Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
JUDUL : UJIAN BARU
PENULIS: RANA KURNIAWAN
EXT. PASAR GUNUNG KENCANA – PAGI CERAH
Pasar kini ramai seperti dulu.
Lapak Rana dan Risa jadi salah satu yang paling laris.
Pembeli antre, suasana hangat, dan nama “Ikan Rasa Bahari – Lapak Rana & Risa” mulai dikenal ke seluruh kampung.
RISA
Mas, kita bersyukur ya. Sekarang tiap hari bisa jualan habis.
RANA
Iya, Ris. Tapi ingat, jangan sampai sombong. Rezeki ini titipan, bukan hasil kekuatan kita sendiri.
Risa mengangguk, senyumnya lembut.
Namun dari kejauhan, tampak beberapa pedagang lain berbisik-bisik dengan tatapan iri.
---
INT. WARUNG KOPI PASAR – SIANG
Beberapa pedagang laki-laki duduk sambil minum kopi.
Suara mereka pelan tapi menusuk.
PEDAGANG 1
Sekarang semua pembeli ke lapaknya Rana. Kita yang lain sepi.
PEDAGANG 2
Katanya istrinya, si Risa, bawa “pengasihan dagangan.”
Makanya pembeli betah di situ terus.
PEDAGANG 3
Ah, bisa jadi. Dulu Topan juga pakai jalan gaib, sekarang giliran Rana.
Mereka tertawa kecil — fitnah mulai menyebar tanpa dasar.
---
EXT. PASAR – SORE
Risa sedang membersihkan meja dagangan.
Ia mendengar bisik-bisik para pedagang dari kejauhan, tapi tetap tersenyum.
RISA (lirih, ke diri sendiri)
Ya Allah, kuatkan hati hamba.
Jangan biarkan kami goyah karena ucapan manusia.
Rana datang membawa ember air, melihat wajah istrinya sedikit murung.
RANA
Kamu kenapa, Ris?
RISA
Nggak apa-apa, Mas. Hanya saja... ada yang mulai iri.
Mereka bilang dagangan kita laku karena hal-hal aneh.
Rana terdiam, lalu meletakkan embernya.
RANA
Biarin aja, Ris. Kalau niat kita bersih, Allah yang akan buktikan.
Kita dagang karena Allah, bukan karena pengakuan orang.
Risa mengangguk pelan, tapi matanya masih menyimpan resah.
---
INT. PONDOK PESANTREN – MALAM
Ustad Hudri duduk di beranda, ditemani santri Erwin dan Sari.
Topan datang tergesa, membawa kabar dari pasar.
TOPAN
Kyai, saya dengar gosip aneh. Orang-orang bilang Risa pakai ilmu pengasihan supaya dagangannya laku.
USTAD HUDRI
(tersenyum tenang)
Fitnah adalah ujian bagi orang beriman, Pan.
Kalau Rana dan Risa benar, nanti Allah yang akan buktikan.
Kamu bantu luruskan yang kamu bisa — jangan biarkan iri tumbuh di hati pedagang.
TOPAN
InsyaAllah, Kyai. Saya akan bantu. Mereka sudah banyak membantu saya dulu.
---
EXT. PASAR – PAGI BERIKUTNYA
Topan berdiri di depan beberapa pedagang yang tengah bergosip.
TOPAN
Dengar, teman-teman. Dulu saya pernah salah jalan, pakai hal gaib buat dagang.
Tapi sekarang saya tahu, yang bikin laku itu bukan mantra, tapi kejujuran.
Risa itu orang baik, jangan kalian fitnah.
Pedagang lain saling pandang. Suasana tegang, lalu perlahan reda.
PEDAGANG 1
Maaf, Pan. Kami cuma salah paham.
TOPAN
Kalau mau laku, perbaiki niat. Jangan cari salah orang lain.
---
EXT. PASAR – SIANG
Rana dan Risa sedang melayani pembeli.
Tiba-tiba Topan datang menghampiri.
TOPAN
Rana, Ris… aku udah bantu luruskan kabar di pasar.
Sekarang semua udah paham. Maaf kalau bikin kalian gelisah.
RISA
Terima kasih, Pan. Semoga Allah balas kebaikanmu.
RANA
Aku selalu percaya, kebenaran nggak perlu dibela dengan marah — cukup dengan sabar dan bukti nyata.
Mereka bertiga saling menatap dengan senyum penuh ketulusan.
Suasana pasar kembali hidup, kali ini dengan kedamaian yang lebih dalam.
---
INT. RUMAH RANA – MALAM
Risa sedang menyiapkan teh.
Rana duduk di beranda, menatap langit malam.
RISA
Mas, kalau suatu hari kita diuji lagi, kamu masih kuat?
RANA
(selalu tenang)
Selama kamu di sampingku dan Allah masih memberi napas,
aku nggak takut ujian apa pun.
Risa menatap suaminya, matanya berkaca-kaca.
Ia tahu, kekuatan mereka bukan di dagangan, tapi di doa dan keikhlasan.
---
FADE OUT.