Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
3. #3 REUNI (BAGIAN 22-32)

03.


22. INT. KAMAR LISSA - MALAM


Lissa mencari tahu lagi info lanjutan tentang Quna menggunakan laptop.


INSERT foto Quna berdiri di depan sebuah kafe kue yang kemarin disinggahi Lissa.


LISSA VO (CONT'D)
Teman masa kecilku Quna sudah punya usaha kafe sekarang.


INSERT 

- foto beberapa pengunjung sedang mencicipi aneka kue (Dalam foto tersebuat juga ada Kun, Debri dan Hara sedang duduk di sebuah meja, walau gambar mereka kurang begitu jelas dibanding pengunjung lain.

- foto Kun memberikan buket bunga kepada Quna (engle Kun tidak terlalu tampak jelas wajahnya, tapi baju yang dipakai bisa dicocokkan dengan foto sebelumnya)


Lissa menutup laptopnya perlahan lalu berbaring di kursi panjang dan menutup wajahnya dengan bantal.


CUT TO


23. INT. KAFE QUEEN OLIVE - PAGI


QUNA (21) dan beberapa temannya berkumpul di kafe miliknya. Sebagai hadiah lancarnya launching kafe barunya tersebut, teman-temannya menawarkan bantuan unik untuk berbelanja bahan-bahan pembuatan kue. Quna menyerahkan list belanja kepada teman-temannya.


QUNA
Beneran nih, kali ini kalian mau bantu modalin bahan-bahan? Penasaran, apa para cowok kalau rame-rame, kemampuan belanjanya lebih asik dari kakak-kakak di sebelah sana?


Quna menoleh ke arah para karyawan kafenya.


DEBRI (22) (CONT'D)
Slow Quna, semua bakal beres. Selamat, akhirnya toko kue lo yang dulunya unyu-unyu, eh, sekarang jadi kafe. Tumbuh dia, kayak pohon.


ARSAN
Besok tambahin lagi sirkus di dalemnya.


Arsan bicara dengan wajah serius, tapi teman-temannya tersenyum karena kata-katanya.


HARA (20) (CONT'D)
Kemaren pas bukaan pertama, Kun dah kasih bunga ke tuan putri.


QUNA
Bukaan pertama, kayak lahiran kali.


HARA (CONT'D)
Giliran Hara, dong. Kukis sukanya bunga apa?
Sebagai adik yang baik, ntar gue kasih hadiah bunga yg manis.


QUNA (CONT'D)
Adik jadi-jadian, lagian sekarang panggilnya kok, Kukis. Gak mau, ah.


HARA (CONT'D)
Biar pas momennya. Kan, tiap hari kerjanya bikin kue. Kukis manis, sebesar apapun sekarang tempat lo berkembang, inget, dulu lo kan mulai awalannya dari skala kecil. Mak gue yang jadi pelanggan pertama lo, dikenalin tu kue ke ibu-ibu.


QUNA
Ibu-ibu sosialita.


HARA
Sosialita kelas dua.


ARSAN
Dengerin baek-baek, menurutku yang namanya bunga itu, ya standar, indah doang tapi rasanya pait. Jadi Hara, kamu gak usahlah repot-repot cari bunga yang manis.


QUNA
Dalem nih, emang Arsan pernah makan bunga?
(sambil agak berbisik) Tipe-tipe cowok dingin.


DEBRI (CONT'D)
Trus awalnya gimana lo temenan sama dia? Kalian bertiga, lo, Kun sama Arsan asal dari sekolah yg sama, kan. 


QUNA (CONT'D)
Nih, rahasianya Arsan. Dia dulu yang terkenal suka bantu bikin kunci cadangan gerbang belakang sekolah, buat kita-kita yang gak mau pusing kalau telat.  


DEBRI
Wih, ternyata.


Seorang staf perempuan datang membawa beberapa macam minuman ke meja. Sesaat kemudian, Kun datang dengan wajah gelisah.


KUN (CONT'D)
Aku pesen kopi anti gabut anget-anget yang biasanya, ya mbak, dibuat encer.


DEBRI
Kopi enaknya apa bro kalau encer? 


KUN
Lagi selek pikiranku, butuh air banyak, biar gak jenuh.


HARA (CONT'D)
Mungkin si Kun kebiasaan suka sepeda gowes, gampang haus, jadi minum kopi dah kayak minum aer. Aernya setermos.


QUNA (CONT'D)
Aku tebak alasan sebenernya dia gak suka kopi kentel, biar rasanya gak mirip darah. Nih teori ngawur, ya. Terus aku lanjut nanya ke diri sendiri. Memangnya Kun beneran trauma darah? Kalau aku pernah lihat, tapi dalam novel. Mending kayak aku sering minum air putih biar sehat.


KUN (CONT'D)
Hara, kujelasin, aslinya Quna kurang suka yang romantis, lebih suka yang agak ngeri. Quna mau ikut kelas nulis, katanya pengin bikin novel, judulnya Saus Merah Darah.


QUNA (CONT'D)
Bisaan Kun, nama kita samaan, makanya saling ngerti, selalu nyambung dan anehnya tahu kita lagi bahas apa. Ingat gak, Kun, dulu kita pernah ikutan jadi penyiar radio pas masa SMA, eh sering dikira saudara kembar gara-gara nama samaan. 


Debri terlihat mulai kurang nyaman dengan percakapan teman-temannya.


DEBRI
Gue ke belakang dulu, Sob.


Kun tampak seperti orang yang sedang berpikir. Quna cukup menangkap sikap Kun yang memang menyimpan kegelisahan sedari awal.


QUNA (CONT'D)
Ngomongin soal kelas menulis, kebetulan kenalan baruku jadi tutor di sana. Nah, aku ada ide mau nyempil, ntar, belajar bareng anak-anak SMA. Kira-kira masih pantes gak?


HARA (CONT'D)
Iya masih pantes. Kukis imut, serius nih, suka yang ngeri? Wah, repot juga harus nyari bunga yang agak thriller.


Setelah balik dari kamar mandi, Debri pamit pergi. Hara ikut dengannya. (suara tidak dimunculkan)

Kun juga menyusul pamit seperti teman-temannya.


KUN
Keinget ada urusan. San, titip sodara kembarku-Quna.


Tinggal Quna sama Arsan. Quna memperhatikan Arsan yang kelihatan dingin.


Begitu Kun berjalan keluar kafe, yang muncul keluar adalah Ruki. 


CUT TO FLASH BACK


FLASHBACK


24. EXT. KAFE ES KRIM - SIANG


RUKI (23) (memakai kaos hitam) yang berdiri di depan sebuah kafe sedang menerima telepon dari WINDA (21). Cuaca sedang mendung.


RUKI
Ada apa Win, soal keperluan pendakian bukannya dah kelar dijelasinnya?


Beberapa anak kecil datang membawa kado.


RUKI
Kayaknya gua mau ada hal penting ini, Win.


Ruki mengaktifkan loud speaker dan meletakkan hape di salah satu meja di luar kafe. Kotak kado kiriman seseorang yang dititipkan melalui anak-anak kepadanya segera dibuka, isinya adalah sepatu dan sebuah gantungan kunci bertuliskan Mita. Ruki mengedarkan pandangannya untuk mencari-cari dimana si pengirim sembunyi ketika seorang anak perempuan kecil membisikkan sesuatu ke telinganya.


FX suara napas terengah-engah karena ketakutan dari hape Ruki.


RUKI
Winda... Ada apa Win? Winda...


WINDA (O.S)
Ruki, aku disekap ibu-ibu...


FX bunyi benda jatuh dari hape Ruki.


WINDA (O.S.)
(Berteriak histeris sambil menangis.) Butik...butik...ibu-ibu di butik.


FX bunyi agak berisik semacam hentakan benda dari hape Ruki.


CUT TO


25. INT./ EXT. BUTIK ALANI - SIANG


Ruki dan Winda yang kehujanan masuk ke dalam sebuah butik. Di dalam ruangan tersebut ada bu Ismi dan bu Alani, juga dua pengunjung lain yang sepertinya merupakan dua perempuan yang berteman akrab sedang fitting gaun bersama.


WINDA
Kalau bukan gara-gara kehujanan, kita mungkin gak nemuin ada butik di tempat yang jauh dari keramaian gini. Di sebelah sana itu perancang yang lumayan terkenal. 


Ruki dan Winda melihat ke arah ibu Alani.


RUKI
Katanya tadi kaki lo terkilir, makanya terpaksa minta dianterin.


WINDA
(Nyengir)
Langsung sembuh habis lihat baju bagus.


CUT BACK TO


26. EXT. KAFE ES KRIM - SIANG


Saat menyadari Winda berada dalam bahaya,

secara reflek, Ruki mengantongi gantungan kunci yang sedang dia pegang. Ruki bersiap menyelamatkan Winda.


RUKI
Anak-anak, kalian tadi denger, kan, teman kak Ruki lagi darurat, jadi harus ditolongin. Ini kotak sepatunya kakak bawa. Habis ni, kalian boleh masuk ke dalem, terus minta es krim yang dah kakak pesenin buat kalian semua. Mendung-mendung makan es krim. Ajakin juga kakak cantik.


ANAK-ANAK
(Bersahutan)
Iya, Kak.


INTERCUT


27. EXT. ROOFTOP RUMAH TUA - SIANG 


ZOOM IN


Winda dalam kondisi terikat tangan dan kakinya, meringkuk di dalam sebuah ranjang kayu kecil tanpa kasur yang biasanya untuk bayi, di atas rooftop rumah tua. Langit sedang mendung. Dia berusaha mengeluarkan cermin dari saku celananya. 


Slow Motion Winda memecahkan cermin.

FX suara napas Winda terengah-engah.


CUT TO


28. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS - SIANG


Winda menemukan kado misterius berupa kotak berisi cermin-cermin kotak kecil polos (semacam kaca cermin yang dipotong jadi banyak) di laci mejanya, saat sendirian di kelas. Ada kartu ucapan dengan pesan tertulis.


BCU tulisan:

dari 19 penggemar rahasia. Di samping kotak tersebut tersedia sebuah batu.


FX suara beberapa remaja perempuan yang kompak mengatakan kata 'pecahin' secara berulang dan terdengar creepy. 


Kaca jendela kelasnya seolah dipenuhi pantulan lamat-lamat/agak transparan sekumpulan siswa cewek yang merupakan teman-teman sekelas Winda seperti sedang bersama-sama menertawakannya.


Winda memegang batu itu dengan mata berkaca-kaca lalu meletakkannya kembali di laci. 


WINDA VO
Jangan sesukanya memecahkan cermin cewek lain.


(visualnya Winda membagikan cermin ke setiap laci lainnya di kelas. 

Terakhir Winda bercermin dengan sebuah cermin kecil yang bagus miliknya sendiri, kemudian memasukkannya ke dalam saku rok seragam.)


CUT BACK TO


29. INT. / EXT. RUMAH TUA - SIANG


Winda mengumpulkan pecahan cermin lalu dimasukkan kembali di saku. Dia menyisakan potongan yang paling besar.

Winda berusaha menggores tali yang mengikatnya memakai pecahan kaca cermin, sehingga tangannya sedikit berdarah dan terasa perih. 

Bu Ismi datang ke rooftop. 

BCU tangan Winda yang menyelipkan potongan cermin di bawah badan untuk mengelabui bu Ismi.


BU ISMI 
(Pelan)
Kamu sengaja nukar tas belanja saya.


WINDA
(Menggeleng lemah sambil menangis)
Bukan Winda, bu.


Bu Ismi melihat wajah Winda baik-baik untuk mengetes keseriusan gadis itu, lalu membiarkannya kembali.


Bu Ismi berjalan dan dia merasakan menginjak sesuatu.

BCU sepatu Bu Ismi menginjak pecahan kaca. Ada sedikit cahaya silau.

Walau begitu, bu Ismi pura-pura tidak tahu dan meninggalkan rooftop. 


MONTAGE


- Winda berhasil membuka tali yang mengikatnya.

- Winda membuka pintu rooftop.

- Winda melewati bagian dalam rumah Bu Ismi dan berniat pergi, ketika dia mendapati wanita itu berdiri di dekat pintu sebuah kamar anak-anak, dia berhenti sebentar dan menatapnya.

- Winda pergi dan bu Ismi membiarkannya.


END MONTAGE


INTERCUT


30. INT. / EXT. BUTIK ALANI - SIANG


Kun ada di dalam mobilnya, pada jarak tertentu sedang mengawasi Ruki keluar dari mobilnya dan memasuki sebuah bangunan butik.

ES Butik Alani


KUN VO
Peristiwa ini sudah berlalu bertahun-tahun yang lalu. Hari itu aku berniat membuntuti Ruki lagi untuk memastikan apakah benar dia memiliki kedekatan dengan salah satu teman sekolahku. Aku kesal kalau kak Mita dipermainkan.


MONTAGE


Kun merasa Ruki terlalu lama di dalam, dia memutuskan untuk melihat keadaan. Setelah memakai masker dan topi, dia pergi untuk membuka pintu depan yang ternyata terkunci. Dia lalu mencari pintu masuk yg lain, dan masuk melalui pintu itu. Ada ceceran darah yang menurutnya sangat aneh sehingga dia mengikutinya sampai di ujung tangga yg mengarah ke ruang bawah tanah.

Kun awalnya ragu, tapi dia menguatkan diri dan berjalan pelan menuruni tangga. Betapa terkejutnya Kun melihat Ruki dalam keadaan yg mengerikan, dia tergeletak dengan mata yg sudah dicongkel. Sepertinya Ruki telah meninggal.

Menyadari alarm bahaya, tanpa pikir panjang Kun mau berbalik pergi. Tiba-tiba ada orang bertopeng menyerang dan memukul kepalanya, Kun berusaha melawan sekenanya.

Saat berhasil lolos, Kun terus berlari sampai ke halaman samping. 


KUN VO
waktu aku hampir pingsan, seorang cewek (Lissa) membantuku bersembunyi.


(visualisasinya Lissa membantu Kun bersembunyi. Lamat-lamat Kun melihat Lissa melawan orang bertopeng.)


Waktu Kun sadar, awalnya dia akan langsung pergi, tapi mengurungkan niatnya karena teringat gadis yang menolongnya.


KUN
Cewek itu.


MONTAGE


- Kun kembali ke bangunan butik dengan hati-hati dan kembali melihat keanehan.

- Dia tidak menemukan siapa-siapa, tidak ada ceceran darah. Pintu butik juga dalam keadaan tidak terkunci.

- Kun merasa ngeri dan bergegas meninggalkan butik. Dia memaksakan diri menyetir.


END MONTAGE


CUT TO


31. INT./EXT. RUMAH KUN - SORE


Sesampainya di rumah, Kun dalam keadaan kepala yang terluka, tidak kuat dan pingsan lagi di teras sambil menyebut-nyebut nama Ruki.


KUN
Ruki...Ruki... Ruki celaka!


(visualnya saat Kun berjalan sempoyongan, Mita dan Mama langsung berlari menghambur untuk menolong. Tapi saat Kun berulang menyebut nama Ruki, Mita langsung terhenyak)


KUN VO
Saat sadar, aku malah menerima kabar dari papa mama bahwa aku sudah mengalami koma selama 28 hari. 
Mereka berpesan padaku agar jangan membicarakan Ruki di depan Mita karena kakakku memang punya lemah jantung dan pernah masuk rumah sakit. Sejak saat itu, sikap Mita berubah padaku.


(visualnya di ruang tamu, saat Mama Papa memapah/menemani Kun yang baru pulang dari rumah sakit, Kun menyadari bahwa tatapan Mita terlihat kurang ramah kepadanya)


CUT TO


32. INT. KEDAI KECIL - SIANG


Kun mampir di sebuah kedai kecil yang letaknya masih satu wilayah dengan bangunan butik Alani.


KUN VO
Di sisi lain, begitu kuputuskan kembali ke sana. Ada kabar tak terduga yang kudapat. 


Sambil makan internet, Kun sempat berbicara dengan pemilik kedai dan pengunjung lain.


PEMILIK KEDAI (50an)
Emang di sana ada butik, ya? Kok, saya kurang tahu. Kalau setahu saya, itu rumah sempet ada yang nempatin, bang, tapi penghuninya mati semua, kena rampok, tinggal satu anak cewek yang selamet.


PENGUNJUNG (20an)
Kalau gitu jangan ke sana, bang, bahaya.


END FLASHBACK


FLASH BACK CUT TO




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar