Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
15. #15 REUNI (BAGIAN 112-116)

15.


116. INT. KAMAR LISSA - PAGI


Lissa menulis catatan di salah satu dinding kamar yang berwarna putih bersih di gedung rumahnya menggunakan spidol permanen.


Bila menurutmu aku salah, maka berilah sayap bagi sepanjang ruas jari yang ingin membenahi. Pencuri waktuku kehilangan apa penyebab pencapaian senantiasa berputar menertawakan nasib kita yang berloncatan kesana- kemari, namun susah dalam menemukan kesamaan dan dalam berbagi


CUT TO


117. INT. SEBUAH RUANGAN - PAGI


Quna berdiri memandang boneka-boneka Lissa yang sudah digantung dan dipilok.


QUNA
Selamat hari kelulusan, kata yang belum sempet aku sampaiin. Dah dimulai, sesuai buku harian kamu, Lissa.
Selamat datang di kafe Bumantara.


Quna duduk di ruangan itu sambil bercermin di pisau yang berkilau.


QUNA 
Kamu gak perlu khawatir, karana bila gak ada yang mau sama-sama, kamu masih punya dirimu sendiri buat nikmatin kebahagiaan dan rayain kesedihan. 


(visualnya Quna bicara sambil melihat pantulan wajahnya di sebilah pisau yang berkilau seperti cermin, ada air mata yang mengalir.)


CUT TO


118. INT. RUMAH LISSA - PAGI


Lissa melihat ke bawah gedung rumah. Ada lima orang yang datang, dia mengamati satu persatu.


ZOOM IN


- Dua orang cewek yang pakai seragam sekolah berwarna hijau artichoke dan cokelat, mereka pakai sayap bulu merak berukuran sedang. Mereka bawa pistol.

- Satu orang cewek cantik yang pakai setelan piyama tidur putih, tapi pakai sepatu yang bagus. Rambutnya dikepang satu dan berponi. Dia bawa senapan.

- Dua orang lainnya laki-laki. Mereka bawa senapan.


LISSA
Jangan-jangan mereka teman khayalan jilid dua yang mau ngajak belajar kelompok.


INSERT

Salah seorang laki-laki memakai teropong untuk mengawasi Lissa yang sudah mulai pergi dari tempat itu dan menghilang. Mereka juga bergerak.


MONTAGE

-Lissa membuka semua kamar di lantai atas agar dia lebih mudah bersembunyi.

-Lissa sembunyi di lemari besar di sebuah kamar, ada langkah kaki terdengar, dia agak gemetar dan was-was.

FX bunyi langkah kaki.


END MONTAGE


Diperlihatkan dari sebuah lubang di lemari, ternyata itu adalah teman-teman khayalan Lissa yang belum sepenuhnya hilang.


RIMA
Kemarin Aline cerita, dia niat jadi model baju sport seorang perancang terkenal.


ZUNI (CONT'D)
Ingetin Aline biar hati-hati.
Kita ARINI, mau jadi model sunyi dengan cara kita sendiri, bukan dengan cara jahat seseorang yang bikin kita sunyi selamanya.


RIMA
Niat Aline lumayan bagus, khawatirnya Zuni juga baik. Apalah daya humorku hanya sebatas mencari pembersih pori-pori. Muka aku kurang seger, gara-gara mimpi. Kamu tahu gak, masa ada cowok misterius telepon terus dalam mimpi pengin ngajak kenalan. 


ZUNI
Yang bener?


JAFFAN (CONT'D)
Hei, hei, hei, ngapain kalian terus meributkan properti angker?
Lihat ja, rumah Lissa ini bentar lagi bakalan mirip nisan raksasa.


Lissa keluar dari persembunyian.


LISSA
Kalian kebanyakan ngobrol.


Ternyata di bagian sisi lain (yang tidak terlihat dari lemari) justru sudah ada dua cewek berseragam sedang duduk melihat ke arahnya.


CEWEK 1
Kita dari tadi cuman duduk nunggu kamu.


CEWEK 2
Keluar juga.


Kedua cewek itu sama-sama menodongkan pistol ke arah Lissa, sampai Lissa terpojok di pinggir balkon.


CEWEK 2
Pilih lompat sendiri atau kita dorong.


LISSA
Kalau berani tangan kosong. Jangan main keroyokan. Kalian jauh-jauh dateng cuman gitu doang.


CEWEK 1
Lissa bener. Kita ke sini untuk kesenangan.


(visualnya cewek 1 taruh senjatanya di lantai. Cewek 2 mengikutinya.)


CEWEK 2
Aku duluan.


Lissa dan cewek 2 saling serang di balkon kamar tersebut, sampai cewek 2 hampir terjatuh dan bergelantungan di pinggir balkon. Saat berkelahi, Lissa melihat teman-teman khayalannya melihat ke arahnya.


Cewek 1 melepas baju atasan dan sayapnya sehingga menyisakan kaos singlet hitam yang menunjukkan tangannya yang padat.


Sekarang Lissa berantem sama cewek 1 yang ternyata terlihat ahli bela diri. Lissa kewalahan, dia berusaha menjadikan kursi kayu sebagai tameng, dan cewek 1 terus memberikan serangan agresif yang dilakukan dengan ekspresi dingin. Lissa terjungkal ke lantai, dan tidak sengaja kursi yang dia bawa menghantam salah satu tangan cewek 2 dengan keras sehingga terlepas. 

Lissa bangkit dan saling serang lagi. Pada satu titik, cewek 1 mau menyerangnya, Lissa memanjat kursi yang sudah terbalik, di luar dugaan cewek 1 menggunakan kesempatan itu untuk mendorong tubuh Lissa dengan powerfull sehingga Lissa juga hampir terjatuh di pinggir balkon. Lissa berusaha keras untuk naik.


Cewek 1 punya pilihan mau membunuh Lissa atau menyelamatkan temannya dulu yang sudah tidak kuat hanya bertumpu pada satu tangan.


CEWEK 2
(Matanya berkaca-kaca)
Tolongin aku.


CEWEK 1
Jangan cengeng.


(visualnya bukannya menolong temannya yang minta tolong dan agak ketakutan, cewek 1 malah menembak tangan temannya sehingga jatuh.)


Lissa kaget melihat cewek 2 dijatuhkan temannya sendiri.


LISSA
(pelan)
Dia dah terbang.


Cewek 1 secara tidak terduga mengambil pisau kecil dari saku roknya dan hampir menusuk mata kiri Lissa, saat cewek berpiyama putih tiba-tiba datang menembaknya dari belakang dengan senapan, sehingga cewek 1 roboh.


Di saat yg sama Lissa berhasil naik dan disambut uluran tangan cewek berpiyama putih.


CEWEK PIYAMA
Nama gue Lissa.


LISSA
Tujuan kamu?


CEWEK PIYAMA
Gue cari Arsan.


Cewek berpiyama putih pergi meninggalkan Lissa.


LISSA
Kenapa?


Cewek berpiyama putih mengabaikannya.


Lissa berjalan di lorong dan melihat mayat seorang laki-laki sudah tergantung. Lissa langsung berlari cukup kencang, tiba-tiba ada yang menarik tangannya, ternyata itu adalah Aline. Dari koridor, mereka (Lissa dan Aline) melihat cewek berpiyama putih bertarung melawan seorang laki-laki di sebuah kamar dan terus berjalan melewatinya.

Tadinya Lissa ingin melepaskan diri dari Aline, tapi kemudian, Lissa dan Aline sembunyi bersama di ruang benang, di lantai tengah.


ALINE
Ini detik-detik kita hampir mati, kenapa muka Lissa bukannya takut malah flat banget?


LISSA
Kalau takut, rasanya malah ngebayangin yang enggak-enggak, contohnya nih, gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba ja kepikiran gimana muka jelek kakek keriput main game boat pas masa mudanya.

ALINE
oh, (jeda), emang di masa mudanya kakek dah ada game boat?


LISSA
Iya juga, sial banget si kek Sef, pas masa mudanya gak ada apa-apa. Pantesan ja sekarang keranjingan maen medsos mulu.


Lissa menatap Aline serius.


LISSA
(lanjutan)
Aline, maaf ya, mungkin setelah ni aku beneran gak bisa ngobrol lagi sama kamu. Kamu tu baik, kayak mimpi.
Tapi aku juga harus terima kalau sekarang, aku hidupnya di dunia nyata. Temenan sama kamu gak bisa kasih momen healing, tapi momen sakit.


Lissa diam di sana sampai ketiduran.


CUT TO


119. EXT. RUMAH QUNA - HALAMAN BELAKANG - PAGI



Area halaman belakang rumah Quna dikelilingi tembok sehingga orang lain tidak bisa melihatnya, ditumbuhi rumput hijau yang bagus.

Quna duduk di atas meja kursi outdoor (Quna di atas mejanya) di belakang rumahnya, memakai outfit berupa setelan biru langit dengan tambahan sayap abu berukuran kecil yang tetap bisa membuatnya bergerak nyaman, rambutnya telah dipotong pendek sebahu.

Di sudut halaman ada semacam dua buah tiang dengan tali (kayak tempat jemuran), di sana digantung berjejer boneka-boneka Lissa yang kemarin telah dipilok dan ditandatangani, memakai hanger.

Di bagian belakang rumah yang masih terlindung atap, ada sebuah meja lain dengan deretan biskuit dalam kaca bermacam varian.

Beberapa meter di depan Quna ada sebuah kipas angin besar yang dinyalakan, Quna sedang menutup mata sambil menikmati angin, boneka-boneka Lissa juga bergerak terkena angin.

FX bunyi kipas angin yang sedang menyala.


Debri dan Hara datang ke rumah Quna.


QUNA
Kamu masih mau ke sini? 


DEBRI
Kebetulan cuman jadi kurirnya Hara doang. 


(visualnya Debri memberikan hadiah kepada Quna)


DEBRI
Aku tunggu di luar.


Muncul Hara menggantikan Debri.


HARA
Terbang itu melambung bukan ke lambung.
Makan remahan manis banyak banget, ntar diabetes lho.


CU meja dengan deretan toples dan kemasan biskuit aneka varian di atas meja teras belakang, yang masih terlindung atap.


HARA
Tumben pakai kostum. Itu namanya kostum apa?


QUNA
Ini namanya SAYAP SOFI.


(visualnya memperlihatkan detail-detail dari kostum dan kecantikan Quna, terutama di bagian sayap: pengambilan agak dari bawah sedikit sehingga terkesan megah.


HARA
Jadi, (jeda), prinsip apaan yang bikin Kukis kita beda?


Hara mengembuskan napas serius.


HARA
(lanjutan)
Kita lakuin hal yang beda, yuk. Dipikirin sambil jalan. Hadiahnya dibuka ntaran. 


(Dari sini hadiahnya terus dipeluk Quna sampai nanti dibuka)


Debri memindahkan kipas angin yang tadinya di luar ke dalam rumah Quna.


CUT TO


120. INT. / EXT - JALAN - MOBIL TAKSI - PAGI


QUNA (CONT'D)
Kalian gangguin rileksasiku. Sekarang aku mau ikut jalan kalau ada serunya. Gini ja, aku pura-pura jadi korban, hmm, semacam target penculikan gitu. Nah, sekarang kalian tinggal eksplorasi kira-kira mau kayak gimana.


DEBRI 
Siapa takut.


Ada sebuah mobil taksi mendekat, Quna segera menghampirinya dengan wajah dan tubuh agak gemetar, dia juga menoleh ke belakang seolah khawatir terhadap dua cowok di belakangnya.

Supir taksi menangkap kode minta bantuan, dia segera mempersilakan Quna naik taksinya.


SUPIR TAKSI
Langsung naik ja sekarang, mbak.


Quna naik ke mobil. Kedua cowok dengan cepat ikut naik dari sisi kanan dan kiri Quna.


DEBRI
Tadi, kan, gue dah bilang, Lo saja yang bawa, nih cewek. 


(visualnya Debri memegang kedua lengan Quna dengan erat sampai Quna bereaksi seperti lengannya sakit, lalu Debri melepasnya.)


HARA
Lo mau nurut apa mau dipaksa. (pelan dan menekan)


SUPIR TAKSI
Mereka berdua teman mba? 


Quna menggeleng.


SUPIR TAKSI
Abang berdua, kapasitasnya berlebih, nih. Kalau bukan temannya si mba ini, gimana kalau naik taksi berikutnya ja, bang.


HARA
Dia ini... (merangkul Kukis sampai Kukis kaget.) sekarang dalam kawalan kami. Ayo jalan, bang.


Supir taksi mulai menjalankan mobil, dia diselimuti perasaan hati-hati karena merasa dikelilingi bahaya. 

Matanya terus melihat ke arah penumpangnya melalui kaca.


DEBRI
Tadinya kita mau pakai mobil karafan tapi karena mogok kita langsung ke klinik saja.


SUPIR TAKSI
Memangnya dari kalian ada yang sakit?


DEBRI
Aku sakit, kalau abang banyak bicara! Bang, bukan belok ke sini tapi yang tadi! Balik lagi saja!


SUPIR TAKSI
Bilang saja tujuannya mau kemana.


DEBRI
Sudah, lo tinggal ikutin ja! Gue bilang lurus apa belok tinggal ikutin, jangan ribet!


HARA
Santai, kita cuma mau dapat suntikan semangat biar senang dan rileks di sana. Makanya kita antar cantik ni sampai tujuan. 


(Quna mau bicara sesuatu dan mulutnya dibekap sama telapak tangan Hara)


SUPIR TAKSI
Bang, jangan tersinggung, aku punya saran, gak perlu lah kalian bawa si mbak, kurasa si mbak ini baik-baik saja, gak sakit. Kalau pengin rileks kenapa gak pergi ke tempat terapi akupuntur sekalian? Aku tahu tempatnya. Masih dekat sini, bang, lokasinya.


DEBRI
Sial, diam ja lo. Pakai saranin akupuntur segala. Ntar berenti di tempat tujuan kita, di dapur, temen gue mau jadiin dia kukis.


CUT TO






Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar