Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENGASIHAN DAGANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
2. TIMBANGAN CURANG

JUDUL : TIMBANG CURANG

PENULIS :RANA KURNIAWAN


INT. PASAR GUNUNG KENCANA – PAGI


Suara ramai pasar kembali menggema. Pedagang berebut tempat, pembeli berdesakan.

RANA datang lebih pagi, berusaha menata ikan dengan semangat baru.


RANA (berbisik pada diri sendiri)

“Bismillah, rezeki sudah diatur. Aku cuma perlu sabar.”


Ia mengelap meja kayu, menyusun ikan satu per satu. Embun masih menempel di sisik ikan.


EXT. LAPAK TOPAN – PAGI


TOPAN datang dengan peti besar. Di balik meja, tampak TIMBANGAN DIGITAL yang sudah dimodifikasi. Jarumnya tidak akurat.


TOPAN

(kepada anak buahnya)

Ingat, timbangannya jangan diubah. Biar pembeli senang, kita tetap untung besar.


Anak buahnya, RUDI, mengangguk dengan senyum nakal.

INT. PASAR – SIANG


Pasar semakin padat. Pembeli menyerbu lapak Topan. Rana hanya menatap dari kejauhan.


PEMBELI WANITA

Mas Topan, timbang sekilo ya!

(Topan menimbang, jarum bergerak lambat)


TOPAN

(senyum meyakinkan)

Pas satu kilo. Tuh, liat sendiri!


Padahal ikan itu hanya 800 gram.

Pembeli percaya, tersenyum puas, dan pergi.


EXT. LAPAK RANA – SIANG


Sementara itu, Rana mencoba menarik pembeli dengan jujur.


RANA

Ikan segar bu, timbangannya pas. Coba aja bandingkan!


Tapi pembeli cuma lewat. Suara Topan lebih menarik.

Rana menatap dagangannya yang mulai berbau asin kering karena matahari.


INT. PONDOK PESANTREN – SORE


Para santri kembali dari pasar, membawa belanjaan.

Ustad Hudri (50-an) duduk di teras, menatap mereka dengan lembut.


USTAD HUDRI

Hari ini kalian belanja di mana?


ERWIN

Di pasar, Kyai. Tapi… ada yang aneh. Pak Rana sepi, padahal ikannya bagus.


SARI

Topan curang, Kyai. Timbangannya nggak jujur. Kami lihat sendiri.


Ustad Hudri terdiam sesaat, menatap ke arah langit senja.


USTAD HUDRI

Begitulah dunia, Nak. Timbangan manusia bisa dimiringkan, tapi timbangan Allah selalu lurus.

(kemudian lembut)

Besok, bantu Pak Rana. Tapi jangan dengan amarah — dengan ilmu.


Para santri saling menatap penuh tekad.


EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – MALAM


Pasar mulai sepi. Topan menghitung uang di lapaknya dengan senyum puas.

Lampu-lampu minyak redup. Dari jauh, Rana masih membereskan sisik ikan.


Topan mendekat, membawa dua bungkus rokok.


TOPAN

(basa-basi)

Rana… kalau mau, ikut aja sama aku. Nggak usah repot jual sendiri. Aku ajarin cara cepat laku.


RANA menatap dingin.


RANA

Cara cepat nggak selalu benar, Topan. Aku nggak mau dagang pakai tipu-tipu.


Topan tersenyum sinis, lalu pergi sambil menyalakan rokok.


INT. RUMAH RANA – MALAM


RANA membuka dompetnya yang tipis. Ia menatap uang kecil itu, lalu menatap ke langit-langit rumah.

Air matanya menetes.


RANA (lirih)

Ya Allah… sampai kapan aku diuji begini?


Kamera perlahan bergerak ke luar jendela, menyorot cahaya bulan

yang menerangi kampung Kadubana.

Angin malam berhembus lembut, membawa suara adzan isya dari kejauhan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)