Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Reuni
Suka
Favorit
Bagikan
2. #2 REUNI (BAGIAN 11-21)

02.


11. INT. BUTIK LISSA - PAGI


BU ISMI (65), seseorang yang selama ini dipercaya Lissa untuk merawat rumahnya, datang melaporkan hasil kerjanya selama satu bulan.


BU ISMI (CONT'D)
Lissa, kebetulan kerjaan beres-beres di rumah sudah ibu selesaikan dengan baik, sudah genap sebulan. Sekarang, ibu bisa, kan, dapat gaun yang ibu pesan?


Tanpa banyak bicara, Lissa segera memberikan tas berisi gaun sesuai pesanan bu Ismi, sehingga muka wanita tua itu menjadi sumringah.


MITA (23), satu-satunya staff di butik kecil milik Lissa, keluar mengantar salah satu tas belanja pelanggan butik yang ketinggalan. Untungnya, sang pelanggan wanita yang dia maksud masih ada di dalam mobilnya. Saat Mita melihat ke seberang jalan, dia mendapatu bu Ismi masuk ke sebuah mobil. Sebuah pikiran janggal membayangi Mita. Dia segera masuk kembali ke dalam butik lalu mengutarakan keheranannya kepada Lissa.


MITA (CONT'D)
Kerja di rumah Lissa penghasilannya lumayan, ya. Setahu kak Mita, harga gaun yang kamu kasih ke bu Ismi itu sama sekali gak murah, bisa nyampai puluhan juta, sesuai kualitas bahan yang dipakai.


LISSA (CONT'D)
Dari pertama kerja beres-beres di rumah, bu Ismi cuman mau jasanya dibayar pakai gaun, katanya itu untuk anaknya.


MITA (CONT'D)
Mobil yang dia tumpangin juga, kemungkinan bukan pesanan online. Bu Ismi seolah punya beberapa mobil dengan satu supir yang sama.


LISSA (CONT'D)
Kadang orang punya alasannya sendiri untuk kerja, yang gak terlalu berkaitan soal uang.


(visualnya Lissa mengarahkan tubuh Mita dengan cara memegang bahunya, ke depan cermin besar di dekat mereka, sehingga Mita bisa melihat dirinya di cermin.)


CUT TO


12. INT. SUPERMARKET - SIANG


Lissa (memakai seragam SMP dan sweater) belanja kebutuhan di supermarket.


LISSA VO (CONT'D)
Lissa yang ini setiap keluar rumah hanya terdampar di supermarket.


Lissa melihat beberapa orang teman alumni masa SMP nya dulu sedang berbisik-bisik seperti saat hari kelulusan sambil sesekali memperhatikan dia, mereka juga mengajak bicara karyawan supermarket. Seketika terbersit perasaan kurang nyaman, dia berdiri agak bersandar pada rak barang sambil memejamkan mata dan ketika kelopak mata itu terbuka, didapatinya karyawan perempuan tadi datang menghampiri. 


STAFF
Apa kakak sakit?


Tatapan Lissa terang-terangan menunjukkan rasa kurang nyaman. Di saat bersamaan, salah seorang teman alumni Lissa berjalan di lorong barang di sebelah dan berlalu darinya sambil mengatakan sesuatu.


TEMAN ALUMNI
Kamu pura-pura lupa.

 

MONTAGE

- Lissa mengabaikan mereka dan pergi begitu saja. Waktu menoleh lagi ke arah karyawan supermarket, ternyata orang itu seperti mengulas senyum yang dipaksakan.

- Keanehan tipis ternyata cukup mengejutkannya sehingga tangannya tak sengaja memberantakkan beberapa barang di rak sampai terjatuh.

- Disusul kehadiran karyawan tadi yang secara tak terduga sudah datang membantunya, bedanya kali ini terlihat tulus tanpa beban.

- Setelah selesai mengembalikan barang-barang, Lissa secepatnya pergi. 


END MONTAGE


Dari belakang terdengar suara.


SUARA SESEORANG (O.S.)
Aku bukan Lissa.


CUT TO


13. EXT. AREA DEKAT PARKIRAN - SIANG


Lissa terus berjalan lurus tanpa banyak menoleh. Muncul JAFFAN DEWASA (23) yang mengendarai moge dari arah belakang dengan laju yang sengaja diperlambat saat dekat dengan gadis itu agar bisa bicara dengannya.


JAFFAN
Kalau mereka bikin gara-gara lagi, gue yang bakal urus mereka.


LISSA
(lirih)
Jaffan tadi di sana.


CUT TO


14. INT. RUMAH LISSA - RUANG JAHIT - MALAM


Lissa menjahit baju seragam SMA. Rok abu-abu sudah selesai dan terlipat rapi di meja sebelah meja jahit.

Selesai menjahit kemeja putih, Lissa mencari informasi tentang Kafe Queen Olive memakai laptop. Begitu gambar bangunan kafe tampak di layar, dia menutup laptopnya perlahan dengan mata mengawang.

Dia meletakkan kepalanya di meja jahit.


CUT TO FLASH BACK


15. EXT. LINGKUNGAN PEDESAAN - SORE - FLASHBACK


LISSA DEWASA (O.S.) (CONT'D)
Teman masa kecilku Quna membawaku pergi ke rumah saudara jauhnya saat libur sekolah.
Kami sampai di sana awal Agustus, bertepatan dengan hampir tibanya musim panen padi. Entah apa yang membuatku sejak awal merasa gelisah. Aku baru saja berencana minta masa liburan kami dipersingkat.


Visualnya LISSA KECIL (7), QUNA KECIL (8) dan AYAH QUNA (38), baru saja tiba dan memperhatikan seorang bapak yang memetik buah pisang di pohon. Bapak itu menoleh dengan ramah dan ayah Quna langsung menyalaminya. 


Camera follow Lissa kecil dan Quna kecil berjalan di sebuah jalanan aspal yang membelah persawahan pada suatu sore menjelang Maghrib, mereka menyaksikan lebih dari seratusan burung kecil hitam yang terbang di atas persawahan di kanan dan kiri mereka.


(visualnya dibarengi FX suara riuh kepakan burung sore hari)


Lamat-lamat tampak seorang wanita yang menunggu di ujung jalan. Dari jarak dekat, mereka semakin mengenalinya, dia adalah BU ALANI MUDA (22) yang merupakan ibunya Lissa.


FX suara adzan Maghrib.


QUNA KECIL
Aku permisi pulang duluan, ya. 


Bu Alani mengangguk dingin. Quna segera meneruskan langkahnya menuju rumah saudaranya, sementara Lissa tertahan di depan ibunya.


BU ALANI MUDA
Kenapa Lissa pergi tanpa izin?


LISSA KECIL
Pas Quna nyamperin ke rumah, ibu lagi pergi. Tapi Lissa dah minta izin ayah, kok.


BU ALANI MUDA (CONT'D)
Itu dah gak berlaku, Lissa. (jeda)
Ayahmu sudah pergi selamanya.


Lissa kecil mengeluarkan air mata.


END FLASHBACK


FLASH BACK CUT TO


16. INT. RUMAH LISSA - RUANG JAHIT - KORIDOR - MALAM


Lissa dewasa juga meneteskan air mata dengan mata yang mengawang, saat dia bangun dari ketiduran. Kepalanya masih menempel di meja jahit, dan dia mendengar derak pergerakan ratusan bulir-bulir itu.

Seperti suara orang menapis beras dengan menggunakan tampah besar. Bersamaan dengan itu, juga terdengar suara sapu lidi bergerak.


LISSA VO
Apa masih ada orang yang menapis beras jaman sekarang? Aku gak bisa napis beras. Lantai di sini bagus, bukan lantai tanah. Kenapa harus disapu? Ini bukan halaman rumah.


Lissa mengangkat kepalanya, lalu menemukan baju seragam kemeja putih untuk dibawa menuju mesin kancing. 

Dia mendengar pembicaraan dua pemuda di koridor yang berjalan melewati ruangannya. Sesekali mereka terdengar berhenti.


REMAJA 1
Kabarnya, cewek cantik di sini dah pindah rumah ke daerah pinggiran, denger selentingan sih bagusan yang sekarang, ada tambahan kolam nila.


LISSA
(pelan)
Itu si istri yang kabarnya punya banyak pakaian di wardrob, tapi gara-gara jarang keluar, mulai tu seneng nggeser perabotan buat ngilangin bosen, dipindah kesana kemari. Bunyi meja kursi jejeritan


REMAJA 2
Trus cewek yang punya unit ganda, kakaknya punya pabrik baju besar, katanya di sana ada satu ruangan isinya barang bahula. Pernah tuh mesin-mesin kancing pada ngadat, kepaksa yang di situ dipake, tahu kejadian apaan? Dalam sehari, lima orang kena jarum pas ngancing baju, berdarah. Nancep di jempol kiri.


LISSA VO
Kalau dress jarang pakai mesin kancing. Kadang cuma minta tambahan aksen drappery di leher. Lebih simple lagi kalau dressnya termasuk antiribet.


LISSA
Ah, percuma aku tanggepin. Apa mereka selama ni ngomongin aku?


(visualnya BCU tangan Lissa yang sedang mengancing baju, dibarengi FX bunyi mesin yang dramatisasi. Setelah selesai Lissa langsung mengangkat baju seragam kemeja putih dengan sedikit napas lega, seperti baru melewati sesuatu yang cukup menegangkan)


Dia mencoba menempelkan baju di depan tubuh untuk melihat sekilas apakah baju akan pas.

Lissa berjalan di koridor menuju kamarnya, tapi di tengah dia mendengar bunyi yang aneh yang membuatnya berhenti.

FX bunyi orang mengerek timba, ada suara percikan air.


CUT TO


17. EXT. PINGGIR JALAN RAYA - SIANG


Mobil Lissa (memakai seragam SMA) mogok di jalan, lalu ada seorang pengemudi motor berhenti di dekat mobil, melepas helm lalu berjalan menghampiri. Ternyata dia adalah orang sama yang pernah ketemu Lissa di kafe (Arsan).

Mereka terlibat percakapan (suara tidak dimunculkan). Akhirnya, laki-laki itu membantu mengecek kondisi mesin.


LISSA VO (CONT'D)
Semesta juga heran sebenarnya apa pekerjaan orang ini. Sebentar-sebentar berlagak seperti wartawan, di lain waktu punya keahlian montir.


(visualisasinya Lissa tidak terlalu serius melihat laki-laki itu/Arsan, kadang dia berbalik perlahan, melihat sekitar.)


ARSAN (CONT'D)
Masalahnya emang agak serius, jadi harus diderek ke bengkel. Di sana peralatan lebih lengkap.


Sebelum mobil diderek, Lissa memasukkan goodie bag berisi gaun ke dalam tas punggung berukuran sedang, lalu memakainya.


CUT TO


18. INT./EXT. SEKOLAH KEMANGI - SIANG


Lissa ( memakai seragam SMA putih abu-abu) berdiri tepat di depan ruangan kelas menulis yang cukup besar. Dia mengembuskan napas untuk mengatasi sedikit kegugupan, lalu melangkah masuk. Menghindari daftar presensi, Lissa langsung memilih tempat duduk.


Saat acara dimulai, para siswa dari berbagai sekolah dengan seragam yang berbeda-beda, termasuk Lissa, sibuk mengikuti kelas yang dibawakan oleh Tutor (suara tidak dimunculkan).


FX bunyi hape bergetar.


MONTAGE


- Lissa membuka pesan, lalu buru-buru keluar, bahkan tanpa sempat berpamitan, sehingga beberapa siswa dan tutor sempat melihatnya. Dia terpeleset jatuh begitu menuruni tangga.

FX suara jatuh

- Wajah (kening dan pelipis kanan) Lissa terluka dan berdarah. Dia sempat meraba wajahnya yang terluka dengan tangan. Secara tidak sengaja darah itu juga menempel dan mengotori beberapa bagian kemeja putih seragamnya. Saat akan bangkit, dia merasakan nyeri di kaki, tapi tetap berusaha dan akhirnya bisa berdiri dengan cukup baik. 

- Lissa berjalan keluar gedung dengan bersahaja walau sedang cedera. Tanpa terlalu banyak meringis kesakitan dan tidak terus memegangi lukanya, hanya wajahnya agak gelisah karena suatu hal.


END MONTAGE


CUT TO


19. EXT. JALAN PERUMAHAN DEKAT SEKOLAH KEMANGI - SORE - MONTAGE


- KUN (21), memakai pelindung lengkap, dan seorang kakek (KAKEK SEFRIAN, 70) bersepeda dan saling berkejaran. Kun mengayuh dengan kecepatan penuh.

- Mereka juga sempat melalui jalanan yang agak sempit, intinya Kun tidak berhasil melewatinya. 

- Lissa berjalan di tepi lalu muncul kakek yang naik sepeda melewatinya dan Kun mengejar di belakangnya, tapi karena Kun sempat menoleh, makanya dia berbalik setelah menemukan kejanggalan di wajah cewek yang dilihatnya. Kun menghampiri Lissa. 


END MONTAGE


Kun mencoba mengajak bicara dan menawarkan bantuan.


KUN (CONT'D)
(sambil memegang pelipisnya sendiri untuk memberi tahu Lissa)
Kamu terluka.


Lissa hanya diam dan terus berjalan melewatinya. Kun menghampiri lagi. Akhirnya Lissa berhenti.


KUN (CONT'D)
Bahaya kalau itu dibiarin. Apa perlu kuanterin ke klinik deket sini?


LISSA (CONT'D)
Aku bukan anak kecil yang kamu bonceng sambil sepedaan gitu.


KUN (CONT'D)
(nada suaranya masih sabar)
Kata siapa kalau dibonceng artinya bocil? Aku sampai batal kejar si kakek tadi, buat peduli sama kamu.


Kun menghela napas, lalu melanjutkan dengan agak kusut.


KUN
(lanjutan)
Oke, kamu benar. Takutnya malah makin kenapa-kenapa kalau aku nekat boncengin kamu pakai sepedaku.


LISSA
(nadanya datar)
Kamu pikir aku takut?


KUN (CONT'D)
Kamu orangnya suka tantangan, ternyata. Asal tahu, si kakek yang aku kejar tadi, bukan orang sembarangan. Di lingkungan sini, banyak kabar soal masa lalunya. Fishy.


LISSA
Jangan-jangan dia dulu anggota tim penyelamat. Gara-gara gagal nyelametin orang, jadi depresi terus keliling jalanan dua puluh kali tiap hari.


KUN
Mantan pendaki ulung.


LISSA
Mantan penjaga palang rel kereta api yang suka ngomel-ngomel.


Kun melihat wajah Lissa baik-baik, seperti ada yang mengusik. Lissa membonceng sepeda di bagian depan, sementara tas punggung Lissa di pakai oleh Kun.


LISSA (CONT'D)
Eh, kamu masih muda, masa pilih balapan sama kakek-kakek.


KUN (CONT'D)
Jangan keliru, itu kakek tulangnya kuat sampai-sampai aku sering dikalahin. Ngomong-ngomong, kamu bisa jadi babak belur?


LISSA (CONT'D)
Pokoknya bukan korban berantem. Tadi jatuh di tangga. Balik lagi ke topik kakek, kalau masa lalunya emang buruk ngapain repot masih ngejar dia?


KUN
Menurutku, seseorang gak boleh kehilangan kesempatan punya temen hanya karena masa lalu yang buruk.


LISSA
Filosofis banget, sih. Padahal, kan, emang ada jenis masa lalu yang terus bahayain orang seumur hidup.


Kun dan Lissa sama-sama terdiam.


LISSA (CONT'D)
Aku sampai sini, ja. Ntar, jalan dikit, terus lanjut naik taksi. Ada hal penting yang harus diselesaiin.


KUN
Beneran, nih? Padahal tinggal sejengkal, di belokan depan sana ada klinik. Oh, ya, nama kamu?


Lissa turun dari sepeda, melangkah tanpa menjawab pertanyaan Kun. Pada saat bersamaan, kakek sepeda gowes lewat. Kakek melambaikan tangan untuk memberi isyarat.


KAKEK SEF
Hei, Kun. Ada apa?


Lissa akhirnya menoleh.


LISSA (CONT'D)
Kejar lagi yang itu!


KUN
Gak ada apa-apa, Kek. Ayo, lanjut!


Baik Lissa maupun Kun sendiri tidak menyadari bahwa tas punggung Lissa masih tertinggal dan dipakai Kun.


CUT TO


20. EXT. BUTIK LISSA - SORE


Lissa terlihat sangat gemetar dan hanya terdiam, padahal tinggal sepuluh meteran lagi dia sampai. Tiba-tiba muncul Jaffan menepuk bahu Lissa.


JAFFAN
Gue lagi nongkrong di sekitaran sini, kamu kenapa?


Lissa masih diam, seperti kurang terhubung dengan keadaan di sekitarnya.


JAFFAN
Tenang, gue temenin.


LISSA (CONT'D)
Kebetulan banget kamu ada. Gaun pesanan kebawa sama teman.


JAFFAN
Tunggu bentar, sejak kapan lo punya temen baru gak bilang? Cowok apa cewek? Ok, gini, simple, sekarang tenangin diri dulu, lo tinggal kabarin dia biar balikin gaunnya.


LISSA (CONT'D)
Ga bisa untuk sekarang, Jaffan. Karena dia sebenernya orang yang niat nolongin aku mau antar ke klinik, tapi akunya buru-buru ke sini soalnya si Nyonya dah nunggu.


JAFFAN
Nyonya?


LISSA
Iya, malah gaunnya kebawa.


JAFFAN (CONT'D)
Kalau situasinya ribet, gue juga gak bisa ngomong apa-apa lagi. Kita dengerin komplainannya bareng-bareng.


CUT TO


21. INT. RUMAH KELUARGA KUN - SIANG


Camera menyorot pintu seolah sebagai sudut pandang seseorang dengan feeling kuat bahwa ada sesuatu yang berkesan di balik pintu tersebut.


FX bunyi pintu dibuka.


Pintu terbuka, menampakkan Kun yang pulang ke rumah, meletakkan tas punggung dan melepas sepatunya.


Kun seperti menyadari bahwa tas punya Lissa terbawa. Dia membukanya dan menemukan sebuah goodie bag.


MITA
Itu buat kak Mita? 


KUN
Ini bukan buat kak Mita, tapi punya temen yang gak sengaja kebawa tadi.


MAMA (42) menunjukkan ekspresi cukup terkejut serta diselimuti aura kebahagiaan.


Mama melihat ke arah Mita.


MAMA 
(Antusias)
Mita. 


Mama ganti bicara kepada Kun.


MAMA
(lanjutan)
Oh, seneng becanda, kamu! Biasanya emang kamu yang selalu inget.


Mama mengambil goodie bag yang dibawa Kun. Begitu dibuka, raut wajah Mita berubah terdiam saat melihat gaun warna hitam. Mata Mita meluncurkan air mata.


Melihat reaksi dua wanita yang dia sayangi terhadap benda yang dia bawa, Kun seperti tidak punya pilihan lain.


KUN (CONT'D)
Emang udah saatnya aku kasih hadiah itu.


Mama memberikan gaun hitam itu kepada Mita sambil mengusap-usap punggungnya. Mama tersenyum menenangkan anaknya.


MAMA
Senyum, dong, sayang, kan dapat hadiah ultah. Kalau gitu, mama pesen kue dulu, biar malam ni langsung bisa dianter ke rumah, buat Mita.


Mama pergi ke kamarnya dengan wajah cerah.


Mita melihat lebih teliti gaun pemberian Kun. Dia seperti mengenali sesuatu, tapi ada gelombang kuat saling bertentangan untuk menyampaikan secara langsung atau menahan diri. Itu karena Mita tidak mau merusak momennya.


MITA
Selama ini walaupun dah kakak larang, kamu tetep peduli sama kakak. Kun cari tahu dimana kakak kerja?


KUN
Sesuai maunya kak Mita, aku gak pernah cari tahu apa-apa lagi.


MITA (CONT'D)
Kak Mita juga gak pernah cerita ke siapapun, tentang bertahun-tahun berhenti pakai warna hitam, warna kesukaan Ruki. Aku coba jalanin hidup kayak biasa, gak boleh ada perubahan. Gak boleh punya pikiran aneh-aneh sama kamu, Kun. Begitu maunya mama papa. Walau kak Mita terus mikir, hari itu kamu pulang berdarah-darah, hari yang sama Ruki ngilang. Belum balik-balik juga. Gak pernah balik. 


KUN (CONT'D)
Tolong jangan salah paham lagi sama aku, Kak.


Kun duduk di sofa, kedua tangannya menopang kepala yang terasa berat.


MITA
Kun.


Kun mendongak ke arah kakaknya.


MITA (CONT'D)
Kalau kak Mita dah siap sahabatan lagi sama warna ini, baru kakak pakai ya. Sekarang kak Mita simpan dulu. Makasih kamu dah peduli, sampai-sampai kamu sadar ada yang berubah, dari hal sekecil warna, saat yang lainnya gak ada yang pada nyadar.


Kun mengembuskan napas lega.


CUT TO




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar