Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
15.
116. INT. KAMAR LISSA - PAGI
Lissa menulis catatan di salah satu dinding kamar yang berwarna putih bersih di gedung rumahnya menggunakan spidol permanen.
Bila menurutmu aku salah, maka berilah sayap bagi sepanjang ruas jari yang ingin membenahi. Pencuri waktuku kehilangan apa penyebab pencapaian senantiasa berputar menertawakan nasib kita yang berloncatan kesana- kemari, namun susah dalam menemukan kesamaan dan dalam berbagi
CUT TO
117. INT. SEBUAH RUANGAN - PAGI
Quna berdiri memandang boneka-boneka Lissa yang sudah digantung dan dipilok.
Quna duduk di ruangan itu sambil bercermin di pisau yang berkilau.
(visualnya Quna bicara sambil melihat pantulan wajahnya di sebilah pisau yang berkilau seperti cermin, ada air mata yang mengalir.)
CUT TO
118. INT. RUMAH LISSA - PAGI
Lissa melihat ke bawah gedung rumah. Ada lima orang yang datang, dia mengamati satu persatu.
ZOOM IN
- Dua orang cewek yang pakai seragam sekolah berwarna hijau artichoke dan cokelat, mereka pakai sayap bulu merak berukuran sedang. Mereka bawa pistol.
- Satu orang cewek cantik yang pakai setelan piyama tidur putih, tapi pakai sepatu yang bagus. Rambutnya dikepang satu dan berponi. Dia bawa senapan.
- Dua orang lainnya laki-laki. Mereka bawa senapan.
INSERT
Salah seorang laki-laki memakai teropong untuk mengawasi Lissa yang sudah mulai pergi dari tempat itu dan menghilang. Mereka juga bergerak.
MONTAGE
-Lissa membuka semua kamar di lantai atas agar dia lebih mudah bersembunyi.
-Lissa sembunyi di lemari besar di sebuah kamar, ada langkah kaki terdengar, dia agak gemetar dan was-was.
FX bunyi langkah kaki.
END MONTAGE
Diperlihatkan dari sebuah lubang di lemari, ternyata itu adalah teman-teman khayalan Lissa yang belum sepenuhnya hilang.
Lissa keluar dari persembunyian.
Ternyata di bagian sisi lain (yang tidak terlihat dari lemari) justru sudah ada dua cewek berseragam sedang duduk melihat ke arahnya.
Kedua cewek itu sama-sama menodongkan pistol ke arah Lissa, sampai Lissa terpojok di pinggir balkon.
(visualnya cewek 1 taruh senjatanya di lantai. Cewek 2 mengikutinya.)
Lissa dan cewek 2 saling serang di balkon kamar tersebut, sampai cewek 2 hampir terjatuh dan bergelantungan di pinggir balkon. Saat berkelahi, Lissa melihat teman-teman khayalannya melihat ke arahnya.
Cewek 1 melepas baju atasan dan sayapnya sehingga menyisakan kaos singlet hitam yang menunjukkan tangannya yang padat.
Sekarang Lissa berantem sama cewek 1 yang ternyata terlihat ahli bela diri. Lissa kewalahan, dia berusaha menjadikan kursi kayu sebagai tameng, dan cewek 1 terus memberikan serangan agresif yang dilakukan dengan ekspresi dingin. Lissa terjungkal ke lantai, dan tidak sengaja kursi yang dia bawa menghantam salah satu tangan cewek 2 dengan keras sehingga terlepas.
Lissa bangkit dan saling serang lagi. Pada satu titik, cewek 1 mau menyerangnya, Lissa memanjat kursi yang sudah terbalik, di luar dugaan cewek 1 menggunakan kesempatan itu untuk mendorong tubuh Lissa dengan powerfull sehingga Lissa juga hampir terjatuh di pinggir balkon. Lissa berusaha keras untuk naik.
Cewek 1 punya pilihan mau membunuh Lissa atau menyelamatkan temannya dulu yang sudah tidak kuat hanya bertumpu pada satu tangan.
(visualnya bukannya menolong temannya yang minta tolong dan agak ketakutan, cewek 1 malah menembak tangan temannya sehingga jatuh.)
Lissa kaget melihat cewek 2 dijatuhkan temannya sendiri.
Cewek 1 secara tidak terduga mengambil pisau kecil dari saku roknya dan hampir menusuk mata kiri Lissa, saat cewek berpiyama putih tiba-tiba datang menembaknya dari belakang dengan senapan, sehingga cewek 1 roboh.
Di saat yg sama Lissa berhasil naik dan disambut uluran tangan cewek berpiyama putih.
Cewek berpiyama putih pergi meninggalkan Lissa.
Cewek berpiyama putih mengabaikannya.
Lissa berjalan di lorong dan melihat mayat seorang laki-laki sudah tergantung. Lissa langsung berlari cukup kencang, tiba-tiba ada yang menarik tangannya, ternyata itu adalah Aline. Dari koridor, mereka (Lissa dan Aline) melihat cewek berpiyama putih bertarung melawan seorang laki-laki di sebuah kamar dan terus berjalan melewatinya.
Tadinya Lissa ingin melepaskan diri dari Aline, tapi kemudian, Lissa dan Aline sembunyi bersama di ruang benang, di lantai tengah.
Lissa menatap Aline serius.
Lissa diam di sana sampai ketiduran.
CUT TO
119. EXT. RUMAH QUNA - HALAMAN BELAKANG - PAGI
Area halaman belakang rumah Quna dikelilingi tembok sehingga orang lain tidak bisa melihatnya, ditumbuhi rumput hijau yang bagus.
Quna duduk di atas meja kursi outdoor (Quna di atas mejanya) di belakang rumahnya, memakai outfit berupa setelan biru langit dengan tambahan sayap abu berukuran kecil yang tetap bisa membuatnya bergerak nyaman, rambutnya telah dipotong pendek sebahu.
Di sudut halaman ada semacam dua buah tiang dengan tali (kayak tempat jemuran), di sana digantung berjejer boneka-boneka Lissa yang kemarin telah dipilok dan ditandatangani, memakai hanger.
Di bagian belakang rumah yang masih terlindung atap, ada sebuah meja lain dengan deretan biskuit dalam kaca bermacam varian.
Beberapa meter di depan Quna ada sebuah kipas angin besar yang dinyalakan, Quna sedang menutup mata sambil menikmati angin, boneka-boneka Lissa juga bergerak terkena angin.
FX bunyi kipas angin yang sedang menyala.
Debri dan Hara datang ke rumah Quna.
(visualnya Debri memberikan hadiah kepada Quna)
Muncul Hara menggantikan Debri.
CU meja dengan deretan toples dan kemasan biskuit aneka varian di atas meja teras belakang, yang masih terlindung atap.
(visualnya memperlihatkan detail-detail dari kostum dan kecantikan Quna, terutama di bagian sayap: pengambilan agak dari bawah sedikit sehingga terkesan megah.
Hara mengembuskan napas serius.
(Dari sini hadiahnya terus dipeluk Quna sampai nanti dibuka)
Debri memindahkan kipas angin yang tadinya di luar ke dalam rumah Quna.
CUT TO
120. INT. / EXT - JALAN - MOBIL TAKSI - PAGI
Ada sebuah mobil taksi mendekat, Quna segera menghampirinya dengan wajah dan tubuh agak gemetar, dia juga menoleh ke belakang seolah khawatir terhadap dua cowok di belakangnya.
Supir taksi menangkap kode minta bantuan, dia segera mempersilakan Quna naik taksinya.
Quna naik ke mobil. Kedua cowok dengan cepat ikut naik dari sisi kanan dan kiri Quna.
(visualnya Debri memegang kedua lengan Quna dengan erat sampai Quna bereaksi seperti lengannya sakit, lalu Debri melepasnya.)
Quna menggeleng.
Supir taksi mulai menjalankan mobil, dia diselimuti perasaan hati-hati karena merasa dikelilingi bahaya.
Matanya terus melihat ke arah penumpangnya melalui kaca.
(Quna mau bicara sesuatu dan mulutnya dibekap sama telapak tangan Hara)
CUT TO