Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
JUDUL : GELOMBANG BARU DI PASAR GUNUNG KENCANA
PENULIS: RANA KURNIAWAN
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – PAGI CERAH
Pasar kini lebih ramai dan tertata.
Ada beberapa lapak baru dengan papan nama modern: “Ikan Sejahtera”, “Segar Fresh Market”, dan “Laut Nusantara.”
Pedagang luar daerah mulai berdatangan membawa alat pendingin, timbangan digital, dan harga lebih murah.
Rana dan Risa menatap perubahan itu dari lapak mereka.
Keduanya tampak khawatir tapi tetap tenang.
RISA
Mas… lihat, mereka pakai kulkas kecil. Ikan mereka bisa tahan seharian.
RANA
Iya, Ris. Dunia dagang memang berubah.
Tapi kita nggak boleh takut — kita punya pelanggan tetap dan kepercayaan.
Risa mengangguk, tapi sorot matanya mulai cemas.
---
INT. RAPAT PEDAGANG PASAR – SIANG
Semua pedagang lama berkumpul di balai kecil dekat pasar.
Topan, Rana, dan beberapa pedagang lain duduk gelisah.
KETUA PEDAGANG (PAK JABAR)
Teman-teman, kita harus cari cara. Pedagang dari luar makin banyak, harganya lebih murah. Kalau kita diam aja, bisa gulung tikar semua.
TOPAN
Tapi kita juga nggak bisa larang mereka jualan. Ini pasar umum.
RANA
Benar. Tapi kita bisa tetap bersaing dengan cara yang baik.
Kualitas dan kejujuran itu modal utama kita.
Beberapa pedagang lain berbisik-bisik, ada yang setuju, ada yang pesimis.
---
EXT. LAPAK RANA – SIANG
Risa sedang melayani pembeli.
Ia tetap ramah dan sabar, walau pembeli mulai menawar harga karena tergoda lapak baru.
PEMBELI
Bu, di sana lebih murah dua ribu.
RISA
Nggak apa-apa, Bu. Tapi ikan kami dijamin segar, dicuci pakai air sumur pagi-pagi.
Kalau ibu nggak puas, boleh kembalikan.
Pembeli itu tersenyum, akhirnya tetap membeli di lapak Risa.
Beberapa pedagang lain melihat dan mulai meniru sikapnya.
---
INT. PONDOK PESANTREN – SORE
Ustad Hudri menerima kedatangan Topan dan Erwin.
Keduanya terlihat khawatir.
TOPAN
Kyai, pasar sekarang mulai berubah.
Pedagang luar makin banyak, teknologi juga makin canggih.
Kita takut kalah, Kyai.
USTAD HUDRI
Zaman memang berubah, Pan.
Tapi jangan biarkan perubahan menghapus kejujuran.
Kalau kita berdagang karena Allah, bukan karena tren, rezeki tetap akan datang dari arah yang tak disangka.
ERWIN
Jadi, Kyai, kami harus tetap berjuang di pasar dengan cara lama?
USTAD HUDRI
Tidak, Nak. Gunakan akal dan ilmu, tapi jangan tinggalkan akhlak.
Gabungkan modern dan iman — itulah dagang yang benar.
---
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – BEBERAPA HARI KEMUDIAN
Rana mulai memperbaiki lapaknya dengan cara sederhana:
ia memasang tirai bambu, menambah ember pendingin, dan membuat papan kecil bertuliskan:
> “Jujur itu Segar.”
Lapak Rana & Risa.
Pembeli mulai berdatangan lagi, penasaran.
Topan ikut membantu pedagang lain menata tempat jualan agar lebih bersih dan menarik.
Pasar mulai punya semangat baru — bukan hanya bersaing, tapi juga berbenah bersama.
---
INT. RUMAH RANA – MALAM
Risa duduk di meja makan sambil menulis daftar kebutuhan dagang.
Rana datang membawa buku catatan keuangan.
RANA
Ris, kita mungkin kalah alat, tapi jangan kalah niat.
Kita bikin pasar ini tetap jadi tempat rezeki yang halal.
RISA
(tersenyum lembut)
Iya, Mas.
Biar orang lain jual murah, kita jual berkah.
Mereka saling pandang dan tertawa kecil.
Suara jangkrik terdengar dari luar, menandai malam yang damai setelah hari yang berat.
---
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – MALAM (VISUAL PENUTUP)
Kamera menyorot pasar dari jauh.
Lampu-lampu kecil menyala di antara tenda-tenda.
Suara pedagang bercampur tawa anak-anak santri yang lewat sambil membawa sisa ikan untuk pesantren.
Narasi lembut terdengar dari suara Ustad Hudri (VO):
> “Perubahan adalah bagian
dari takdir.
Tapi siapa yang tetap jujur di tengah arus dunia,
dialah yang akan selamat dan terus diberkahi.”
---
FADE OUT.