Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
JUDUL : UJI KEJUJURAN
PENULIS : RANA KURNIAWAN
EXT. PASAR BERKAH GUNUNG KENCANA – PAGI CERAH
Pasar kini terlihat megah dan rapi.
Plang “PASAR BERKAH” berdiri kokoh.
Pembeli ramai, pedagang tersenyum, suara tawa dan doa terdengar di mana-mana.
Rana sedang menimbang ikan untuk pembeli langganan.
Risa di sampingnya sibuk mencatat pesanan.
RISA (ceria)
Mas, lihat! Dagangan kita habis sebelum dzuhur lagi!
Padahal dulu susah banget kayak gini.
RANA (tersenyum)
Kalau niatnya baik, rezeki memang ngikut sendiri.
Yang penting, jangan lupa sedekah hari ini ya, Ris.
Risa mengangguk. Mereka saling berpandangan hangat.
---
EXT. PASAR – SIANG
Sebuah mobil hitam mengkilap berhenti di depan pasar.
Dari dalam keluar seorang pria berjas rapi dan berkacamata — BUDI SANTOSA, pengusaha dari kota besar.
Ia ditemani dua asistennya.
Orang-orang pasar memandang kagum sekaligus waspada.
BUDI (tersenyum ramah)
Wah, ini dia Pasar Gunung Kencana yang viral itu ya?
Pasar yang katanya dibangun tanpa modal besar tapi sukses besar!
LURAH JAYA (menyambut hati-hati)
Iya, Pak Budi. Kami bangun bareng-bareng warga.
Sekarang jadi pusat ekonomi desa.
BUDI (melirik sekeliling)
Menarik sekali…
Kalau pasar ini diubah jadi Pasar Modern Gunung Kencana, saya bisa bantu modal miliaran.
Kalian tinggal jual lahan lama ini ke perusahaan saya.
Warga langsung saling pandang. Suasana berubah tegang.
Beberapa pedagang tampak tergoda.
PEDAGANG 1 (berbisik)
Miliaran, katanya! Kita bisa pindah ke ruko baru!
PEDAGANG 2
Tapi kalau dijual, tempat ini tinggal kenangan doang…
---
INT. RUMAH RANA – MALAM
Rana, Risa, dan Topan duduk di ruang tamu.
Lampu temaram. Suasana serius.
TOPAN
Ran, kamu pikir gimana soal tawaran itu?
Budi bilang, tiap pedagang dikasih kios gratis di gedung baru, lengkap dengan AC dan listrik.
RANA (menatap meja)
Bagus di luar, Pan. Tapi kalau pasar ini dijual, warga kecil yang nggak mampu sewa kios baru pasti tergusur.
RISA (lirih)
Dan semangat gotong royong yang kita bangun bisa hilang begitu saja.
Pasar ini bukan cuma soal tempat jualan, tapi tentang kebersamaan.
Topan terdiam.
Suara jangkrik terdengar di luar.
RANA (tegas)
Aku nggak mau rezeki yang indah tapi nggak berkah.
Kalau rezeki datang dengan cara menyingkirkan orang lain, itu bukan rezeki — itu ujian.
---
EXT. MASJID PASAR – PAGI BERIKUTNYA
Warga berkumpul untuk musyawarah besar.
Ustad Hudri hadir di tengah-tengah mereka, dengan wajah tenang.
Budi Santosa datang lagi, membawa map berisi proposal.
BUDI (dengan suara berwibawa)
Saya tidak memaksa. Tapi kalau kalian mau berkembang, kalian harus maju ke arah modern.
Pasar tradisional akan kalah oleh waktu.
Ini kesempatan emas!
Warga mulai ribut. Ada yang setuju, ada yang menolak.
GOPUR (angkat tangan)
Dulu aku pernah nyari jalan pintas buat kaya, hasilnya malah hancur.
Sekarang aku pilih tetap di sini.
Kita nggak butuh bangunan mewah, yang kita butuh itu hati tenang waktu dagang.
Warga bersorak setuju.
RANA (berdiri)
Pak Budi, kami berterima kasih atas niat baiknya.
Tapi pasar ini bukan cuma soal uang.
Kami sudah pernah kehilangan kepercayaan, dan kami nggak mau kehilangan itu lagi.
Budi terdiam, terkejut dengan ketegasan Rana.
USTAD HUDRI (menutup dengan bijak)
Kemajuan bukan berarti meninggalkan akar, Pak Budi.
Kalau Anda benar-benar ingin membantu, bantu kami memperkuat apa yang sudah ada — bukan menghancurkannya.
Budi perlahan menurunkan mapnya, lalu tersenyum kecil.
BUDI (menarik napas)
Kalian luar biasa.
Jarang saya lihat pasar yang menolak uang tapi punya harga diri.
Baiklah… saya akan bantu tanpa syarat.
Saya sumbangkan dana untuk perbaikan drainase dan listrik. Gratis.
Warga bertepuk tangan keras, haru.
Topan menepuk pundak Rana dengan bangga.
TOPAN (bercanda)
Ran, kalau kamu maju jadi kepala pasar, aku dukung!
Semua tertawa.
---
EXT. PASAR BERKAH – SENJA
Kamera menunjukkan warga bekerja bersama: memasang kabel, mengecat kios, memperbaiki atap.
Budi terlihat ikut membantu dengan baju santai.
Risa menyuguhkan teh untuk semua orang.
RISA (tersenyum ke Budi)
Ternyata Bapak nggak cuma bisa ngasih proposal, ya. Bisa juga pegang kuas.
BUDI (tertawa)
Kalau diajak orang jujur kayak kalian, saya malah senang kerja begini.
Rana menatap pasar dengan mata berbinar.
Ustad Hudri berdiri di ujung jalan, tersenyum, memandangi mereka dari jauh.
---
NARASI (VO – USTAD HUDRI):
> “Kadang ujian datang dalam bentuk yang manis.
Uang bisa menutup mata, tapi keikhlasan menuntun hati.
Pasar yang diberkahi bukan yang paling kaya,
tapi yang paling mampu menolak godaan dengan iman.”
---
FADE OUT.