Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
07.
52. INT. Madaf Book STORE - MALAM
Lissa berjalan lurus melewati Rima dan Zuni (dua-duanya pakai baju olahraga) yang duduk di kursi sambil meluruskan kaki. Suasana toko buku sepi, tapi pintu terbuka.
Zuni menggendong punggung Rima yang kelihatan agak pucat wajahnya.
Lissa berjalan menyertai mereka sampai ke dalam kamar loteng, terutama agar mereka tidak jatuh di tangga. Aline sudah duluan di sana.
Semua menoleh ke arah Lissa.
Rima dan Zuni rebahan santai di kasur masing-masing sambil bercanda.
Lissa duduk di samping Aline yang sedang melipat baju. Aline mengambil sebuah novel dan memberikannya kepada Lissa. Lissa membukanya dan menemukan sebuah foto di bawah sampul.
Dua wanita saling tersenyum dan merangkul, memakai baju dengan nuansa etnik, ada coretan nama di bagian bawah foto masing-masing wanita, Mima Detri & Nora Salka.
Lissa mengangguk.
Aline membisikkan idenya ke telinga Lissa.
CUT TO
53. INT. KAMAR LISSA - MALAM
(visualnya dari pembicaraan Aline dan Lissa adalah Lissa sudah ada di kamarnya, menulis surat yang ingin dia kirim untuk Quna lalu ketiduran.)
CUT TO
54. INT. KAFE QUEEN OLIVE - MALAM
Quna, Kun, dan Hara sedang mengobrol tentang Lissa di kafe Quna.
Quna memamerkan sebuah album foto di tangannya.
Kun mengambil album di tangan Quna.
Kun dan Quna lihat foto Lissa pakai seragam SMP sedang makan kue berdua sama Arsan di kafenya.
FLASHES
55. INT. RUMAH LISSA - SORE
- Lissa berjalan di koridor menuju kamarnya sendiri tanpa alas kaki, saat dia mendengar lagi bunyi kemericik di sebuah kamar dimana dia hampir sampai. Dia mendekati kamar itu perlahan, dan ada hal yang menurutnya sangat aneh, karena pintu tiba-tiba terbuka sedikit. Perasaannya maju mundur antara ingin mengintip dan memenuhi hasrat penasarannya atau membuat pilihan aman dengan meninggalkan kamar itu segera.
- Lissa memilih yang kedua. Tapi baru beberapa langkah dia melewatinya, terdengar suara pintu kamar itu terbuka. Lissa membatalkan keputusannya yang pertama dan menerima tantangannya. Lissa berjalan mundur, dan saat dia berdiri persis di depan pintu, dia berbalik menghadap kamar lalu melangkah maju untuk melihat ke dalam. (di titik ini, kamera tetap di tempat dan tidak perlu mengikuti Lissa dan mengetahui apa yang dilihatnya)
CUT TO
56. EXT. JALANAN DEPAN GEDUNG RUMAH LISSA - SORE
Di luar gedung rumahnya, Lissa berlari di jalanan dengan ekspresi sangat ketakutan, berwajah pucat dan histeris. Dia mencoba mengajak bicara pejalan kaki. Seorang pedagang kaki lima ikut menghampirinya.
CUT BACK TO
57. INT. RUMAH LISSA - KORIDOR - RUANG JAHIT - KAMAR - SORE
- Lissa berjalan gontai di koridor, begitu mau naik ke tangga di lantai atas, dia mengurungkan niatnya lalu berjalan memasuki salah satu kamar di koridor tersebut. Anehnya, semua kamar di koridor itu memang sudah terbuka pintunya.
- Lissa mencoba tidur dengan memakai selimut di kamar itu. Dia kembali mendapati keanehan. Tangannya mengalami ruam-ruam sehingga Lissa mencoba mengusap-usapnya. Lissa memeriksa kembali selimut yang dipakainya, betapa herannya dia mendapati selimut itu terbuat dari semacam rajutan rambut manusia. Bahkan salah satu helainnya ada yang bercabang waktu dilihat oleh Lissa, sehingga dia yakin kalau itu memang rambut.
BCU rambut bercabang di selimut.
Samar-samar dia mendengar suara.
- Lissa kemudian mengangkat selimut, dan melihat ada sebuah wajah/kepala wanita dengan mata tertutup (tapi agak rata) yang masih terhubung dengan rambut berbentuk selimut itu. Perlahan, kepala agak rata yang tadinya agak di tengah lalu bergerak menjadi berubah posisi di atas. Rambut selimutnya lalu memeluk Lissa, membungkusnya seperti bayi.
- Lissa berusaha membebaskan diri memakai pisau lipat kecil, lalu berlari ke lantai atas, sepanjang koridor, sambil memasukkan lagi pisau lipat ke kantung celananya. Di koridor, dia melihat pintu ruang jahit terbuka, Lissa masuk dan menemukan gunting besar (yang biasa dipakai tukang potong kain).
- Perasaan Lissa benar bahwa kepala berambut selimut mengejarnya walaupun matanya masih tertutup. Makhluk itu sudah ada di koridor. Lissa lalu memberanikan diri menariknya, dan membaliknya agar wajahnya tidak kelihatan. Lissa lalu menggunting-gunting selimut itu sampai jadi potongan-potongan yang berdarah. Terakhir, dia membuang guntingnya ketakutan.
- Lissa duduk menangis di sudut ruang jahit, dia mengira semuanya sudah berakhir, tapi perlahan selimut itu seperti merayap dan akan berkumpul lagi. Lalu terdengar suara.
- Lissa pergi ke kamar yang ada sumurnya, dan melihat pantulan wajahnya di air, perlahan di sebelah pantulan wajahnya ada makhluk wanita rambut yang sudah retak wajahnya dan matanya mulai terbuka, lalu pantulan wajah keduanya menghilang seiring berubahnya air di sumur menjadi kabut. Dia lalu terdorong masuk ke lorong berbentuk sumur.
CUT TO
58. INT. SEBUAH TEMPAT DENGAN LORONG BERCABANG - MALAM
- Lissa merasa seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, ada beberapa pilinan benang yang menempel dan mengendalikan tubuhnya (bedanya sama boneka marionette, benang yg ini bukan dari atas tapi dari depan dan terus menariknya pelan-pelan ke depan)
- Di sebuah lorong panjang orang-orang tak dikenal membicarakan dan menertawakannya. Pada bagian tengah dari orang yang berdiri menertawakannya, Lissa sempat menangkap keberadaan seorang anak perempuan kecil berambut sebahu yang mirip dengan kakak perempuan Quna (10) yang pernah dia temui dulu. Di dekat anak itu ada gambar permainan engklek berwarna terang (seperti menyala dalam kegelapan) dan berukuran kecil di dinding. Anak itu bermain engklek dengan jari tangannya.
- Setelahnya, Lissa melewati lorong sepi dan lebih gelap, pada saat melewati bagian tengahnya, Lissa menangkap ada jalur lorong lain ke kiri dan ke kanan yang kedua lorong itu sedikit lebih terang dari lorong yang Lissa lewati, seolah titik lorong itu semacam perempatan.
- Di lorong kanan, Lissa melihat bagian dua bagian tepinya masing-masing tertata kursi kayu berderet, ada para remaja yang tampak seumuran, memakai kaos oversize dan topeng (halus tapi creepy) duduk dengan dingin di kursi, lalu dari ujung lorong muncul seorang cewek memakai gaun yang sedikit sobek di bagian bawahnya berjalan seperti orang yang hampir kehilangan kesadaran, dan ditonton oleh para remaja di kanan dan kirinya. Sedangkan di lorong kiri hanya ada satu buah mesin kancing di ujungnya dan seseorang yang sedang mengancing di sana. Tapi Lissa juga merasakan kejanggalan di sana, karena secara sepintas, mata tukang kancing tersebut seperti lebih banyak proporsi hitam dibanding putih. Di setiap ruas jarinya ada beberapa jarum mesin kancing yang menancap (sejenis TQ 13) dan anehnya tak berdarah. Di dinding juga tersandar sebuah palu besar. Lissa merasa mengancing tidak ada hubungannya dengan palu, jadi seharusnya benda itu tidak ada di sana.
- Lissa hampir memasuki ruas lorong berikutnya, dan melihat suasana di sana hening juga gelap, tapi anehnya, saat Lissa benar-benar masuk, perjalanan justru seperti memasuki lorong pertama dengan orang-orang tak dikenal yang membicarakan dan menertawakannya. Di bagian tengah masih ada anak perempuan kecil dan gambar permainan engklek bersinar di dinding. Tapi kemudian Lissa menyadari bahwa jari tangan yang dia gunakan untuk bermain sudah tidak ada, seperti terpotong. Anak itu hanya menempelkan telapak tangannya yang terpotong di dinding dan sedikit berusaha menggerak-gerakkannya.
- Perjalanan Lissa hampir berakhir di sebuah lorong buntu. Ternyata pilinan benang yang ada di tubuh Lissa terhubung dengan sebuah boneka memiliki detak jantung berbunyi radio (kresek-kresek) yang tampak dari samping berdiri mengambang di tengah tembok. Air mata Lissa mengalir deras. Lissa menggigil takut dan berusaha melepaskan diri tapi tak mampu bahkan sekadar menggerakkan mulut, justru perlahan mukanya menjadi aneh saat digerakkan, meleyot-meleyot seperti patung lilin yang terlihat tidak alami. Perlahan Lissa semakin mendekat. Lampu menyala dan meredup bergantian. Setiap lampu mati boneka itu menoleh ke arah Lissa, dan saat hidup boneka itu mukanya pucat mengerikan seperti mati sekarat dengan lidah terjulur.
END FLASHES
59.INT. KAMAR LISSA - MALAM
Lissa terbangun dari mimpinya. Dia tertidur dalam posisi duduk. Bonekanya tidak ada, tapi Lissa merasa dari setiap kamar yang kosong masih ada suara orang-orang yang menyorakinya, bersahutan.
Lissa meraba-raba surat yang akan dikirim ke Quna di sekitar mejanya, tapi tidak ketemu.
Muncul Shif Malam yang terlihat kedinginan.
Perhatian Lissa langsung teralih, kucing itu dipeluk sambil selimutan.
Lissa mengambil foto tampak depan sebuah rumah yang ada di laci (butik Alani).
FX bunyi ketukan.
Lissa mengelus kucing sebelum meninggalkannya untuk mencari arah suara. Dia mendengar bisikan.
Lissa menyadari suara ketukan dari arah jendela dan menemukan Arsan datang.
Lissa akhirnya menatap Arsan sedikit serius.
Lissa meraba kening Arsan.
CUT TO
60. INT. / EXT. MADAF BOOK STORE - PAGI
Lissa membawa seplastik buah-buahan.
Di depan bangunan Madaf Book Store, ada seorang pengunjung memberi Lissa sebuah tas kertas berisi biskuit dalam kemasan.
Lissa menerimanya dengan perasaan senang campur heran. Di dalam Lissa langsung mencari keberadaan kucing Shif Malam. Saat melihatnya, Lissa merasa lega. Kucing sedang rebahan di kasur kucing dekat counter buku.
(visualnya sambil memberikan plastik berisi buah-buahan)
CUT TO