya pilihan lain, terus kebayang gak sih kalau hal kayak gitu pernah dirasain Ruki?


KUN
Habis dari rumah sakit kemaren, periksa, Kak Mita dah janji gak bakal ke sana. Atau aku kabarin papa mama biar langsung balik? Kak Mita tetep mau nekat?


Mita menggeleng pelan.


Arsan dan Lissa seperti sedikit mencuri dengar dan kontak mata, tapi masih meneruskan makan.


MITA (CONT'D)
Maaf, kakak memang janji gak ke sana. Janji balikin tasnya utuh. Bukan berarti kakak gak bisa ketemu dia. Kakak dah kirim foto tas Lissa dan semua bukti-buktinya ke nomor bu Alani, foto orang-orang mati yang di sini juga, cepet atau lambat dia pasti cari tahu.


LISSA
Cepet, dia pasti cepet mampir ke sini. 


(Visualnya Lissa bicara tanpa melihat siapapun, dengan ekspresi datar, lalu meneruskan makan.)


MITA
Aku tahu kalau aku tamu, ni emang kurang sopan, tapi mulai dari sini kalau kalian mau cari tempat aman dulu...


ARSAN
Kita tunggu kedatangan Nyonya besar sama-sama, dia mau inspeksi rumah.


DEBRI
Jumlah kita lumayan. Kalau gak panik, kita mungkin bisa. Tapi jujur, situasi ni beneran bahaya.


BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS


A. Lissa keluar dari kamarnya.


LISSA
Sambil nunggu, aku mau pergi ngejahit dulu. 


B. Arsan, Kun dan Debri ngobrol sambil duduk ngopi di balkon. 

C. Mita keluar dari kamar mandi Lissa dengan memakai gaun hitam yang pernah dikira Mita sebagai hadiah ultahnya. 

D. Kun yang sedang duduk mengobrol, melihat kakaknya.


KUN
(pelan, bicara pada dirinya sendiri)
Cantik, Kak.


END MONTAGE


CUT TO


132. INT. RUMAH LISSA - RUANG JAHIT - SORE


FLASHES

Lissa kecil sedang naik ayunan kayu yang diikat di bawah pohon. Dia berayun-ayun ringan. Beberapa meter dari ayunan ada sebuah sumur yang atasnya diberi tutup kayu papan melingkar. Ada seorang pemuda sedang menimba air di sana, sebelumnya dia membuka tutup kayu itu. Seseorang yang sedang menyapu halaman menggunakan sapu lidi, salah satu bibi Quna, mengajaknya bicara.


BIBI
Lissa katanya mau pulang dua hari lagi, ya. Nanti akan kangen sama tempat ini. Bisa lihat orang ambil air. Sama lihat Quna, kalau pas main ke sini dah pintar tapis beras.


Lissa kecil melihat Quna kecil menapis beras dengan tampah ukuran sedang. Sesaat kemudian, Quna kecil menoleh kepadanya lalu tertawa yang agak aneh (malah seperti menertawakan Lissa kecil). Tiba-tiba seperti ada yang mendorong ayunan Lissa dengan sangat kuat sehingga Lissa terpental.


(keterangan: pengambilan gambar Lissa yang awalnya dari depan langsung berubah dari belakang lalu didorong dengan cepat.

- Siapa atau tangan siapa tidak perlu diperlihatkan.

- bagian Lissa terjatuh tidak perlu diperlihatkan, hanya terpentalnya saja.)


Lissa tersadar bahwa itu adalah bayangan. Dia diam sejenak menenangkan diri.


Lissa sedang sibuk menjalankan mesin jahit saat Arsan memanggilnya. Lissa kelihatan lebih misterius dan memakai kaca mata hitam.


ARSAN
Lissa, ada temen lama yang cari kamu.


Lissa menoleh. Itu adalah Quna (memakai baju biasa), untuk pertama kalinya Lissa bertemu secara langsung dengan teman masa kecilnya tersebut.


QUNA 
(menyerahkan buku harian Lissa)
Ini.


LISSA
(ekspresi Lissa agak polos, tapi sebenarnya ada kecanggungan karena kecurigaan)
Buku harian ni dah kayak buku di perpus keliling. Dikit-dikit ada yang mau join baca, pindah tangan, dipinjem orang.


QUNA
Maaf, aku pernah diem-diem lukain tangan kamu.


LISSA
Itu luka baru, selain itu, Quna juga sengaja buka luka lama, bikin aku ketemu para pembunuh. Aku ngerasa, Quna lama-lama malah mirip sama si Nyonya.


QUNA
Kamu bener, makanya kali ni biarin aku yang lawan dia.


Lissa menyeret Quna menuju meja potong. Di meja itu sudah ada tumpukan kain yang ditata (bisa bahan two tuck/spandek/serena/habutai/lainnya) yang bagian atasnya digambar pola badan belakang.

Tangan Quna diikat di ujung meja, tp masih di atas pinggiran pola, sementara mesin potong siap dijalankan. Bila Lissa memotong sesuai pola, maka tangan Quna yang menutupi pinggiran pola itu akan terpotong.


LISSA
Ini meja potongku buat latihan masuk divisi baju sport, (jeda), tapi versi Jaffan.


FX bunyi mesin potong.


Saat mesin mulai dinyalakan, tampak ada air mata yang mengalir di bawah kaca mata Lissa. Quna sendiri pasrah dan gak berusaha melepaskan diri.


LISSA
Ngapa kamu gak lari?


QUNA
Lissa juga seorang desainer, kan?
Apa syarat biar Quna bisa ikut ambil bagian di rumah Lissa?


LISSA
Baik, kalau itu mau Quna.
Pertama, proporsi kamu menurutku bagus, cuman muka kamu terlalu innocent. Sering kali muka polos malah berobah jadi bentuk penipuan.
Ada tambahan lagi, kamu harus punya tenaga dan semangat, kalau ngelepasin diri ja gak sanggup, gimana bisa bertahan?
Itu syarat yang harus Quna lakuin kalau mau aman di rumah ini.


QUNA
(senyum apatis)
Kerja di sini kayaknya bakal nyenengin.


LISSA
Kamu gak akan tahu persis rasanya jadi aku, itu karena kamu Queen Olive, bukan Queen Halu.


Mesin dijalankan pelan-pelan.

Arsan yang tadinya pergi ke kamar Lissa, 

akhirnya sudah balik dan mengetahuinya. Dia segera berusaha membantu Quna membuka simpul ikatan itu sampai berhasil. Lissa lalu mematikan mesin.


QUNA
Memang rasanya jadi Lissa asli kayak apa?


LISSA
Kayak punya paket film horor cuma-cuma yang setia ngikutin kamu tiap hari, kamu ketemu hantunya siang malem tanpa disaring.


ARSAN
Lah kamu sendiri hantu, Lissa, cocok.


LISSA
Brengsek.


Quna memberi kode kepada Lissa, mereka berdua kompak menjambak dan memukul Arsan (bukan pukulan serius), sementara Arsan hanya berdiri tegak dan pasrah.


LISSA
Sebentar, ya, aku ambilin mesin potong, kita hajar sama-sama pakai itu.


ARSAN
Jangan, aku minta maaf semuanya.


QUNA
Maaf ja gak cukup.


LISSA
(memberi isyarat)
Quna.


Quna mendekat. Lissa dan Quna berpelukan erat sambil menangis.

Lissa tersadar, ternyata pertemuannya dengan Quna hanyalah bayangannya saja.


CUT TO


133. INT. RUMAH LISSA - SORE


Lissa sedang berjalan, di belakangnya ada tangga, dan di belakang tangga ada bu Alani yang baru saja keluar dari persembunyiaannya, tapi Lissa tidak menyadari kehadirannya.


Ada kilasan bayangan, dimana satu persatu temannya terpisah dan tertangkap ibu Alani.


FLASHBACK - BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS


A. Mita disergap dari belakang saat jalan di koridor. Mita berhasil melepaskan diri, teriak dan lari (mendekat, ke arah kamera). Di belakang, bu Alani melempar pisau dan mengenai punggung Mita sampai Mita rubuh, dan bu Alani di belakangnya terlihat sedang berdiri.

B. Debri yang bertarung dengan bu Alani di rooftop, dan sudah hampir kalah.

C. Kun dan seorang laki-laki pembunuh (yang mati bertarung dengan cewek berpiyama putih), keduanya digantung terbalik dalam sebuah kamar, sedangkan Mita duduk di kursi dalam kondisi terikat di sudut ruangan. Bu Alani tampak membawa gunting tanaman yang besar, lalu bersiap memotong kepala laki-laki pembunuh yang sedang digantung terbalik itu, di hadapan Kun dan Mita yang berteriak histeris.

D. Arsan yang sudah berdarah-darah diseret bu Alani dari bawah tangga ke atas.


Diperlihatkan masing-masing kamar di lantai atas telah diisi mayat para pembunuh kemarin, ataupun korban yang masih hidup, yaitu semua teman Lissa di gedung rumah tersebut. semua pintunya sengaja dibuka dan mereka diletakkan di sana, sehingga bila ada orang lewat maka akan melihat pemandangan

mengerikan di kanan kirinya.


E. Korban seorang laki-laki yang memang sudah mati tergantung.

F. Kun yang luka-luka digantung terbalik, darah menetes sedikit demi sedikit dari kepalanya, air mata merembes dari matanya melewati kening, dia terus berusaha melihat ke arah samping belakang, yaitu di sudut ada Mita yang terduduk sekarat di kursi, sudah ada tiga macam pisau yang menancap di tubuhnya (pisau kecil di leher, pisau sedang di punggung, pisau daging di paha).

Di samping Kun juga masih ada bekas tali yang sempat dipakai untuk menggantung laki-laki pembunuh.

G. Cewek berpiyama putih ditidurkan di sofa lengkap dengan bantal tidur di kepala dan selimut.

H. Dua cewek berseragam (cewek 1 dan 2) diletakkan pada sebuah kamar, di belakang mereka ada beberapa manekin tanpa kepala, karena kepalanya dipenggal.

I. Sebuah potongan kepala laki-laki (yang sempat digantung terbalik bersama Kun) diletakkan di kursi, dan bagian tubuh lainnya yang telah termutilasi yang tidak karuan berdarah-darah ada di kantung plastik hitam di sampingnya.

J. Arsan yang sudah terluka parah dirantai di kursi, tepat di depannya Lissa dengan bibir berdarah juga diikat di kamar seberang, di leher Lissa sudah dikalungkan tali agar bu Alani bisa membunuhnya kapan saja, mereka (Arsan dan Lissa) saling menatap.


ARSAN
Hai, kita ketemu lagi.


Lissa tersenyum.


CUT TO


134. EXT. PADANG ILALANG - SORE


FLASHES


Lissa melihat visi bahwa keadaan di sekitar mereka berubah. Itu adalah suasana sore yang indah, ada set meja kursi di tengah padang ilalang. Arsan dan Lissa duduk berhadapan dengan pakaian bagus. Ada lampu pelita yang menyala di meja. 


CUT TO


135. EXT. INT. RUMAH LISSA - SORE


Quna datang ke rumah Lissa dengan kostum biru muda bersayap dan membawa pisau. Dia sudah sampai di depan.


QUNA VO
Pada kenyataannya, setiap perjalanan kadang perlu rintangan untuk membuatnya menarik.
Hari itu, aku adalah rintangan bagi seseorang.


Diperlihatkan Quna berjalan dan melihat tubuh Debri yang tampak seperti terjatuh dari ketinggian. Dia berhenti untuk menutup mata Debri yang sebelumnya terbuka. Quna lalu melanjutkan berjalan menelusuri lorong/koridor dengan percaya diri seperti berjalannya seorang model di catwalk, dia tersenyum sambil menangis.


CUT TO FLASH BACK


136. INT. KAMAR QUNA - SORE - FlASHBACK


Quna menulis di buku harian Lissa di kamarnya.


QUNA VO
Hari itu kulihat kehidupan ibu Alani telah dikuburkan oleh orang-orang
Mereka semua telah meninggalkannya
Tapi aku masih tersisa di sana, sebagai liang lahatnya
Dari Quna untuk ibu


END FLASHBACK


FLASH BACK CUT TO


137. INT. / EXT. RUMAH LISSA - SORE


QUNA VO
Katanya, kita harus sedikit serius saat berjalan.
Sekarang, aku hanya ingin sedikit senyum pada para penonton yang sedang tersiksa menanti pertunjukan.
Nasib mereka hanya ditentukan oleh takdir, siapa yang akan menang. 


visualnya 

BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS

A. Quna berjalan melewati koridor lantai atas.

B. Bu Alani menunggunya di rooftop dengan membawa pisau juga (punya bu Alani sudah berdarah).


END MONTAGE


CUT TO FLASH BACK


FLASHBACK


138. INT. / EXT. RUMAH ALANI - MALAM - BEGIN VARIOUS MONTAGE


A. ALANI (18) sampai ke rumahnya, dia sadar sedang diintai seseorang di belakang pohon tidak jauh dari rumahnya.


B. Listrik di rumah Alani mendadak mati, lalu terdengar bunyi berisik.

FX bunyi pintu dibuka paksa.


C. Seorang laki-laki menyergap Alani dari belakang sehingga keduanya terjatuh di lantai, Alani berusaha melakukan perlawanan.


D. Laki-laki penguntit tersebut sudah terikat di tiang kayu di dalam basement, Alani (bagian ujung bibirnya sudah lebam dan terluka) memukulnya pakai kayu bakar berkali-kali.


LAKI-LAKI PENGUNTIT
Kalau tahu gini, gak mau terima info dari Mela. Aku tadi dah bayar mahal.


E. Alani mencari dan menemukan peralatan lama milik ayahnya.


ALANI
Ayah...ayah...


F. Sambil menangis, Alani memukuli laki-laki yang sudah berdarah dan hampir tak sadarkan diri tersebut memakai papan halus yang sudah diberi puluhan paku berkarat.


END MONTAGE


CUT TO


139. INT. KAMAR AYAH MELA - MALAM


MELA (22) tampak berbicara kepada ayahnya yang sedang terbaring lemah di kasur sambil memegang tangannya.


MELA
Mela dah dapet biaya buat operasi Bapak. Pokoknya, besok Bapak tunggu Mela, ya. Pulang ambil barang di tempat kerja, kita ke rumah sakit.


CUT TO


140. INT. SEBUAH BUTIK KECIL DI KOTA (SEKARANG BUTIK LISA) - PAGI


Alani menuntun Mela ke lantai atas untuk membereskan kotak-kotak baju yang akan dia masukkan dalam acara preloved. Tapi sebenarnya ini hanya masuk dalam rencana pembalasan Alani terhadap Mela.


ALANI
Ayo asistenku Mela, kamu lepas sepatu dong, kalau emang sakit. Sepatunya boleh ditenteng. Nanti bantu barengan angkat kotak-kotaknya dari atas.


Mela merasa khawatir dan heran melihat sudut bibir Alani yang lebam, tapi cara Alani berbicara menunjukkan hal yang sebaliknya.

Alani terlihat ramah, dan di saat bersamaan, Mela merasakan ada sesuatu yang dingin dan menekan di matanya.


MELA
(agak canggung dan takut)
Sesuai yang Mela bilang tadi, kayaknya hari ni mau pulang awal, soalnya kaki Mela sakit gegara jatoh di kamar mandi, sama ada urusan penting, sih. Tapi ga papa kalo cuman bentar Mela bantuin.


Mela benar-benar membuka sepatu dan menentengnya. Dia ikut naik ke lantai atas dengan perasaan ketar-ketir.


ALANI
Kaget, ya, aku dah datang pagi-pagi sekali. Ngedadak kepikiran ide mau preloved beberapa gaun aku. Kamu mau kan, Mel?


MELA
Mela gak ngerti.


ALANI
Kamu tadi bilang apa? Urusan penting buat kabur? Ini bukan sembarangan. Kamu harus bayar mahal, Mela.


CUT TO


141. KAMAR MANDI BUTIK KECIL (BUTIK LISA DULU) - SIANG


Mela dalam keadaan terikat dan direndam dalam bak mandi yang diberi potongan balok-balok es batu. Wajahnya sampai pucat.


MELA
(suaranya lemah)
Bapak...


Lalu datang Alani membawa sebongkah es batu berukuran sedang dan memukulkannya ke kepala Mela sampai dia sekarat (tidak perlu diperlihatkan detailnya). Alani lalu meninggalkannya.


CUT TO


142. INT./ EXT. BUTIK ALANI - SIANG


Sambil berjalan masuk ke dalam butik Alani, dua orang pelanggan perempuan berbicara dengan akrab mengenai kehidupan pribadi mereka.


PELANGGAN CEWEK 1
Emang dulu kenalan pertama sama calon kaka ganteng gimana?


Pelanggan cewek 2 memperagakan gerakan mengerling/mengedipkan mata yang cukup imut dan agak menggoda.


PELANGGAN CEWEK 1
Wah aku gak bisa nirunya, gak bakat.


Mereka berdua dah sampai ke dalam butik lalu memilih-milih baju dan gaun. Sebelumnya, sudah ada bu Alani sebagai pemilik butik yang sedang melayani pembelinya, yaitu bu Ismi. Tidak lama kemudian, hujan turun dengan deras, lalu datang Ruki dan Winda numpang berteduh. Winda yang baru pertama kali tahu keberadaan tempat itu, terlihat antusias.


PELANGGAN CEWEK 2
Aku akan bayarin kamu lima gaun apa ja di sini asal bisa ngedip kayak aku, sekali ja. Coba ke cowok di sebelah sana.


Pelanggan cewek 1 tampak berjalan di butik dengan gesture yang agak mencurigakan lalu kembali lagi ke temannya yang sudah berada di area fitting gaun yang lebih private, sambil bicara agak pelan, tapi suaranya masih lumayan bisa didengar.


PELANGGAN CEWEK 2
Kamu dah nukar dua tas itu? 


PELANGGAN CEWEK 1
Anggep ja sebagai ganti kesel aku karena dikasih challange yang susah dilakuin.


PELANGGAN CEWEK 2
Cuma ngedip loh. Denger gak, aku meresapi bunyi bangunan rubuh.


PELANGGAN CEWEK 1
(agak panik)
Di mana? Kok, aku gak ngerasain apapun?


PELANGGAN CEWEK 2
Di butik ni, akibat banyak dapet cercaan pelanggan.


Kedua perempuan tertawa kecil. Tanpa sepengetahuan mereka Bu Alani mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Kebetulan, keadaan butik telah sepi. Saat mereka mau pulang, bu Alani menawarkan sesuatu kepada mereka.


BU ALANI
Saya punya beberapa baju bagus yang saya simpen di tempat khusus di lantai atas. 


PELANGGAN CEWEK 2
Kita dah mau ngacir dari sini, Kak, soalnya mau mampir makan dulu.


BU ALANI
Gimana mau pulang kalo jendela sama pintunya terkunci rapet? 


CUT TO


143. INT. RUANG BASEMENT RUMAH BU ALANI (BAGIAN BAWAH BUTIK) - SIANG


Diperlihatkan bahwa kedua perempuan telah berada di kulkas jenis freezer dalam keadaan terpotong-potong, beberapa bagian tubuhnya ada yang sudah terbungkus plastik bening. Bu Alani menutup pintu kulkas yang berada di sebuah kamar tembusan di basement rumahnya.


CUT TO

















Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar