Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
16. #16 REUNI (BAGIAN 121-125)

16.


121. INT./ EXT. MOBIL TAKSI - JALAN RAYA - DEPAN RUMAH KATERING - PAGI


Taksi berhenti di depan sebuah rumah.

Hara masuk ke dalam, sesaat kemudian Debri keluar mobil untuk menjawab panggilan telepon dari seseorang. Supir taksi menggunakan kesempatan ini untuk tancap gas.


Mobil taksi dalam keadaan berhenti. 

Diperlihatkan antara supir taksi, Quna, dan Debri dalam suasana yg lebih santai. Mereka semua mengobrol.


SUPIR TAKSI
Aku pikir tadi, jangan-jangan emang bahaya, mba. Seolah, ya, kayak ada yang disembunyiin di bagian belakang tempat ini, takutnya semacam human traficking terselubung. Sampai-sampai cewek kok diberi nama aneh, kayak nama makanan.


DEBRI
Wah, Bos, anjirr, kerjanya nguasain jalanan, giliran tontonannya di rumah, berat, konspirasi. Tenang, Bos, ntar ada bonus tambahan.


QUNA
Tadi aku dah ngebatin terus, si abang mikir macem-macem. Biar pusing tahu rasa. Makasih bos, dah bantuin. Bentar lagi kita pertunjukan kelas drama.


(visualnya sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, sebagai tanda minta maaf)


CUT TO


122. INT./ EXT. RUMAH KATERING - PAGI


Mereka berhenti di sebuah usaha katering, pemiliknya teman ibunya Hara. Dari depan, bangunan tersebut tampak sepi, sedangkan di dalamnya sudah ada beberapa ibu-ibu lain yang kumpul mau pesan katering.


HARA
Ibu-ibu ni mau lamar kerja di sini? Dah antri ja, menor pagi-pagi.


IBU 1
Mau pesen katering, Mas. Kalau kita, dah ada kerjaan semua, aku suplayer buah. Ibu yang ono pengrajin sale. Yang satu agak intelek dikit, jadi WO. Wah, kadang yang minta diurusin nikahnya anak orang penting.


HARA
Palingan buah kersen.


IBU 1
(sambil cubit pipi)
Kemarin ibu baru beli buah duku 50 box.


Ibu tersebut memberi kode kepada dua temen lainnya untuk mengeroyok Hara. Hara jadi bulan-bulanan, dicubit, dijambak, ditabok pundaknya, ditanyain kapan nikah secara bersamaan.


IBU 2
(sambil nabok pundak)
Rajin kuliah kerja, ya. Biar dapur ngebul.


IBU 3
(sambil ngejambak)
Aku kenal ini, anaknya bu Rosa, kan. Kapan nikah, mas?


HARA
Emang yang paling bahaya di dunia ini mak-mak bar-bar.


Hara tampak bicara serius sama pemilik katering, setelah beberapa lama Hara masuk mobil lagi dan mereka melanjutkan perjalanan. (suara tidak ditampilkan)


Hara kembali ke mobil sambil misuh-misuh.


HARA (CONT'D)
(kepada supir taksi)
Itu bangunan misteri, Bos, masuk ke sana banyak siksaan. Katering sukses tanpa plang nama.


CUT TO


123. INT. SANGGAR MENDONGENG - PAGI


Sanggar Mendongeng ini bentuknya terbuka seperti rumah joglo. Hara berdiri di luar sanggar bersama seorang PENDONGENG PEREMPUAN (30an). Mereka bicara sambil tersenyum melihat ke arah anak-anak yang sedang membaca dengan posisi tidak beraturan. Ada seorang anak perempuan melambai pada Hara. Di sisi lain, Quna dan Debri duduk di bangku kayu panjang melihat Hara bicara.


HARA
Saya harap dengan hadirnya pendongeng dari sanggar ini ke kafe kami, nantinya bisa nambah antusiasme anak-anak sama keluarga buat datang ke kafe yang mulai menyediakan sarana pendukung peningkatan minat baca seperti yang sedang kami rintis sekarang. 


PENDONGENG
Tentu saja, Kak. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Lihat, baru datang, Kakak cantik (menunjuk Quna yang bercanda dengan anak perempuan tadi) dah punya penggemar. Adik kecil yang cantik itu namanya Melisa.


HARA
Namanya melisa?


Baik Hara, Quna, dan Debri memperhatikan anak perempuan kecil itu.


QUNA 
(sedikit menarik baju Hara) Apa maksudnya kamu bilang 'kafe kami'?


HARA (CONT'D)
Kukis inget, kan, ibu gue tu selalu jadi pembeli paling pertama and paling rajin dari zaman dahulu kala, berarti secara gak langsung gue juga punya saham di situ.


QUNA
(sambil agak sewot campur ketawa)
Ngeselin.


(Camera follow anak kecil bernama melisa yang berlari dikejar beberapa temannya karena membawa kabur toples berisi kukis. Melisa menuju Quna lalu bersembunyi di belakangnya sambil meremas tangan Quna.)


MELISA 
Kakak yang baik kalau mau selametin Lisa, nanti dibagi kue nyami. Bunyinya kres...kres...kres.


(Melisa mempraktikkan makan kue. FX bunyi kres.)


QUNA
Bunyi kukis.


Anak-anak yang lain hanya berdiri di depan Quna sambil cengar-cengir tidak berani mengejar lagi.


ANAK LAKI-LAKI KECIL
Lisa curang, sembunyinya sama kakak yang besar.


ANAK-ANAK KECIL LAIN
(sahut-sahutan)
Iya, bener.


HARA
Kalau gitu, sekarang kalian bisa baca dongeng lagi sama kakak yang baik itu (pendongeng). 


Debri sempat mencomot satu kue dari toples yang dibawa Lisa. Terlihat pendongeng mendekat ke arah anak-anak.


Quna melihat cukup intens ke arah Melisa.


QUNA
Kasih ja kukisnya, yang penting Lisa gak dikejar lagi.


Melisa menggeleng sedih.


QUNA
Tunggu bentar, ya.


Diperlihatkan sekarang di tengah-tengah sanggar mendongeng ada beberapa toples yang masing-masing berisi kue kering yang berbeda.


CUT TO


124. INT. RUMAH LISSA - RUANG BENANG - SIANG


Lissa ketiduran sebentar, dan saat terbangun ada Arsan duduk di sampingnya, sementara Aline sudah tidak ada.


ARSAN
Jangan khawatir, semua dah beres.


LISSA
Cewek yang pakai piyama putih, apa dia mati?


ARSAN
Iya.


LISSA
Ngapain kamu bunuh cewek itu?


ARSAN
Gimana kamu langsung kepikiran aku yang habisin itu cewek?


LISSA
Dia bilang dia tolong aku karena namanya Lissa, dan dia mau cari kamu, Ay.


ARSAN
Fine, cewek yang namanya Lissa itu emang sempet tolong kamu, tapi bukan jaminan dia akan lepasin kamu gitu ja, karena bisa jadi dia anggap kamu juga ada hubungannya sama hal buruk di masa lalu.


Arsan tampak menceritakan semuanya, suara tidak dimunculkan sampai pada bagian:


ARSAN
Jujur, kenalan sama kamu sempet bikin aku goyah. Akhirnya aku juga tahu perlakuan ibu ke kamu ternyata gak sebaik di permukaan, selama ni kamu jauh lebih menderita. 


LISSA (CONT'D)
Diem-diem kamu pulang ke rumah mau cari foto keluarga, malah ketemu foto-foto korban.
Soal cewek piyama putih...


ARSAN
Mereka saling serang, trus berakhir sama-sama mati.


LISSA
Boleh aku minta waktu sendiri dulu, Ay?


Arsan terlihat merasa bersalah dan sudah mau melangkah pergi, Lissa melanjutkan:


LISSA
Kamu bisa, kan, tunggu di ruang sebelah?
Aku pingin nangis, pingin teriak.


Terdengar suara teriakan dan sedikit gaduh seperti benda jatuh yang didengar Lissa dan Arsan.


ARSAN
Aku khawatir mereka masih ada, biar aku cek dulu, tunggu di sini, ya (bisik Arsan di telinga Lissa).


LISSA
Kamu gak perlu terlalu jauh, Ay.


Arsan menatap Lissa sebentar.


LISSA (CONT'D)
Walau kadang sisi baikmu perlu ditanyain ulang. Seenggaknya, kamu gak pernah bener-bener pergi ninggalin atau lupain aku.


ARSAN (CONT'D)
Aku yang pernah bikin temen-temenmu pergi.


LISSA (CONT'D)
Kamu bener, secara gak langsung kamu selametin mereka di saat yang tepat, dari bahaya yang kapan ja bisa datang. Cepet atau lambat, ibu pasti akan ngelakuin sesuatu ke setiap orang yang deket sama aku.
Beda sama ARINI yang terus awet, karena mereka itu sebatas halusinasi.
Ay, gimana sih rasanya hidup sekian lama, tanpa temen sungguhan, satupun, seolah kita tuh transparan bagi orang-orang.
Kalau kamu yang jadi temenku, aku juga lebih lega, soalnya kamu punya nyali dan paham setiap resikonya.
Lagian, kamu juga harus bantu mikirin, gimana caranya kita bisa lepas dari permasalahan cewek-cewek Lissa.


ARSAN
(senyum)
Kamu dah kayak guru, banyak PRnya.


LISSA
(senyum)
Bedebah.


CUT TO


125. INT. RUANG DUDUK RUMAH LISSA - SIANG


Di sofa Mita duduk dengan lemah.


KUN (CONT'D)
Pagi banget aku cari-cari Mita, dia gak ada di rumah. Syukur dia ke sini, bukan langsung ke rumah wanita psikopat itu.


Arsan dan Lissa sedikit bereaksi kurang nyaman.


KUN
Sorry, aku lupa kalau dia tetep ibu kalian.


MITA (CONT'D)
Aku mau pingsan, kaget banget lihatnya, kirain salah gedung, atau aku lagi mimpi. Pantas Kun was-was kalau kuajak ke sini, padahal aku cuman mau balikin tasnya Lissa.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar