Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
JUDUL : PERTOBATAN
PENULIS: RANA KURNIAWAN
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – PAGI SETELAH FAJAR
Pasar masih sepi. Sisa-sisa malam tampak di genangan air, bercampur dengan sisik ikan yang berkilau.
Burung-burung pipit mulai turun mencari makan di antara meja-meja kayu kosong.
TOPAN duduk di depan lapaknya yang kini tampak hancur.
Timbangan patah, ember terbalik, uang berserakan.
Tangannya gemetar. Bekas gosong benang merah masih jelas di pergelangan tangan.
> TOPAN (lirih)
“Apa yang sudah aku lakukan…?”
Ia menatap ikan-ikan busuk yang semalam laris manis karena sihirnya.
Suara hatinya bergaung, bercampur dengan gema azan Subuh dari kejauhan.
---
EXT. PONDOK PESANTREN USTAD HUDRI – PAGI
Cahaya matahari menembus daun kelapa di depan pesantren.
Para santri menyapu halaman.
Suasana tenang dan damai — kontras dengan keadaan batin Topan.
Topan berjalan perlahan ke arah gerbang pesantren, pakaiannya masih kotor, wajahnya penuh penyesalan.
Ia berhenti di depan Ustad Hudri, yang sedang duduk membaca Al-Qur’an.
TOPAN (menunduk dalam)
Assalamualaikum… Kyai…
Ustad Hudri menutup kitab, menatap lembut.
> USTAD HUDRI
“Waalaikumsalam, Topan. Aku sudah tahu kau akan datang.”
Topan langsung bersujud di tanah.
> TOPAN (menangis)
“Ampuni saya, Kyai. Saya sudah lancang main dengan ilmu setan.
Saya iri pada Rana, saya tamak, saya lupa rezeki itu hak Allah…”
Ustad Hudri berdiri, memegang bahunya dengan lembut.
> USTAD HUDRI
“Ampunan bukan dariku, Pan… Mintalah pada Allah.
Tapi kalau kau sungguh menyesal, buktikan dengan perbuatan.”
Topan mengangguk, air matanya jatuh.
---
INT. PESANTREN – SIANG
Topan ikut duduk bersama para santri di serambi, mendengarkan pengajian Ustad Hudri.
Di depannya ada kitab kecil — kitab Taubat dan Rezeki Halal.
SANTI menatap Topan dengan mata penuh empati.
ERWIN berbisik pelan ke Sari.
ERWIN
Siapa sangka… pedagang paling sombong di pasar bisa duduk di sini sekarang.
SARI (pelan)
Itu bukti… Allah bisa membolak-balikkan hati siapa pun.
Kamera berputar menyorot wajah Topan yang menunduk, bibirnya bergetar mengikuti doa Ustad Hudri.
> USTAD HUDRI (mengajar)
“Barang siapa menyesali dosanya dan meninggalkan jalan buruknya, maka Allah akan buka pintu-pintu rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
---
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – SIANG
Rana sedang menata ikan di lapaknya.
Wajahnya tampak lebih cerah, walau dagangan belum banyak pembeli.
Dari jauh, Topan datang membawa ember kosong.
Rana melihat, tapi tidak berkata apa-apa.
Topan berjalan mendekat, lalu menunduk dalam.
> TOPAN
“Rana… aku minta maaf. Semua yang terjadi di pasar… itu ulahku.”
Rana terdiam. Ia menatap mata Topan yang kini jernih, tidak seperti dulu.
> RANA (lembut)
“Aku sudah maafkan, Pan. Asal kau nggak ulangi lagi.
Dagang bukan cuma soal untung — tapi soal berkah.”
Topan mengangguk. Ia membantu Rana menata ikan, pelan-pelan, tanpa banyak bicara.
Untuk pertama kalinya, dua pedagang yang dulu bermusuhan kini berdampingan di meja yang sama.
---
INT. PESANTREN – MALAM
Ustad Hudri berdiri di beranda, menatap bulan purnama.
Dari kejauhan terlihat Topan dan para santri membersihkan halaman pesantren bersama.
Rana datang membawa keranjang ikan segar untuk dibagikan kepada para santri.
> USTAD HUDRI (lirih)
“Begitulah rezeki. Kalau datang dari hati yang bersih, ia akan menumbuhkan kehidupan.”
Kamera perlahan naik ke langit malam.
Suara jangkrik berganti dengan lantunan ayat:
> VO USTAD HUDRI
“Fa inna ma‘al ‘usri yusrā…
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
FADE OUT.