Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
1. #1 REUNI (BAGIAN 1-10)

01


01. EXT. SEKOLAH - LAPANGAN RUMPUT - PAGI 


Terlihat kesibukan siswa dan guru mempersiapkan acara kelulusan yang akan digelar outdoor. Beberapa kru sedang memastikan tenda untuk panggung terpasang dengan baik. Kursi-kursi kayu tertata rapi di depan panggung. LISSA (14) tampak duduk menyendiri pada salah satu kursi kayu di sudut depan. IBU GURU MIA (35) datang dan menyapanya.


IBU GURU MIA
Pagi, Lissa.


Lissa mengangguk dengan sikap yang hambar.


IBU GURU MIA (CONT'D)
Sayang sekali SOFI (14) belum juga ketemu. Berhari-hari hilang tanpa kabar, dia juga siswi berprestasi sama seperti Lissa.


( Visualnya ibu guru hanya sempat berhenti sebentar di depan Lissa untuk beberapa kata pertamanya lalu lanjut berjalan ke arah siswa dan guru yang lain, walaupun hanya berjarak beberapa meter, suaranya seolah semakin mengecil/menjauh. Lissa agak memperhatikan dari belakang dengan sedikit menoleh lalu kembali seperti semula)


CUT TO FLASH BACK


02. INT. RUANG KELAS - PAGI - FLASHBACK - MONTAGE


- Ibu guru Mia berdiri di depan siswa-siswa dalam kelas, diapit dua siswa berprestasi yaitu Lissa dan Sofi.

- Lissa dan temannya Sofi duduk berdua di bangku depan, sedangkan teman lainnya di belakang. 

- Sofi duduk sendiri sambil memegang buku tulis miliknya yang dia berdirikan dan sedikit diketukkan ke meja dengan ritme dua kali ketuk beberapa kali, lalu memperhatikan bangku Lissa yang kosong di sebelahnya.


END MONTAGE


FLASH BACK CUT TO


03. EXT. SEKOLAH - LAPANGAN RUMPUT - PAGI 


Lissa agak memperhatikan lagi percakapan ibu guru Mia dengan tiga siswa perempuan dan dua guru lain, mereka dalam posisi yang berbeda-beda, ada yang berdiri dan duduk di kursi.


IBU GURU MIA
(Raut wajah menyesal) 
Bahkan ada kemungkinan dia lewatkan acara pelepasan kelulusan besok.


Dua guru lainnya mengangguk dan mengiyakan perkataan ibu guru Mia.


SISWA PEREMPUAN 1
Kapan kita akan reuni, ketemu kumpul-kumpul kayak gini lagi?


SISWA PEREMPUAN 2
Baru saja mau lulus, masa ngebahas reuni?
Yuk, bahas bakal seasik apa ntar kita di SMA.


SISWA PEREMPUAN 3
Aku tahu, kalau sampai ada reuni sekolah beneran, belum tentu semua bakal semangat hadir.


Mereka gantian memperhatikan ke arah Lissa, sehingga bertemu tatap dengannya sebentar, lalu Lissa melihat ke arah lain.


SISWA PEREMPUAN 3
Satu-satunya temennya ngilang.


Tiba-tiba, Lissa melihat suasana menjadi cukup hening, semua orang yang ada di lapangan rumput hari ini termasuk dirinya, duduk dengan rapi dan memperhatikan seseorang. Dia melihat seseorang yang mirip dirinya sendiri berjalan ke atas panggung serta mengucapkan kata-kata yang tidak dimunculkan suaranya, sampai pada bagian:


LISSA KEDUA
(Menampakkan kesedihan mendalam)
Saya menyampaikan penyesalan atas kepergian Sofi untuk selama-lamanya, sehingga tidak bisa mengikuti acara kelulusan bersama-sama.


Lissa menunduk dan sesaat kemudian suasana kembali seperti semula, keheningan itu menghilang persis ketika PAK GURU (50an) memintanya naik ke panggung, untuk berbicara dengannya mengenai acara besok, dimana Lissa akan tampil sebagai peraih nilai terbaik.


PAK GURU
Gak terasa kelulusan sudah di depan mata.
Sebagai siswa berprestasi dan peraih nilai terbaik yang akan tampil besok, kira-kira, pesan atau saran apa yang mau Lissa sampaikan pada sekolah ini agar lebih berkembang lagi? Apa bapak boleh tahu?


Terdengar suara panggilan berulang dari sebuah speaker yang cukup asing.


SUARA SPEAKER (O.S.)
Ini pengumuman nama siswa yang belum mengembalikan buku pinjaman di perpustakaan keliling kami:
Untuk siswa bernama Felis Alissa R diharap mengembalikan buku.
Sekali lagi, siswa bernama Felis Alissa diharap mengembalikan buku.


CUT TO


04. INT./ EXT. SEKOLAH - AREA HALAMAN DEPAN - PAGI


BCU deretan buku dan novel yang tertata rapi pada rak di dalam mobil.

CU tampak samping muka seorang laki-laki yang bicara dengan speaker ( JAFFAN, 17 ) mengenakan topi, dan terkesan misterius.


CUT BACK TO


05. EXT. SEKOLAH - LAPANGAN RUMPUT - PAGI 


Lissa berpamitan pada pak guru, bilang mau menemui perpus keliling karena belum mengembalikan buku.


LISSA
Pak guru, Lissa pamit sebentar, ya. Ada perpus keliling bilang Lissa belum kembaliin bukunya. Ntar, bisa-bisa Lissa dilarang lulus.


PAK GURU
Perpus keliling? Ya...ya... Wah, Lissa pintar guyon juga. Pak guru anggap, pengadaan perpus keliling adalah saran bagus, untuk menumbuhkan minat baca para siswa yang memang belakangan semakin menurun. Kalau usul kamu disetujui, mudah-mudahan nantinya sekolah ini bisa menjadi penyedia perpus keliling untuk membantu sekolah-sekolah lain yang referensi buku-bukunya kurang lengkap. Terima kasih banyak, Nak. 


CUT BACK TO


06. EXT. SEKOLAH - KORIDOR DI DEPAN KELAS-KELAS - HALAMAN DEPAN - PAGI


Lissa pergi mencari asal suara perpus keliling yang tadi memanggil namanya. 

LS Lissa berjalan menelusuri koridor depan kelas-kelas dan sedikit bertanya pada siswa lain. 


SUARA SPEAKER (O.S.)
Untuk siswa bernama Felis Alissa R diharap mengembalikan buku.


Camera follow Lissa yang melangkah dengan agak cepat menuju asal suara. Setelah berjarak belasan meter Lissa berhenti. Di depan dia melihat ada sebuah mobil perpus keliling , seorang supir turun dari mobil begitu melihat Lissa datang.

Lissa mengubah langkahnya menjadi lebih tenang.


Lissa sudah ada di hadapan orang tersebut


LISSA
Aku ngerasa gak pernah pinjem buku, di sini belum pernah ada perpus keliling.


LAKI-LAKI MISTERIUS/ JAFFAN
Ada pesan buat lo dari seseorang, namanya Jaff.


LISSA
Siapa Jaff?


JAFFAN
Gue.


LISSA 
Siapa tadi?


JAFFAN
Gue Jaffan Madaf, sodara jauh lo.


LISSA
Oh, Jaffan Madaf. Aku gak tahu harus mulai dari mana.


JAFFAN
Tenang, biar gue.


MONTAGE


Lissa dan Jaffan berdiri dekat mobil buku.

- Jaffan yang saat pertama datang memakai baju bebas, sudah langsung terlihat berganti memakai seragam putih abu-abu.

- Jaffan baru selesai menyempurnakan mengancing kancing ketiga dan kedua bajunya, sedangkan Lissa sedikit membuang muka karena malu.

- Jaffan dan Lissa sudah dalam posisi duduk di set meja kursi lipat, ada setumpuk buku di atas meja tepat di hadapan mereka masing-masing, tampak Lissa menaruh buku terakhir pada tumpukan yang ada dihadapannya sehingga sejajar dengan tumpukan buku di hadapan Jaffan.

- Jaffan dan Lissa duduk memandangi tumpukan buku. Posisi tangan Lissa menopang dagunya, kelihatan cuek dan tidak menampilkan keceriaan. 


FX bunyi cekrek dan tambahan efek cahaya kedipan yang menandakan mereka sedang difoto.


END MONTAGE


Seorang FOTOGRAFER LAKI-LAKI (20an) mengarahkan Jaffan dan Lissa untuk foto bersama.


FOTOGRAFER 
Coba ulangi sekali lagi.


Lisa secara tidak langsung menunjukkan keengganan, sehingga menutup mukanya dengan sebuah buku yang dibuka.


JAFFAN
Ngapain?


FOTOGRAFER 
Hasilnya malah kayak orang sebel-sebelan. 


Fotografer menunjukkan kepada Lissa beberapa foto hasil jepretannya yg bagus di album, bertema para siswa dalam seragam putih abu-abu dan kegiatan di sekolah. Ada yang kelihatan modern, ada yang hitam putih, bahkan ada yang benar-benar seperti jadul.


LISSA
Jadi fotografer sejak angkatan tahun berapa? Masa fotonya ada yang jadul banget, tapi bagus si.


JAFFAN
Iya sudah, kalau Lissanya gak mau, pakai itu ja dan kasih keterangan tulisan: Lissa orangnya gampang sewot. 


Lissa langsung membuka buku yang menutupi mukanya dengan kesal.


JAFFAN
Yang penting tu, gue tetep ikut partisipasi bikin buku tahunan saudara gue tersayang versi sinting.


LISSA
Itu kamu.


DISSOLVE TO


07. INT./ EXT. PINGGIR JALAN - MOBIL - PAGI


LISSA DEWASA (20), memakai seragam sekolah SMP putih biru, mengendarai mobilnya dan berhenti di pinggir jalan. Dari dalam mobil dia memperhatikan sebuah bangunan.

BCU bagian bangunan yang bertuliskan Kafe Kue Queen Olive

ES bangunan kafe 


CUT TO


08. INT. / EXT. KAFE QUEEN OLIVE - PAGI


Camera follow Lissa memasuki kafe yang sedang ramai. Tempat sedang penuh dan hanya menyisakan dua meja, satu di tengah dan satu di sudut. Lissa menginginkan meja yg letaknya di sudut, tapi dia menyadari bahwa sepertinya ada seorang pengunjung lain (ARSAN,21) yang menginginkan meja tersebut. Lissa sudah memegang bagian atas kursi yang mau didudukinya, sementara pengunjung laki-laki itu melihat ke arah kursi di seberang yang mau didudukinya, ke arah meja, kemudian ke arah Lissa. Sontak Lissa melepaskan tangannya dari kursi dengan canggung.


ARSAN
Boleh aku duduk di sini, sama kamu?


LISSA
(nada bicara biasa dan polos)
Aku juga penginnya di sini, gak sama kamu.


Lissa mencerna kejadiannya dua detik.(dibarengi FX bunyi napas yang terdengar lirih)


LISSA
Lain kali ja aku mampir lagi.


Lissa mulai berbalik untuk berjalan pergi, dan pengunjung laki-laki itu mulai mengatakan beberapa hal yang membuatnya kembali dengan dipenuhi tanda tanya.

ARSAN
Tenang ja, aku gak akan ngadu, kok, sama siapapun kalau kamu bolos sekolah.
Gak akan diem-diem ngambil foto atau rekaman, termasuk waktu kamu mengendarai mobilmu itu yang kemungkinan tanpa izin mengemudi.


LISSA
(nada bicara masih biasa dan polos)
Harusnya orang-orang mulai berhenti sok tahu.


ARSAN
Kalau gitu jangan bikin orang sok tahu.


LISSA
Terserah kalau mau rekam atau yang lainnya, kita ja gak saling kenal. Ini semua hanyalah drama, aku lagi pakai kostum drama.


Serta merta Lissa duduk dengan agak lesu dengan arah pandangan mata yang tidak fokus, pengunjung laki-laki yang menyebalkan juga menempati kursinya.

Pesanan Lissa dan pengunjung laki-laki sama-sama datang.

Seorang pengunjung wanita (TUTOR MENULIS,30) menempati meja kosong di tengah. Dia mengambil hape dari tas lalu terlibat percakapan telepon dengan kenalan lamanya bernama BI EDAH (30an). Sambil makan kue, Lissa memperhatikan dan mencuri dengar ke arahnya.


TUTOR (CONT'D)
Rasanya seneng, Bi Edah, bisa berbagi pengalaman. Biar skala sekolah, ni bukan kelas menulis biasa. Soalnya kalau denger kabar dari penyelenggara kemarin, katanya dia gabungan beberapa sekolah sekaligus.


BI EDAH (O.S.)
Kelas gabungan?


TUTOR
Iya, aku jadi tutor gara-gara diusulin sama kenalan aku, neng Quna, dia punya kafe kue enak yang baru buka berapa hari ni. Nama kafenya Queen Olive, ngambil dari namanya sendiri. Aku lagi nyobain. Tapi orangnya gak kelihatan, mungkin di dalem.

(visualnya sambil arah matanya mencari-cari keberadaan teman yang dimaksud).


BI EDAH (O.S.) (CONT'D)
Berarti ntar kamu bolak-balik.


TUTOR
Mau gimana lagi. Dunia tulisan dah jadi love banget, sampai aku bela-bela ngajuin atur ulang jam kerja di pengelolaan perkebunan anggrek.
Bi Edah, kan, sekarang nangkring di Jakarta ikut suami.


BI EDAH (O.S.)
(ada suara tawa renyah)
Nangkring, hahaha. 


TUTOR (CONT'D)
Iya lah, kalangan atas. Ntar, kalau ada waktu pengin ketemu aku tinggal dateng ja ke lokasi, di SMA Kemangi, tiap Saptu jam setengah empat sore mulai awal bulan depan.


BI EDAH (O.S.)
Ok, sip.


Arsan melambaikan tangan di depan Lissa untuk mengalihkan fokus gadis itu. Lissa menoleh dengan apatis.


ARSAN
Kamu kenal juga sama yang punya tempat ini, berarti bisa dapet harga spesial, harga khusus pelajar.


LISSA
kalau dia temen akrab, justru aku akan berbuat spesial, kalau perlu bayar dua kali lipat.


Saat Lissa keluar kafe, dia menyadari keberadaan dua orang laki-laki di dalam mobil yang mengawasi gerak-geriknya.


LISSA VO
Mobil itu lagi, mungkin orang suruhannya ibu. Selagi sibuk di luar kota, dia ngerasa bisa kirim orang buat ngawasin aku.
Dari dulu aku curiga kalau Jaffan jadi kurang nyaman ketemu di tempat umum, semua gara-gara mereka.


Lissa mengambil sebuah kartu nama bertuliskan Jaffan Madaf dan berisi alamat. Dia menggeleng lalu memasukkan kembali kartu tersebut ke dalam tas. Lissa menutup mata.


CUT TO


09. INT. KAMAR LISSA


LISSA VO
Bulan berganti bulan lain yang seenaknya mangkrak di langit. Bukan begitu, aku tahu bulan penting. Tapi aku khawatir bahwa akulah yang tidak sepenting itu berada di sini.
Sudah enam tahun berlalu sejak hari kelulusan sekolah menengah pertamaku, dan aku masih senang keluar memakai seragam yang sama. 


(Visualnya Lissa berdiri sambil menutup mata di dekat jendela kamarnya, dengan background langit yang terus berubah. Setiap langit berubah, baju Lissa juga berubah. Pertama saat langit sore terang, Lissa memakai baju biasa (misal celana dan kaos putih). Saat langit menjadi gelap kecokelatan dengan bulan yang bersinar, suasana kamarnya menjadi redup, Lissa memakai baju tidur warna krem. Saat langit beralih biru tenang, baru Lissa membuka mata, dia memakai baju yang berbeda dari sebelumnya.


CUT TO


10. INT./ EXT. SUPERMARKET - HALTE - BUTIK LISSA - BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS


A. Lissa (memakai baju terakhir di scene 9) mencocokkan bahwa halte estetik di depannya sesuai dengan gambar halte di tangannya. Dia menunggu sebentar, lalu datang semacam ojol (berseragam hitam) mengantar makanan pesanan Lissa.


LISSA VO
Menunggu pesanan datang di Halte pura-pura yang tergambar di garis tangan.


B. Lissa (memakai pakaian rumahan) pergi ke butik kecil miliknya.


LISSA VO
Menengok butik kecil. Intinya, aku sangat jarang melakukan hal baru.


END MONTAGE

CUT TO




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar