Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENGASIHAN DAGANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
7. PASAR KEMALI HIDUP

JUDUL : PASAR KEMBALI HIDUP

PENULIS: RANA KURNIAWAN


EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – PAGI


Kabut tipis menyelimuti atap seng pasar.

Suara pedagang mulai terdengar lagi, tapi kini suasananya berbeda — damai, tertib, dan cerah.


Rana menyiapkan ikan di lapaknya.

Di sampingnya, RISA (istrinya) membantu menata meja dengan telaten.

Risa berwajah cantik, lembut, dan senyumnya menenangkan siapa pun yang melihat.


RISA

(sambil tersenyum)

Mas Rana, hari ini ikannya segar banget. Kalau disusun begini, pembeli pasti suka.


RANA

(tersenyum bangga)

Kamu memang paling paham soal dagangan, Ris. Sejak kamu bantu di pasar, suasana jadi beda.


Risa hanya tertawa kecil, menunduk sopan.

Pembeli mulai berdatangan — sebagian tertarik bukan hanya pada dagangannya, tapi juga keramahan Risa.



---


EXT. LAPAK RANA – PAGI


Seorang PEMBELI IBU-IBU datang, menatap ikan segar di lapak mereka.


PEMBELI

Bu, ikanmu bersih sekali.

Airnya juga jernih, beda sama lapak lain.


RISA

(senyum hangat)

Kami selalu cuci ikan pakai air sumur pagi-pagi, Bu.

Biar nggak amis dan tetap segar.


Pembeli itu tersenyum puas, lalu membeli dua kilo ikan.

Beberapa pembeli lain ikut berdatangan.

Lapak Rana mulai ramai — pasar kembali hidup seperti dulu, tapi kini dengan cara yang jujur.



---


EXT. PASAR – SIANG


Topan lewat di depan lapak Rana.

Ia berhenti sejenak, tersenyum.


TOPAN

Rana… aku senang lihat kamu rame lagi.

Dulu aku iri, sekarang aku malah bangga.


RANA

(tersenyum kecil)

Sama-sama, Pan. Sekarang kita bersaing sehat, ya.

Pasar ini milik semua, bukan cuma satu orang.


Risa menatap Topan sopan sambil tersenyum, dan Topan menunduk hormat sebelum pergi.

Hubungan mereka kini damai, tanpa dendam.



---


INT. PONDOK PESANTREN – SIANG


Ustad Hudri duduk bersama para santri — Erwin, Sari, Rita, dan Santi.

Mereka mendengar kabar bahwa pasar sudah kembali ramai.


SARI

Kyai, sekarang pasar tenang. Rana dan istrinya, Risa, membawa suasana baru.

Pembeli senang karena mereka jujur dan ramah.


USTAD HUDRI

(tersenyum lembut)

Alhamdulillah… kalau perempuan baik menjadi penolong suaminya,

rezeki rumah tangga akan tumbuh seperti benih di tanah subur.


ERWIN

Kyai, Topan juga mulai sering ke masjid sekarang.


USTAD HUDRI

Bagus. Itulah hikmah dari ujian. Kadang Allah menurunkan gelap agar manusia rindu cahaya.



---


EXT. PASAR – SORE


Matahari condong ke barat.

Risa menutup lapak bersama Rana.

Mereka berdua tertawa ringan melihat pembeli terakhir yang masih menawar harga.


RISA

Mas, dulu kita cuma berdua susah payah. Sekarang lihat… semua berubah.


RANA

(tersenyum hangat)

Semua karena kamu, Ris.

Kamu bukan cuma bantu dagang, kamu juga bantu aku sabar.


Risa menatapnya dengan mata teduh.

Dari kejauhan, Topan membantu pedagang lain menutup lapak.

Anak-anak santri lewat sambil membawa kantong belanja — semuanya tampak damai.



---


EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – SENJA


Cahaya jingga menyapu pasar.

Ustad Hudri berdiri di ujung jalan, memandangi suasana ramai dengan senyum puas.


> USTAD HUDRI (lirih, monolog)

“Bila hati manusia bersih dari iri, maka rezeki akan datang dari arah yang tak disangka.

Dan bila suami dan istri berjalan seiring dalam niat baik… maka pasar, kampung, dan hidup pun ikut makmur.”




Kamera naik perlahan, menyorot pasar Gunung Kencana dar

i atas — damai, jujur, hidup kembali.

Suara adzan Magrib terdengar lembut mengiringi pemandangan itu.



---


FADE OUT.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)