Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
9. #9 REUNI (BAGIAN 66-70)

09.


66. INT. / EXT. JALAN RAYA - MOBIL - BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS


A. Lissa naik mobil dengan lambat dengan jendela yang terbuka, sesekali dia berhenti untuk menengok situasi jalanan, mencari kucing. 

B. Lissa turun dari mobil dan memberi makan beberapa kucing jalanan dengan makanan kucing basah.


END MONTAGE


LISSA
Doain biar cepet ketemu.


CUT TO


67. INT. BUTIK LISSA - PAGI


Lissa sempat mampir ke butik, di sana ada bu Ismi menunggunya.


BU ISMI (CONT'D)
Non Lissa, ibu mau tahu progress gaun tambahan yang ibu pesen.


LISSA (CONT'D)
Gimana, ya bu, akhir-akhir ni Lissa banyak pikiran jadi belum sempet selesaiin gaun tambahan yang ibu minta. Tapi Lissa usahain sebelum awal bulan dah jadi gaunnya. Pokoknya kalau dah beres Lissa kabari, ya bu.
Lissa pamit dulu ada perlu.
Oh ya, ini mungkin punya bu Ismi yang ketinggalan. 


Lissa memberikan buku sketsa dan langsung pergi keluar butik. Bu Ismi membuka sebentar buku sketsa itu, tapi merasa asing.


BU ISMI
Ini bukan punya saya. 


Bu Ismi menitipkan buku sketsa kepada Mita yang juga ada di dalam butik. Lalu bergegas pergi mengikuti Lissa.


Mita membuka-buka buku sketsa dan seketika terkejut dan terduduk di kursi.


MITA (CONT'D)
Model sama warna bajunya mirip banget sama yang Ruki pakai hari itu. Pasti ada maksudnya.


CUT TO


68. INT. EXT. RUMAH LAMA LISSA / BUTIK ALANI


Lissa memberanikan diri untuk pergi ke rumah lamanya.

Sebuah mobil lain seolah mengikutinya. Pada awalnya Lissa agak curiga, namun saat Lissa sampai di tempat tujuan, mobil yang mengikutinya itu masih melaju seperti hanya kebetulan memiliki tujuan lain yang searah. Kewaspadaan di wajah Lissa sedikit menguap. Dia segera memakai tas punggung berukuran sedang dan keluar dari mobil.

Di satu sisi, mobil yang mengikuti Lissa berhenti di satu tempat yang tidak jauh dari rumah tersebut. 

Ternyata, di dalamnya adalah bu Ismi di kursi bagian belakang yang diantar oleh supirnya.


SUPIR
Saya pamit pergi sebentar bu, mau tengok istri saya yang lagi rawat inap, tadi pihak rumah sakit telepon penting. Saya takut istri kenapa-kenapa. 


BU ISMI
Iya, Pak. Nanti jemput saya lagi di sini, ya.


Lissa mengecek pintu depan bangunan butik, ternyata terkunci. Sepertinya, setelah bertahun-tahun bangunan tersebut sekarang hanya berfungsi sebagai rumah biasa. Butiknya sudah dipindahkan ke tempat lain yang lebih ramai.

Lissa memilih alternatif masuk rumah melalui kaca jendela yang dia pecahkan dengan batu, tapi sayang, secara tidak sengaja kakinya tergores.


LISSA (CONT'D)
Tempat ini bersih, ibu masih sering ke sini.


Lissa mulai memanggil-manggil kucingnya.


LISSA
Pus... Pus... Pus... keluar, mama jemput.


LISSA VO
Seberapa jauh kamu kenal wanita itu?


(visualnya Lissa masih mencari-cari, tapi tangannya meraba kalung liontin yang diberikan Arsan.


Dengan gemetar Lissa mencari sesuatu di dalam salah satu kamar. Dia belum menemukan apa-apa.

Lissa pergi ke ruangan lain. Di sudut ruangan, tampak tangga menuju sebuah ruangan gelap semacam basement. Itu membuat Lissa bernostalgia.


LISSA
Ruangan ini.


FLASHES ruangan dengan ceceran darah. 


ARSAN (O.S.) (CONT'D)
Aku taruh hadiah berikutnya di satu tempat yang kamu kenal. Tapi kamu harus ambil sendiri. 

 

BEGIN MONTAGE VARIOUS LOCATIONS


A. Lissa memberanikan diri turun ke bawah, dia mencari-cari dengan membuka satu-persatu barang yang ada di sana. Lissa mencium bau yang memunculkan reaksi mual sehingga dia menutup mulut. Lissa melihat jalan menuju lorong yang lebih dalam, dia sempat berhenti dan ragu, lalu akhirnya tetap melanjutkan. 

B. Lissa muncul dari ruang bawah tanah dengan penampilan yang acak-acakan dan bau darah di tubuh.

C. Dia kembali lagi ke kamar, menggeledah dan kali ini menemukan sesuatu, sebuah foto masa kecil ibunya di dalam laci meja mesin jahit usang di pojok kamar. Saat Lissa mengambilnya, dia cukup terkejut.

D. Lissa menjejerkan foto di liontin pemberian Arsan dg foto punya ibunya, wajah dalam kedua foto itu sama.

Lissa merasa sedih.


END MONTAGE


Saat Lissa mendengar ada bunyi yang menunjukkan seperti keberadaan mobil di luar, Lissa segera mengecek melalui jendela. Ada mobil berisi dua orang laki-laki yang Lissa kenal biasa mengawasinya.


LISSA
Mereka lagi.


Lissa merasa takut dan segera berniat pergi meninggalkan rumah melalui jendela, tapi siapa sangka saat mau keluar ternyata jendelanya terlihat rapat.

Dia lalu menggeleng dan menutup rapat matanya, lalu membukanya, tapi tetap saja jendela di hadapannya tertutup.

Lissa lalu melihat luka di kakinya yang masih ada dan terasa sakit, sehingga dia heran serta merasakan ketakutan luar biasa.


Lissa berjalan melewati sebuah meja kursi di ruang makan, tampak bu Alani sedang duduk menggambar sketsa baju di sana, tapi Lissa seperti berjalan lurus tanpa menyadarinya. Saat Lissa sudah melewatinya, dia mendengar namanya dipanggil.


BU ALANI (O.S.)
Lissa...


Seketika Lissa tercekat. Bu Alani bangkit dan mencari Lissa, tapi ternyata Lissa sudah tidak ada di ruangan tersebut.


BU ALANI (CONT'D)
Mungkin sembunyi. Gak papa, ketemu Lissa itu mudah. 


Lissa tampak sudah keluar melalui pintu depan.


INSERT

bu Ismi melihat Lissa dari tempat persembunyiannya.


Begitu Lissa cukup jauh, bu Ismi keluar.


FX bunyi yang menandakan ada orang. 


Situasi di dalam menjadi sunyi. Bu Ismi muncul di ruang depan (kemungkinan masuk melalui pintu depan yang sudah tidak terkunci).


BU ISMI (CONT'D)
Seingatku dulu ini salah satu butik punya bu Alani, desainer kenamaan ibunya non Lissa. Wah, barangkali masih ada karyanya di sini. Non Lissa selalu larang saya bicara soal kerjaan di rumah sama bu Alani. Saya disuruh jauhin.


(Visualnya bu Ismi menelusuri rumah dan menemukan sebuah ruangan yang berkesan berisi semacam baju-baju orderan yang sebagian sudah dipacking dengan bagus.)


BU ISMI (CONT'D)
(lanjutan)
Bukan ini semua. Jangan-jangan dia simpan di ruang lain yang terkunci.


Pandangan bu Ismi menemukan ruangan di sebelah yang terhubung dengan pintu. 


BU ISMI (CONT'D)
(lanjutan)
Di dalam ruang masih ada ruangan. Menarik. Tiap ruang juga selalu punya satu mesin jahit, hal bagus kalau ada orang muda yang sangat cinta kerjaan dia.


Setelah membuka pintu, bu Ismi melihat sebuah lemari kaca besar di sana. Dia meletakkan tasnya di lantai di tengah ruangan, lalu pergi ke lemari dan mengecek isinya. 

Bu Ismi begitu senang bertemu deretan gaun yang bagus. Dua gaun coba diletakkan di depan badannya lalu dikembalikan. Dua gaun berikutnya dilihat baik-baik dan dibiarkan di lantai. 


BU ISMI
(lanjutan)
Mana yang cocok buat anakku, nih?


Tiba-tiba bu Ismi terkejut saat memperhatikan lebih teliti tag yang menempel di baju.


BU ISMI
(lanjutan)
Tag ini harusnya berisi petunjuk tentang baju, kenapa malah diganti foto-foto ngeri? Kenapa jadi berubah kayak gini semua? (melihat satu persatu)


Bu Alani muncul tiba-tiba, berjalan anggun sehingga mengagetkan bu Ismi. Dia membawa pisau di tangan kanan.


BU ALANI
Itu namanya sentuhan baru pada rancangan. 


BU ISMI
Saya hanya lihat-lihat sebentar. Saya permisi pulang. 


BU ALANI (CONT'D)
Anda masuk rumah tanpa kenal pemiliknya. 


BU ISMI
Anda siapa?


BU ALANI (CONT'D)
Nama saya Alani. Sepertinya kita pernah ketemu. Di butik saya, di butik Lissa. Anda ini ada dimana-mana.


BU ISMI (CONT'D)
Bu Alani kelihatan berkelas. Kebetulan saya seorang ibu biasa yang punya kesenangan ngumpulin gaun bagus. Meneruskan kesenangan anak. Mungkin kalau saya ambil gaun di sini, orang yang pesen nantinya pasti tersinggung. Kalau gitu saya gak jadi saja.


BU ALANI (CONT'D)
Orang yang pesen baju-baju ini sudah pergi, jadi gak mungkin tersinggung. 

BU ISMI
Gak apa-apa saya permisi. 

BU ALANI (CONT'D)
Aku bilang semua yang pakai koleksi ini sudah mati. Semuanya. Anda bisa lihat fotonya di masing-masing baju. Apa Anda terkesan dengan karya yang bagus? Aku dan mereka, kami memang harus kerja sama. Kalau mau, ambil saja satu.


BU ISMI
Wah, anakku bakal suka yang ini. 


(Visualnya Nyonya Ismi mengambil baju dengan cepat tanpa memilih-milih.)


BU ISMI
(lanjutan)
Terima kasih Nyonya murah hati.


(Bu Ismi bersiap buru-buru pergi, tapi karena agak gugup menabrak tasnya sendiri di lantai dan terjungkal hingga kepalanya terbentur dinding. Saat dia berbalik, bu Alani dengan senyum dingin menusuk perutnya.)


BU ALANI
Kamu pasti rindu putri kecilmu.


BU ISMI 
Anakku pasti masih sabar nunggu di sana (tersenyum). 


Bu Ismi mendorong bu Alani sampai jatuh. Dia menggunakan kesempatan tersebut untuk bangkit dan mengambil sebuah vas bunga kaca di meja, lalu menghantamkan ke kepala bu Alani berulang-ulang sehingga kepala bu Alani berdarah, dan melepaskannya.


Slow motion BCU mata bu Alani dan titik darah pertama menetes di baju bu Alani. 


BU ALANI
Jangan buru-buru sampai rusak bajunya, ya. Soalnya itu akan Anda pakai.


Bu Ismi ingin mengambil pisau yang tadi sempat terlempar ke sudut ruangan, tapi sayang kakinya dijegal oleh bu Alani sampai bu Ismi jatuh dan telapak tangannya terkena pecahan kaca. Dengan agak sempoyongan Bu Alani berdiri lalu menginjak-injak tangan bu Ismi yang berada di atas pecahan kaca tersebut, sehingga bu Ismi menjerit, dan bu Alani tersenyum melihatnya. 


Dengan susah payah, bu Ismi mengambil sebuah gaun yang berada di lantai. Dia menariknya ke arahnya dan di saat yang sama berusaha melepaskan tangannya yang diinjak. Bu Ismi menggoreskan pecahan kaca ke gaun tersebut berkali-kali, yang tentunya membuat bu Alani menjadi marah dan histeris. Mereka saling menarik, bu Alani berusaha merebut gaun itu dari tangan bu Ismi, tapi bu Ismi menggoreskan pecahan kaca ke lengan bu Alani, menutup wajah bu Alani dengan gaun itu dan mendorongnya. Bu Ismi mencoba kabur sebisanya.


Setelah memungut pisau, bu Alani berjalan cepat untuk menyusul bu Ismi yang ingin pergi meninggalkan rumah, lalu melemparkan pisau itu dari belakang. Bu Ismi jalan terseok-seok, saat hampir sampai pintu depan dia jatuh, tidak terdengar lagi suaranya dan kemungkinan meninggal.


BU ALANI
Aku gak suka keributan di tempat ini, jadi salahmu sendiri.


Bu Alani berbalik dan masuk ke dalam. Dia pergi ke basement untuk mengambil kapak.

Sayangnya, saat keluar bu Alani menemukan bahwa tamunya sudah tidak ada. Di pintu tertulis suatu pesan dengan spidol permanen.


CU pintu bertuliskan: Sawdust


BU ALANI
Siapa si kurang ajar ini?


69. INT. RUMAH ARSAN - MALAM


Lissa terbangun di sebuah kamar tamu di rumah Arsan.


ARSAN (CONT'D)
Kamu pingsan di area deket rumahku.


LISSA (CONT'D)
(Sambil meraba-raba ingatannya tentang apa yang terjadi)
Buat ngehindarin orang-orang itu, aku gak lewat jalan utama.
(Bernapas sejenak)
Bener juga! Ada kemungkinan itu bukan cuman rumahnya tapi juga rumah kamu, Ay.


Lissa melemparkan guling, bantal, lalu selimut kepada Arsan.


Lissa kaget saat menoleh ke samping, karena ternyata dia tidur dengan mayat bu Ismi.


ARSAN (CONT'D)
Tenang ja aku gak ngapa-ngapain kamu, soalnya kamu tidur nyenyak sama dia.


Lissa menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya sambil menangis. 


ARSAN (CONT'D)
(lanjutan)
Tenang ja, buat sementara si Nyonya gak bakal nyari kamu walaupun mungkin dia dah tahu kamu dateng ke sana, kita punya jaminan.


(visualnya pandangan Arsan mengarah ke mayat bu Ismi)


ARSAN (CONT'D)
(lanjutan)
Ngomong-ngomong, kalung itu kasih tahu aku lokasi kamu.


LISSA
Ada sesuatu di kalung ini, keterikatan.


(visualnya Lissa mengembuskan napas menyesal saat memegang kalung yang melingkar di lehernya.)


ARSAN
Versi masa kini.


LISSA
Kamu utang penjelasan ke aku. Siapa sebenernya kamu? Jadi berhenti pura-pura.


ARSAN (CONT'D)
Kamu yang perlu jelasin, ngapain ambil keputusan dateng ke rumah si Nyonya, padahal kamu bisa nolak kalau emang gak suka.


LISSA
Hadiahnya? 
Trus Shif Malam, apa hubungannya sama semua ini. Kenapa dia jadi korban. Kalau kamu pelakunya, apa masalahmu sama kucing itu?


ARSAN
Baik, Lissa. Aku jujur sesuai versi yang kamu pengin. Aku gak seneng soalnya kucing kamu kelewat pinter, cakaran dia rapi kayak buku tulis. Aku gak suka ada yang gangguin temenku. 


(Visualnya Arsan membuka paksa sweater Lissa dan menunjukkan luka-luka di tangannya. Lissa menangis lebih histeris, lalu Arsan memeluknya)


ARSAN
Coba inget-inget lagi, kalau kucing kamu asli, kenapa aku gak bisa lihat?


LISSA
Gak ngerti apa maksud kamu, Ay? Gak ngerti gimana ini susah diinget
(sambil memeluk mayat bu Ismi sebentar, lalu duduk seperti semula).
Aline bisa. Semua orang bisa, Ay.


ARSAN
Semua orang yang kamu sebut tu ilusi.


LISSA
(pelan dan sedih)
Gak mungkin.


ARSAN (CONT'D)
Kamu inget, waktu pertama kali aku main ke rumah, ada luka-luka kayak sayatan di sini.


(visualnya Arsan memegang tangan Lissa)


FLASH Lissa menggulung lengan sweater, tapi kali ini diperlihatkan tangan Lissa yang luka-luka.


ARSAN
(lanjutan)
Tolong kasih tahu aku, gimana luka di tangan kamu bisa ada kalau si meong kesayangan kamu juga baru muncul pertama kali hari itu. Hmm?


Lissa menunduk.


Mita datang membawa teh hangat dan meletakkannya di meja.


LISSA
(mengernyit heran)
Kak Mita?


MITA
Lissa gak perlu heran, kak Mita ada di sini karena peduli sama Lissa. Kak Mita ngerasa terima kasih banget dah pernah kamu selametin dari tindakan bodoh.


CUT TO FLASH BACK


70. EXT. JEMBATAN - SORE - (FLASHBACK)


Lissa mengajak bicara Mita yang berdiri di pinggir jembatan.


MITA
Kenapa kamu peduli sama orang yang gak kamu kenal. Pura-pura ja gak lihat.


LISSA
Kamu pakai dress buatanku.


Mita terdiam sejenak.(keterangan: dress yang Mita pakai bukan dress hitam pemberian Kun melainkan dress warna lain, karena waktu kejadian sebelum Mita kerja di butik Lissa)


MITA
Kamu bohong.


LISSA (CONT'D)
Aku serius. Kalau perlu, sekarang juga kamu bisa ke butik aku dan ikut kerja di sana. Partnerku baru ja resign. Aku tahu kamu gak butuh uangnya, tapi lumayan dicoba sementara waktu buat kesibukan, biar kamu gak mikirin hal-hal gegabah.
Ini bahkan gak akan berhasil kalau kita masih punya pertanyaan.


MITA
Pertanyaan?


LISSA
Entah ni namanya kebetulan. Aku juga pernah hampir ngakhirin hidup, tapi gak jadi soalnya ada pertanyaan yang belum kejawab.


MITA
Pertanyaan apa?


LISSA (CONT'D)
Banyak, aneh ja kalau ku curhatin ke orang yang baru kenal. Tapi yang paling keinget, soal temenku yang dah bertahun-tahun gak ada kabarnya. Orang-orang seenaknya mau lupain dia karena dianggap ilang, tapi aku belum rela karena dia belum jelas ketahuan kemana. Kalau masih hidup kemana ja, kalau dah mati mana jasadnya. Aku sendiri juga pasti bakalan sedih kalau mati trus dilupain.


MITA
(menangis)
Aku tetep mau mati.


LISSA
Kalau gitu apa yang kutawarin emang beneran cocok buat kamu.


END FLASHBACK


FLASH BACK CUT TO





 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar