Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
09.
66. INT. / EXT. JALAN RAYA - MOBIL - BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS
A. Lissa naik mobil dengan lambat dengan jendela yang terbuka, sesekali dia berhenti untuk menengok situasi jalanan, mencari kucing.
B. Lissa turun dari mobil dan memberi makan beberapa kucing jalanan dengan makanan kucing basah.
END MONTAGE
CUT TO
67. INT. BUTIK LISSA - PAGI
Lissa sempat mampir ke butik, di sana ada bu Ismi menunggunya.
Lissa memberikan buku sketsa dan langsung pergi keluar butik. Bu Ismi membuka sebentar buku sketsa itu, tapi merasa asing.
Bu Ismi menitipkan buku sketsa kepada Mita yang juga ada di dalam butik. Lalu bergegas pergi mengikuti Lissa.
Mita membuka-buka buku sketsa dan seketika terkejut dan terduduk di kursi.
CUT TO
68. INT. EXT. RUMAH LAMA LISSA / BUTIK ALANI
Lissa memberanikan diri untuk pergi ke rumah lamanya.
Sebuah mobil lain seolah mengikutinya. Pada awalnya Lissa agak curiga, namun saat Lissa sampai di tempat tujuan, mobil yang mengikutinya itu masih melaju seperti hanya kebetulan memiliki tujuan lain yang searah. Kewaspadaan di wajah Lissa sedikit menguap. Dia segera memakai tas punggung berukuran sedang dan keluar dari mobil.
Di satu sisi, mobil yang mengikuti Lissa berhenti di satu tempat yang tidak jauh dari rumah tersebut.
Ternyata, di dalamnya adalah bu Ismi di kursi bagian belakang yang diantar oleh supirnya.
Lissa mengecek pintu depan bangunan butik, ternyata terkunci. Sepertinya, setelah bertahun-tahun bangunan tersebut sekarang hanya berfungsi sebagai rumah biasa. Butiknya sudah dipindahkan ke tempat lain yang lebih ramai.
Lissa memilih alternatif masuk rumah melalui kaca jendela yang dia pecahkan dengan batu, tapi sayang, secara tidak sengaja kakinya tergores.
Lissa mulai memanggil-manggil kucingnya.
(visualnya Lissa masih mencari-cari, tapi tangannya meraba kalung liontin yang diberikan Arsan.
Dengan gemetar Lissa mencari sesuatu di dalam salah satu kamar. Dia belum menemukan apa-apa.
Lissa pergi ke ruangan lain. Di sudut ruangan, tampak tangga menuju sebuah ruangan gelap semacam basement. Itu membuat Lissa bernostalgia.
FLASHES ruangan dengan ceceran darah.
BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS
A. Lissa memberanikan diri turun ke bawah, dia mencari-cari dengan membuka satu-persatu barang yang ada di sana. Lissa mencium bau yang memunculkan reaksi mual sehingga dia menutup mulut. Lissa melihat jalan menuju lorong yang lebih dalam, dia sempat berhenti dan ragu, lalu akhirnya tetap melanjutkan.
B. Lissa muncul dari ruang bawah tanah dengan penampilan yang acak-acakan dan bau darah di tubuh.
C. Dia kembali lagi ke kamar, menggeledah dan kali ini menemukan sesuatu, sebuah foto masa kecil ibunya di dalam laci meja mesin jahit usang di pojok kamar. Saat Lissa mengambilnya, dia cukup terkejut.
D. Lissa menjejerkan foto di liontin pemberian Arsan dg foto punya ibunya, wajah dalam kedua foto itu sama.
Lissa merasa sedih.
END MONTAGE
Saat Lissa mendengar ada bunyi yang menunjukkan seperti keberadaan mobil di luar, Lissa segera mengecek melalui jendela. Ada mobil berisi dua orang laki-laki yang Lissa kenal biasa mengawasinya.
Lissa merasa takut dan segera berniat pergi meninggalkan rumah melalui jendela, tapi siapa sangka saat mau keluar ternyata jendelanya terlihat rapat.
Dia lalu menggeleng dan menutup rapat matanya, lalu membukanya, tapi tetap saja jendela di hadapannya tertutup.
Lissa lalu melihat luka di kakinya yang masih ada dan terasa sakit, sehingga dia heran serta merasakan ketakutan luar biasa.
Lissa berjalan melewati sebuah meja kursi di ruang makan, tampak bu Alani sedang duduk menggambar sketsa baju di sana, tapi Lissa seperti berjalan lurus tanpa menyadarinya. Saat Lissa sudah melewatinya, dia mendengar namanya dipanggil.
Seketika Lissa tercekat. Bu Alani bangkit dan mencari Lissa, tapi ternyata Lissa sudah tidak ada di ruangan tersebut.
Lissa tampak sudah keluar melalui pintu depan.
INSERT
bu Ismi melihat Lissa dari tempat persembunyiannya.
Begitu Lissa cukup jauh, bu Ismi keluar.
FX bunyi yang menandakan ada orang.
Situasi di dalam menjadi sunyi. Bu Ismi muncul di ruang depan (kemungkinan masuk melalui pintu depan yang sudah tidak terkunci).
(Visualnya bu Ismi menelusuri rumah dan menemukan sebuah ruangan yang berkesan berisi semacam baju-baju orderan yang sebagian sudah dipacking dengan bagus.)
Pandangan bu Ismi menemukan ruangan di sebelah yang terhubung dengan pintu.
Setelah membuka pintu, bu Ismi melihat sebuah lemari kaca besar di sana. Dia meletakkan tasnya di lantai di tengah ruangan, lalu pergi ke lemari dan mengecek isinya.
Bu Ismi begitu senang bertemu deretan gaun yang bagus. Dua gaun coba diletakkan di depan badannya lalu dikembalikan. Dua gaun berikutnya dilihat baik-baik dan dibiarkan di lantai.
Tiba-tiba bu Ismi terkejut saat memperhatikan lebih teliti tag yang menempel di baju.
Bu Alani muncul tiba-tiba, berjalan anggun sehingga mengagetkan bu Ismi. Dia membawa pisau di tangan kanan.
(Visualnya Nyonya Ismi mengambil baju dengan cepat tanpa memilih-milih.)
(Bu Ismi bersiap buru-buru pergi, tapi karena agak gugup menabrak tasnya sendiri di lantai dan terjungkal hingga kepalanya terbentur dinding. Saat dia berbalik, bu Alani dengan senyum dingin menusuk perutnya.)
Bu Ismi mendorong bu Alani sampai jatuh. Dia menggunakan kesempatan tersebut untuk bangkit dan mengambil sebuah vas bunga kaca di meja, lalu menghantamkan ke kepala bu Alani berulang-ulang sehingga kepala bu Alani berdarah, dan melepaskannya.
Slow motion BCU mata bu Alani dan titik darah pertama menetes di baju bu Alani.
Bu Ismi ingin mengambil pisau yang tadi sempat terlempar ke sudut ruangan, tapi sayang kakinya dijegal oleh bu Alani sampai bu Ismi jatuh dan telapak tangannya terkena pecahan kaca. Dengan agak sempoyongan Bu Alani berdiri lalu menginjak-injak tangan bu Ismi yang berada di atas pecahan kaca tersebut, sehingga bu Ismi menjerit, dan bu Alani tersenyum melihatnya.
Dengan susah payah, bu Ismi mengambil sebuah gaun yang berada di lantai. Dia menariknya ke arahnya dan di saat yang sama berusaha melepaskan tangannya yang diinjak. Bu Ismi menggoreskan pecahan kaca ke gaun tersebut berkali-kali, yang tentunya membuat bu Alani menjadi marah dan histeris. Mereka saling menarik, bu Alani berusaha merebut gaun itu dari tangan bu Ismi, tapi bu Ismi menggoreskan pecahan kaca ke lengan bu Alani, menutup wajah bu Alani dengan gaun itu dan mendorongnya. Bu Ismi mencoba kabur sebisanya.
Setelah memungut pisau, bu Alani berjalan cepat untuk menyusul bu Ismi yang ingin pergi meninggalkan rumah, lalu melemparkan pisau itu dari belakang. Bu Ismi jalan terseok-seok, saat hampir sampai pintu depan dia jatuh, tidak terdengar lagi suaranya dan kemungkinan meninggal.
Bu Alani berbalik dan masuk ke dalam. Dia pergi ke basement untuk mengambil kapak.
Sayangnya, saat keluar bu Alani menemukan bahwa tamunya sudah tidak ada. Di pintu tertulis suatu pesan dengan spidol permanen.
CU pintu bertuliskan: Sawdust
69. INT. RUMAH ARSAN - MALAM
Lissa terbangun di sebuah kamar tamu di rumah Arsan.
Lissa melemparkan guling, bantal, lalu selimut kepada Arsan.
Lissa kaget saat menoleh ke samping, karena ternyata dia tidur dengan mayat bu Ismi.
Lissa menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya sambil menangis.
(visualnya pandangan Arsan mengarah ke mayat bu Ismi)
(visualnya Lissa mengembuskan napas menyesal saat memegang kalung yang melingkar di lehernya.)
(Visualnya Arsan membuka paksa sweater Lissa dan menunjukkan luka-luka di tangannya. Lissa menangis lebih histeris, lalu Arsan memeluknya)
(visualnya Arsan memegang tangan Lissa)
FLASH Lissa menggulung lengan sweater, tapi kali ini diperlihatkan tangan Lissa yang luka-luka.
Lissa menunduk.
Mita datang membawa teh hangat dan meletakkannya di meja.
CUT TO FLASH BACK
70. EXT. JEMBATAN - SORE - (FLASHBACK)
Lissa mengajak bicara Mita yang berdiri di pinggir jembatan.
Mita terdiam sejenak.(keterangan: dress yang Mita pakai bukan dress hitam pemberian Kun melainkan dress warna lain, karena waktu kejadian sebelum Mita kerja di butik Lissa)
END FLASHBACK
FLASH BACK CUT TO