Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENGASIHAN DAGANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
5. DOA DI MALAM JUMAT

JUDUL : DOA DI MALAM JUMAT

PENULIS: TANA KURNIAWAN


EXT. PESANTREN USTAD HUDRI – MALAM


Langit malam tertutup awan tebal. Angin membawa suara daun bambu yang saling bergesekan.

Dari dalam pesantren terdengar suara zikir lembut para santri yang duduk melingkar di bawah cahaya lampu minyak.


USTAD HUDRI duduk di tengah, memegang tasbih dan kitab kecil bersampul hijau tua.


> USTAD HUDRI

“Ingat, anak-anak. Setiap ilmu yang tak bersumber dari Allah akan kembali pada kegelapan.

Malam ini kita niatkan untuk menolak sihir, bukan membalas dendam.”




ERWIN dan SARI menatap penuh tekad.

SANTI menggenggam surah Yasin kecil di tangannya.



---


EXT. JALAN MENUJU PASAR – MALAM


Para santri berjalan beriringan di bawah cahaya bulan yang separuh tertutup awan.

Di tangan mereka, lentera kecil bergoyang ditiup angin.

Ustad Hudri memimpin di depan, membaca doa perlindungan dengan suara berat namun tenang.


> USTAD HUDRI (melantunkan)

“A‘ūdzu billāhi minash-shaitānir-rajīm...”




Angin bertiup lebih kencang.

Suara anjing menggonggong dari kejauhan.

Langit memantulkan warna merah samar.



---


EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – MALAM


Pasar tampak gelap dan sunyi, namun dari lapak Topan terlihat asap hitam naik perlahan ke langit.

Topan duduk di kursinya, tubuhnya bergetar.

Matanya setengah tertutup, tapi bibirnya terus berkomat-kamit membaca sesuatu yang bukan doa.


Di bawah timbangan, batu hitam kini bercahaya terang — seperti bara api.


> TOPAN (suara parau)

“Laku... semua laku... semua milikku...”




Tiba-tiba, suara bisikan wanita tua terdengar dari arah belakang lapak.


> WANITA TUA (V.O.)

“Kau sudah berjanji, Topan. Jangan hentikan ritual sebelum fajar...”




Topan terkejut, menoleh ke kanan dan kiri, tapi tak ada siapa pun.



---


EXT. GERBANG PASAR – MALAM


Ustad Hudri dan para santri tiba di depan pasar.

Erwin berhenti sejenak, menatap ke dalam dengan raut ngeri.


ERWIN

Kyai... lihat itu.


Dari celah-celah atap pasar, asap hitam perlahan membentuk bayangan seperti wajah perempuan.

Matanya menyala merah.


USTAD HUDRI

(tenang tapi tegas)

Jangan takut.

Kita baca Yasin bersama.


Para santri membuka kitab masing-masing.

Suara mereka menggema bersamaan dengan suara azan isya yang samar terdengar dari kejauhan.



---


INT. PASAR – MALAM


Topan mulai gelisah. Tubuhnya panas, matanya berair.

Semua ikan di lapaknya bergerak, seperti hidup kembali.

Beberapa bahkan melompat keluar dari ember dengan suara “plak! plak!” yang menggema di antara lapak-lapak kosong.


> TOPAN (teriak)

“Berhenti! Aku cuma mau rezeki! Aku nggak mau semua ini!”




Tapi bayangan wanita tua muncul di depan matanya — kini lebih jelas, wajahnya rusak, mata merah menyala.


> WANITA TUA

“Terlambat, Topan... Rezekimu sudah jadi milikku.”




Topan menjerit.

Kamera berputar cepat — memperlihatkan ikan-ikan yang kini berubah warna jadi kehitaman dan berasap.



---


EXT. PASAR – MALAM


Ustad Hudri mengangkat tangan, suaranya lantang.


> USTAD HUDRI

“Bismillahirrahmanirrahim…

Allahumma inna naj‘aluka fī nuhūrihim wa na‘ūdzu bika min syurūrihim!”




Angin kencang bertiup dari arah pesantren ke arah pasar.

Asap hitam mulai terurai, menjerit seperti suara wanita menangis.


SARI terisak, tapi tetap membaca doa keras-keras.

ERWIN menggenggam tasbih erat, air mata menetes di pipinya.



---


INT. LAPAK TOPAN – MALAM


Topan jatuh berlutut. Batu hitam di bawah timbangan retak.

Benang merah di tangannya terbakar sendiri, meninggalkan bekas gosong.


> TOPAN (menangis)

“Ampuni aku, Ya Allah... Aku salah...”




Bayangan wanita tua memudar, terbakar cahaya putih yang muncul dari arah luar pasar — datang dari zikir para santri dan doa Ustad Hudri.



---


EXT. PASAR – SAAT FAJAR MULAI MENYINGSING


Cahaya pertama pagi muncul di ufuk timur.

Pasar perlahan kembali tenang.

Asap menghilang, udara jadi segar kembali.

Topan terbaring di depan lapaknya — wajahnya pucat, tapi matanya kembali normal.


Ustad Hudri dan para santri menghampirinya.


> USTAD HUDRI (lembut)

“Topan... rezeki itu datang

dari niat yang bersih. Jangan lagi kau jual dengan ilmu kotor.”




Topan menatap langit yang mulai terang.

Air matanya jatuh tanpa suara.



---


FADE OUT.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)