Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
7. #7 REUNI (BAGIAN 52-60)

07.


52. INT. Madaf Book STORE - MALAM


Lissa berjalan lurus melewati Rima dan Zuni (dua-duanya pakai baju olahraga) yang duduk di kursi sambil meluruskan kaki. Suasana toko buku sepi, tapi pintu terbuka.


ZUNI
Hei, Lissa.


LISSA
(kaget)
Oh, maaf, aku gak tahu ada kalian di situ.


RIMA
Kenapa sering gagal fokus, hayo?


LISSA
(Lissa memegang kepalanya sambil senyum)
Entahlah.


Zuni menggendong punggung Rima yang kelihatan agak pucat wajahnya.

Lissa berjalan menyertai mereka sampai ke dalam kamar loteng, terutama agar mereka tidak jatuh di tangga. Aline sudah duluan di sana.


RIMA (CONT'D)
Hari ni toko buku libur, tapi tetep kaki sama tanganku agak pegel gara-gara kelamaan diem, nasib jadi manekin. 


LISSA
Tambah satu lagi jadi empat.


Semua menoleh ke arah Lissa.


LISSA (CONT'D)
Satu cowok baru jadiin aku manekin buat kalung ni. Tapi beribu sorry, aku belum bisa share apa-apa ke kalian. Ada apanya dari kalung ni, rasanya juga masih bias.


RIMA
Ntar kita tungguin episode lanjutannya.


Rima dan Zuni rebahan santai di kasur masing-masing sambil bercanda.


Lissa duduk di samping Aline yang sedang melipat baju. Aline mengambil sebuah novel dan memberikannya kepada Lissa. Lissa membukanya dan menemukan sebuah foto di bawah sampul.

Dua wanita saling tersenyum dan merangkul, memakai baju dengan nuansa etnik, ada coretan nama di bagian bawah foto masing-masing wanita, Mima Detri & Nora Salka.


ALINE (CONT'D)
Rima sama Zuni, mereka dah kenal dari kecil lantaran ibu mereka itu temen deket, sekarang nurun ke anak-anaknya. Emangnya Lissa beneran sulit punya temen? Kalau temen masa kecil gimana? Kayak mereka berdua.


LISSA
Ada, namanya Quna.
Aku inget, dulu dia suka bawa biskuit ke sekolah, bikinan sendiri.


ALINE
Dimana sekarang? Lissa tahu?


Lissa mengangguk.


LISSA (CONT'D)
Lissa masih ada perasaan pingin ketemu, tapi bukan sekarang-sekarang ni. Yah semacam, ingin ada jeda dulu, takut Quna dah lupa sama Lissa. Takutnya gak bisa balik akrab lagi kayak dulu. 


ALINE
Aline ada ide. 


Aline membisikkan idenya ke telinga Lissa.


CUT TO


53. INT. KAMAR LISSA - MALAM


ALINE (O.S.) (CONT'D)
Lissa kirim pesen ke dia, minta temenmu bikinin jenis makanan yang lucu, misalnya biskuit kucing. Kalau emang Quna mau, berarti Lissa masih ada kesempatan buat akrab kayak dulu lagi. 


LISSA (O.S.)
Kamu selalu punya ide yang unik, Aline. Cara klasik.


(visualnya dari pembicaraan Aline dan Lissa adalah Lissa sudah ada di kamarnya, menulis surat yang ingin dia kirim untuk Quna lalu ketiduran.)


CUT TO


54. INT. KAFE QUEEN OLIVE - MALAM


Quna, Kun, dan Hara sedang mengobrol tentang Lissa di kafe Quna. 


QUNA (CONT'D)
Kun, coba hubungin Arsan, tanyain soal cewek yang kemarin muncul di medsos bareng kakek.
Cewek yang kemarin, tetep ada kemungkinan, kan, kalau dia bukan anak SMA beneran, sama kayak aku, nyempil di antara daun-daun yang lebih muda.


KUN
Maksud kamu?


Quna memamerkan sebuah album foto di tangannya.


QUNA
Jadi aku lagi cari foto yang bagus buat dimasukin ke album.


Kun mengambil album di tangan Quna.


KUN
Album foto ni kayaknya aku kenal. Ini yang dulu selalu kamu simpen di tas, dibawa ke kelas juga.


QUNA
Hmm, buku PR bisa ketinggalan tapi itu album kubawa terus. Maklum, isinya foto-foto lama keluarga. Masa-masa hidup enak. Tinggal pergi maen sama minta uang jajan. Sekarang keluarga dah jauh, harus belajar mandiri.


HARA
Mana kumpulan fotonya, dah ada tambahan belum? Terus foto bu Hesti ada gak? Terus hubungannya sama cewek yang bareng Arsan apa?


QUNA
Ini album foto keluarga. Kok ngelantur ke bu Hesti sih, dari mana kenalnya? Kan Hara beda sekolah. Hara, wah parah kamu sok mengenal semua orang. Jangan-jangan kamu pengagum rahasiaku dari seberang sekolah. Diem-diem stalker.


HARA
(sambil ketawa kecil)
Gak.


QUNA
Pendengar radio jaman SMA, ya?


HARA (CONT'D)
(sambil ketawa kecil)
Gak juga. Gue pengagum terang-terangan dan solid masa sekarang, gue pernah bilang muka lu imut kayak bidadari, eh Arsan bilang muka Quna mirip Bu Hesti si guru killer.


QUNA (CONT'D)
(agak kesal tapi sambil senyum sama kedua temannya)
Kun, cek di bagian paling akhir, ni foto-foto launching kemaren kafe aku.


Kun dan Quna lihat foto Lissa pakai seragam SMP sedang makan kue berdua sama Arsan di kafenya.


HARA (CONT'D)
Jirr, Arsan gitu, kelihatan cool sama cewek di depan kita-kita, nyatanya ngedeketin anak sekolahan. Daun muda main dislebet.


KUN (CONT'D)
Aneh, bukannya ini si hantu sekolah cantik kemarin yang anak SMA, cewek itu, sekarang jadi anak SMP.


QUNA
Kalau valid, ada kemungkinan itu Lissa.


FLASHES


55. INT. RUMAH LISSA - SORE


- Lissa berjalan di koridor menuju kamarnya sendiri tanpa alas kaki, saat dia mendengar lagi bunyi kemericik di sebuah kamar dimana dia hampir sampai. Dia mendekati kamar itu perlahan, dan ada hal yang menurutnya sangat aneh, karena pintu tiba-tiba terbuka sedikit. Perasaannya maju mundur antara ingin mengintip dan memenuhi hasrat penasarannya atau membuat pilihan aman dengan meninggalkan kamar itu segera.

- Lissa memilih yang kedua. Tapi baru beberapa langkah dia melewatinya, terdengar suara pintu kamar itu terbuka. Lissa membatalkan keputusannya yang pertama dan menerima tantangannya. Lissa berjalan mundur, dan saat dia berdiri persis di depan pintu, dia berbalik menghadap kamar lalu melangkah maju untuk melihat ke dalam. (di titik ini, kamera tetap di tempat dan tidak perlu mengikuti Lissa dan mengetahui apa yang dilihatnya)


CUT TO


56. EXT. JALANAN DEPAN GEDUNG RUMAH LISSA - SORE


Di luar gedung rumahnya, Lissa berlari di jalanan dengan ekspresi sangat ketakutan, berwajah pucat dan histeris. Dia mencoba mengajak bicara pejalan kaki. Seorang pedagang kaki lima ikut menghampirinya.


PEDAGANG
Lihat apa Neng?


LISSA
Ada sumur di sebelah kamar saya, Pak. Ada sumur...


PEDAGANG
Apa ada penampakannya di sana?


LISSA
Ga ada, Pak.


PEDAGANG
Kalau gak ada jangan terlalu khawatir, neng. Pindah ke kamar lain.


PEJALAN KAKI
Iya, Neng. Dicoba dulu.


CUT BACK TO


57. INT. RUMAH LISSA - KORIDOR - RUANG JAHIT - KAMAR - SORE


- Lissa berjalan gontai di koridor, begitu mau naik ke tangga di lantai atas, dia mengurungkan niatnya lalu berjalan memasuki salah satu kamar di koridor tersebut. Anehnya, semua kamar di koridor itu memang sudah terbuka pintunya.

- Lissa mencoba tidur dengan memakai selimut di kamar itu. Dia kembali mendapati keanehan. Tangannya mengalami ruam-ruam sehingga Lissa mencoba mengusap-usapnya. Lissa memeriksa kembali selimut yang dipakainya, betapa herannya dia mendapati selimut itu terbuat dari semacam rajutan rambut manusia. Bahkan salah satu helainnya ada yang bercabang waktu dilihat oleh Lissa, sehingga dia yakin kalau itu memang rambut.

BCU rambut bercabang di selimut.


LISSA VO
Rambut bekas.


Samar-samar dia mendengar suara.


SUARA (O.S.)
Masih terpakai.


- Lissa kemudian mengangkat selimut, dan melihat ada sebuah wajah/kepala wanita dengan mata tertutup (tapi agak rata) yang masih terhubung dengan rambut berbentuk selimut itu. Perlahan, kepala agak rata yang tadinya agak di tengah lalu bergerak menjadi berubah posisi di atas. Rambut selimutnya lalu memeluk Lissa, membungkusnya seperti bayi.

- Lissa berusaha membebaskan diri memakai pisau lipat kecil, lalu berlari ke lantai atas, sepanjang koridor, sambil memasukkan lagi pisau lipat ke kantung celananya. Di koridor, dia melihat pintu ruang jahit terbuka, Lissa masuk dan menemukan gunting besar (yang biasa dipakai tukang potong kain).

- Perasaan Lissa benar bahwa kepala berambut selimut mengejarnya walaupun matanya masih tertutup. Makhluk itu sudah ada di koridor. Lissa lalu memberanikan diri menariknya, dan membaliknya agar wajahnya tidak kelihatan. Lissa lalu menggunting-gunting selimut itu sampai jadi potongan-potongan yang berdarah. Terakhir, dia membuang guntingnya ketakutan.

- Lissa duduk menangis di sudut ruang jahit, dia mengira semuanya sudah berakhir, tapi perlahan selimut itu seperti merayap dan akan berkumpul lagi. Lalu terdengar suara.


SUARA (O.S.)
Ini semua tidak berakhir mudah. Semua pintu sudah dikunci. Satu-satunya yang belum tertutup adalah masuk ke dalam lorong. Itu bukan sumur tapi lorong.


- Lissa pergi ke kamar yang ada sumurnya, dan melihat pantulan wajahnya di air, perlahan di sebelah pantulan wajahnya ada makhluk wanita rambut yang sudah retak wajahnya dan matanya mulai terbuka, lalu pantulan wajah keduanya menghilang seiring berubahnya air di sumur menjadi kabut. Dia lalu terdorong masuk ke lorong berbentuk sumur.


CUT TO


58. INT. SEBUAH TEMPAT DENGAN LORONG BERCABANG - MALAM


- Lissa merasa seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, ada beberapa pilinan benang yang menempel dan mengendalikan tubuhnya (bedanya sama boneka marionette, benang yg ini bukan dari atas tapi dari depan dan terus menariknya pelan-pelan ke depan)

- Di sebuah lorong panjang orang-orang tak dikenal membicarakan dan menertawakannya. Pada bagian tengah dari orang yang berdiri menertawakannya, Lissa sempat menangkap keberadaan seorang anak perempuan kecil berambut sebahu yang mirip dengan kakak perempuan Quna (10) yang pernah dia temui dulu. Di dekat anak itu ada gambar permainan engklek berwarna terang (seperti menyala dalam kegelapan) dan berukuran kecil di dinding. Anak itu bermain engklek dengan jari tangannya.

- Setelahnya, Lissa melewati lorong sepi dan lebih gelap, pada saat melewati bagian tengahnya, Lissa menangkap ada jalur lorong lain ke kiri dan ke kanan yang kedua lorong itu sedikit lebih terang dari lorong yang Lissa lewati, seolah titik lorong itu semacam perempatan.

- Di lorong kanan, Lissa melihat bagian dua bagian tepinya masing-masing tertata kursi kayu berderet, ada para remaja yang tampak seumuran, memakai kaos oversize dan topeng (halus tapi creepy) duduk dengan dingin di kursi, lalu dari ujung lorong muncul seorang cewek memakai gaun yang sedikit sobek di bagian bawahnya berjalan seperti orang yang hampir kehilangan kesadaran, dan ditonton oleh para remaja di kanan dan kirinya. Sedangkan di lorong kiri hanya ada satu buah mesin kancing di ujungnya dan seseorang yang sedang mengancing di sana. Tapi Lissa juga merasakan kejanggalan di sana, karena secara sepintas, mata tukang kancing tersebut seperti lebih banyak proporsi hitam dibanding putih. Di setiap ruas jarinya ada beberapa jarum mesin kancing yang menancap (sejenis TQ 13) dan anehnya tak berdarah. Di dinding juga tersandar sebuah palu besar. Lissa merasa mengancing tidak ada hubungannya dengan palu, jadi seharusnya benda itu tidak ada di sana.

- Lissa hampir memasuki ruas lorong berikutnya, dan melihat suasana di sana hening juga gelap, tapi anehnya, saat Lissa benar-benar masuk, perjalanan justru seperti memasuki lorong pertama dengan orang-orang tak dikenal yang membicarakan dan menertawakannya. Di bagian tengah masih ada anak perempuan kecil dan gambar permainan engklek bersinar di dinding. Tapi kemudian Lissa menyadari bahwa jari tangan yang dia gunakan untuk bermain sudah tidak ada, seperti terpotong. Anak itu hanya menempelkan telapak tangannya yang terpotong di dinding dan sedikit berusaha menggerak-gerakkannya.

- Perjalanan Lissa hampir berakhir di sebuah lorong buntu. Ternyata pilinan benang yang ada di tubuh Lissa terhubung dengan sebuah boneka memiliki detak jantung berbunyi radio (kresek-kresek) yang tampak dari samping berdiri mengambang di tengah tembok. Air mata Lissa mengalir deras. Lissa menggigil takut dan berusaha melepaskan diri tapi tak mampu bahkan sekadar menggerakkan mulut, justru perlahan mukanya menjadi aneh saat digerakkan, meleyot-meleyot seperti patung lilin yang terlihat tidak alami. Perlahan Lissa semakin mendekat. Lampu menyala dan meredup bergantian. Setiap lampu mati boneka itu menoleh ke arah Lissa, dan saat hidup boneka itu mukanya pucat mengerikan seperti mati sekarat dengan lidah terjulur.


END FLASHES


59.INT. KAMAR LISSA - MALAM


Lissa terbangun dari mimpinya. Dia tertidur dalam posisi duduk. Bonekanya tidak ada, tapi Lissa merasa dari setiap kamar yang kosong masih ada suara orang-orang yang menyorakinya, bersahutan.


SUARA ORANG-ORANG (O.S.)
(bersahutan)
kurang berbakat, gak berguna, ketinggalan jaman, lelah, payah, kurang bisa diandalkan.


Lissa meraba-raba surat yang akan dikirim ke Quna di sekitar mejanya, tapi tidak ketemu.

Muncul Shif Malam yang terlihat kedinginan.

Perhatian Lissa langsung teralih, kucing itu dipeluk sambil selimutan.


LISSA  
Aku selalu penasaran siapa yang suka antar jemput kamu, rumahku ini kan agak jauh dari toko buku.


Lissa mengambil foto tampak depan sebuah rumah yang ada di laci (butik Alani).


LISSA (CONT'D)
Ini rumah lamaku, kapan-kapan kita ke sana, ya. Selain rumah ini, ada satu hal yang kusayang banget, itu ayah. Tapi ibu dah sita semua barang yang memorabel. Lissa sedih.


FX bunyi ketukan. 


Lissa mengelus kucing sebelum meninggalkannya untuk mencari arah suara. Dia mendengar bisikan.


SUARA BISIKAN (O.S.)
Jangan lupa tutup jendela, jangan lupa tutup jendela.
Seorang pemanjat ulung menaiki gedung, memangkas semua tanaman sayur dan bunga, lalu menaruh sumurnya dari arah jendela.


Lissa menyadari suara ketukan dari arah jendela dan menemukan Arsan datang.


ARSAN
Tadi pintunya dah kebuka, kamu tidur nyenyak, aku lelah makanya aku masuk, yang penting, kan , nunggunya di luar, di balkon cinta kayak biasanya.


LISSA
(sambil lalu)
Ini rumahmu jadi bisa datang sesuka hati?


ARSAN
(senyum sendu)
Emang bukan, ini rumahmu dan ibumu.


Lissa akhirnya menatap Arsan sedikit serius.


LISSA
Kenapa kamu kepikiran dateng dini hari gini?


Lissa meraba kening Arsan.


LISSA
(lanjutan)
Waras gak?


ARSAN
Kubawain cokelat home made setoples. Ni cokelat rasa ubi kukus.


LISSA
Aku gak percaya ni rasa ubi kukus, seumur hidup aku lum pernah denger.


ARSAN
Kamu dibilangin, aku sama kakek tu dua orang muda yang suka bertualang rasa, jadi kalau ngeracik cokelat doang mah... (menjentikkan jari)


LISSA
Besok racik cokelat rasa udang galah.


ARSAN
Ibarat cerita, ada cowok kasih cokelat ke cewek kenalan baru, kan wajar, mukanya jangan datar amat lah.


LISSA
Jadi makin ragu. Ini gak da racunnya, kan?
Lagian Arsan, masa muda si kakek keriput dah kelewat puluhan tahun, jaman dulu dia pakai sampo orang-aring. Kita juga gak lagi jadi tokoh cerita, Arsan. Kita nyata.


ARSAN
Ah, bergema. Kita nyata. Kita nyata.


CUT TO


60. INT. / EXT. MADAF BOOK STORE - PAGI


Lissa membawa seplastik buah-buahan.

Di depan bangunan Madaf Book Store, ada seorang pengunjung memberi Lissa sebuah tas kertas berisi biskuit dalam kemasan. 


LISSA
Dari siapa?


PENGUNJUNG
Tadi ada yang titip, katanya biskuit kucing.


Lissa menerimanya dengan perasaan senang campur heran. Di dalam Lissa langsung mencari keberadaan kucing Shif Malam. Saat melihatnya, Lissa merasa lega. Kucing sedang rebahan di kasur kucing dekat counter buku.


LISSA (CONT'D)
Syukur, ada. Tadi malem aku kelupaan kamu gara-gara orang aneh.


ALINE
Orang aneh siapa?


LISSA (CONT'D)
Bukan siapa-siapa. Oh ya, ni kebetulan aku bawa sesuatu. Buat meongku tersayang. Coba tebak, (jeda), tarang, ada biskuit kucing.


ALINE (CONT'D)
Wah, selamet ya. Yang ada kesempatan mau reunian ma temen lama. Aku ambil tempat makannya meong dulu ke sini.


LISSA (CONT'D)
Aline, titip ini buat RINI, aku gak bisa lama-lama. Ada kerjaan di butik. Duluan ya, titip meong juga. Salam buat semua.


(visualnya sambil memberikan plastik berisi buah-buahan)


ALINE (CONT'D)
Ya, makasih banyak. Mereka libur hari ni. Aku lagi jaga sendiri. Nanti kusampaiin.


CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar